2 Tombak
Jenis
tombak yang digunakan nelayan di Ayau dapat dibagi menjadi dua
yaitu, arsyam dan aria. Alat-alat ini digunakan khusus untuk menangkap cacing laut dan gurita. Dilihat dari segi konstruksinya, arsyam dapat dikelompokkan alat
tangkap lain-lain dalam sistem klasifikasi alat tangkap di Indonesia. Aria dalam sistem klasifikasi Indonesia termasuk dalam kelompok alat pengumpul kerang
dan rumput laut Gambar 4. Kedua jenis alat tangkap yang disebutkan di atas umumnya dioperasikan
oleh wanita. Operator alat tangkap yang didominasi wanita disebabkan relatif mudahnya menangkap cacing laut dan gurita. Baik cacing laut maupun gurita
dengan mudah ditangkap pada saat air surut di tepi pantai. Aria terbuat dari batang kayu yang pada ujungnya dibentuk celah yang
berfungsi sebagai penjepit. Pengoperasian alat ini dilakukan dengan cara menekan pasir sampai cacing terjepit pada bagian ujung alat. Arsyam terbuat
dari kawat berjumlah 3-4 buah. Pada bagian ujung arsyam dibuat semacam kait. Pengoperasian arsyam serupa dengan pengoperasian tombak, yaitu
menancapkan ujung alat pada bagian tubuh gurita.
Keterangan: A. Arsyam
B. Aria Gambar 4. Konstruksi tombak yang digunakan nelayan di Kepulauan Ayau
4.6.3 Penanganan dan Pengolahan Pascapanen
Penanganan hasil tangkapan dilakukan terhadap komoditas yang akan dipasarkan dalam bentuk hidup, sedangkan pengolahan pasca panen
diperuntukkan untuk komoditas yang membutuhkan perlakuan tertentu sebelum dipasarkan.
Jenis ikan karang seperti napoleon C. Undulatus, kerapu Epinephelus sp maupun lobster umumnya dijual dalam kondisi hidup. Komoditas yang akan
A
B
diperdagangkan dalam bentuk hidup terlebih dahulu dikumpulkan di dalam keramba yang berlokasi di tengah laut sebelum dipasarkan.
Proses pengolahan komoditas pasca panen yang dilakukan di Kepulauan Ayau masih tergolong tradisional. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh
wanitaistri-istri nelayan Ada tiga kegiatan pasca panen yang dilakukan di Ayau, yaitu pengasinan, pengasapan dan pengeringan.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan pasca panen biasanya merupakan sisa-sisa tangkapan yang tidak habis dikonsumsi. Jenis
ikan yang diolah menjadi ikan asin antara lain kakatua, gutila, kuek dan bolana. Adapun pengasapan dan pengeringan umumnya dilakukan terhadap cacing laut.
Berdasarkan hasil wawancara, dalam setiap bulan masing-masing keluarga di Kepulauan Ayau dapat memproduksi ikan asin sebanyak 30 kg,
cacing asap sekitar 10 ikat 50 ekor dan cacing kering sebanyak 5 ikat 25 ekor. Khusus ikan asap, data produksi dari pembuatan ini masih sulit diketahui karena
tidak semua keluarga di Pulau Ayau membuat ikan asap. Teknologi pascapanen dari ketiga jenis tersebut masih sangat sederhana
dan tidak mempunyai standar mutu tertentu. Sistim pengeringan yang tidak sempurna membuat ikan tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Tampilan
yang kurang menarik dari ikan asap juga merupakan kekurangan produk yang dihasilkan. Demikian halnya dengan cita rasa masakan yang kurang sedap dan
ketika dimasak menjadi keras liat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penanganan lebih
lanjut seperti penyuluhan tentang metode pengolahan hasil perikanan yang baik dan bermutu tinggi. Solusi tersebut mendesak dilakukan mengingat produksi
ikan asin dan ikan asap dapat dijadikan alternatif penghasilan penduduk bila terjadi penurunan produksi sumber daya laut utama.
4.6.4 Pemasaran Sumberdaya Hayati Laut