strategi pengelolaan sumberdaya perikanan karang dalam rangka pemanfaatan yang berkelanjutan mutlak dibutuhkan.
1.2 Perumusan Masalah
Pengembangan kegiatan produktif yang berbasis potensi dapat dijadikan sebagai sarana memperkuat posisi kenegaraan terutama untuk daerah yang
berbatasan langsung dengan negara lain. Kepulauan Ayau yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya
Barat memiliki potensi karang dan ikan karang yang sangat besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat,
total potensi ikan karang di wilayah tersebut mencapai 35.000 tontahun. Dari jumlah tersebut 30 diantaranya diperkirakan berada di wilayah perairan
Kepulauan Ayau. Ikan karang merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sejak awal dekade 90-an, perdagangan ikan karang hidup berkembang dengan cepat di Asia Tenggara dan wilayah-wilayah lain. Dimasa yang akan datang
kebutuhan ikan hidup diprediksi akan terus mengalami peningkatan Dragon Search, 1996. Komoditas-komoditas utama yang diperdagangkan
terkonsentrasi pada jenis kerapu Plectropomus dan Epinephelus sp dan napoleon Cheillinus undulatus. Ikan-ikan tersebut menjadi konsumsi
masyarakat kelas ekonomi tinggi di Hongkong, Cina, Taiwan, Singapura dan Jepang Johanes dan Riefen, 1995. Berdasarkan hasil kajian aspek sosial
terumbu karang yang dilakukan oleh CORE MAP-LIPI pada tahun 2002, diperoleh informasi bahwa dua jenis ikan, yaitu kerapu Epinephelus sp dan
napoleon C. undulatus merupakan spesies-spesies ikan yang paling banyak di tangkap di perairan Kepulauan Ayau.
Tingginya permintaan terhadap komoditas ikan karang terutama dalam bentuk hidup merupakan suatu peluang usaha yang prospektif dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, peluang ini dapat pula diartikan sebagai ancaman yang sangat berbahaya. Penggunaan alat
tangkap yang desktruktif seperti racun dan bom untuk menangkap ikan karang merupakan salah satu contoh ancaman yang acap kali dihadapi dalam upaya
pemanfaatan sumberdaya perikanan. Kegiatan penangkapan ikan karang dengan menggunakan alat tangkap yang destruktif dapat dijumpai dihampir
seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kepulauan Ayau.
Sebagai suatu organisme perairan, ikan karang memiliki karakteristik spesifik yang bisa dibedakan dengan kelompok ikan lain seperti ikan pelagis dan
demersal. Asoasiasi yang terjadi antara karang sebagai tempat hidup dengan ikan karang sebagai “penghuni” sangatlah tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Bell et al 1985 dalam Putranto 1994 ditemukan adanya korelasi positif antara penutupan karang hidup dengan kelimpahan dan
keanekaragaman ikan di terumbu karang. Dalam konteks pemanfaatan sumberdaya, hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan
alat tangkap yang destruktif justru akan berdampak pada penurunan kuantitas ikan karang di wilayah tersebut pada masa yang akan datang.
Kerugian akibat penggunaan alat tangkap desktruktif jika dikonversi dalam bentuk uang cukup besar. Hasil estimasi bank dunia menunjukkan
bahwa, Indonesia akan mengalami kerugian sekitar sekitar US 46 juta dalam kurun waktu empat tahun apabila penggunaan racun skala besar dalam
penangkapan ikan tidak diatasi. Kerugian tersebut akan bertambah sebesar US 86.000 km
2
jika penggunaan bahan peledak tidak dihentikan. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka rumusan masalah
yang ingin diungkapkan penulis adalah bagaimana merancang suatu strategi pengelolaan sumberdaya perikanan karang yang berkelanjutan di Kepulauan
Ayau melalui pendekatan optimasi pemanfaatan sumberdaya serta pemeliharaan dan peningkatan daya dukung lingkungan tanpa menapikkan kearifan lokal yang
berkembang di masyarakat.
1.3 Tujuan Penelitian