Metode Penangkapan Destruktif 1 Potasium

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Pengelolaan Perikanan Karang di Kepulauan Ayau

Pengelolaan perikanan karang merupakan suatu pekerjaan besar yang melibatkan beberapa komponen seperti sumberdaya ikan, lingkungan, manusia, sarana dan prasarana penangkapan serta peraturan-peraturan yang terkait dengan pengelolaan perikanan karang. Berikut digambarkan kondisi aktual pengelolaan perikanan karang di Kepulauan Ayau yang berkaitan dengan komponen-komponen yang telah disebutkan.

5.1.1 Metode Penangkapan Ikan

Eksploitasi sumberdaya ikan karang di Kepulauan Ayau dilakukan dengan menggunakan 7 tujuh metode penangkapan, yaitu 1 potasium, 2 akar bore, 3 pancing ulur, 4 pancing tonda, 5 bubu, 6 jaring insang dasar dan 7 senapan ikan. Metode penangkapan dengan potasium, akar bore, bubu dan senapan digolongkan sebagai metode penangkapan yang destruktif.

5.1.1.1 Metode Penangkapan Destruktif 1 Potasium

Istilah potasium di kalangan nelayan di Kepulauan Ayau mengacu pada bahan kimia yang tersusun atas struktur sianida yang bersenyawa dengan kalium. Saat akan digunakan, tablet-tablet sianida yang diperoleh nelayan dihancurkan kemudian diencerkan agar mudah larut di dalam air Gambar 10. Bahan tersebut selanjutnya ditaruh dalam wadah berupa botol yang pada bagian ujungnya dimodifikasi hingga memudahkan cairan potasium keluar pada saat botol ditekan. Penangkapan ikan dengan menggunakan sianida umumnya dilakukan dengan cara menyemprotkan botol-botol berisi sianida ke dalam gua-gua karang tempat persembunyian ikan tersebut. Sebelum melakukan penyemprotan ikan terlebih dahulu diintai keberadaanya oleh nelayan dengan cara menyelam. Dalam operasi penangkapan ikan ini nelayan ada yang menggunakan kompresor sebagai alat bantu dalam melakukan penyelaman. Jika tidak menggunakan kompresor maka alat bantu yang digunakan adalah kaca molokacamata renang Gambar 11. 53 Gambar 10. Tablet sianida yang dijadikan bahan pembius ikan. Gambar 11. Kaca mata molo untuk alat bantu penyelaman. 2 Akar Bore Akar bore adalah sejenis akar tanaman yang mengandung racun sehingga dapat memabukkan ikan Gambar 12. Tumbuhan ini umumnya digunakan untuk menangkap napoleon C. undulatus dan kerapu Epinephelus sp, meskipun realitasnya ikan-ikan karang lainnya ikut terpengaruh. Gambar 12. Pohon bore. Proses ekstraksi racun dari akar bore sangat sederhana. Pohon bore yang banyak terdapat di Kepulauan Ayau dicabut kemudian dihancurkan dengan menggunakan batu. Tanaman bore yang telah hancur kemudian dicampur air, 54 diaduk dan selanjutnya diperas. Hasil perasan ini yang kemudian dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik yang merupakan wadah racun. Racun yang berasal dari akar bore digunakan dengan cara menaburkan cairan racun pada rongga-rongga karang. Rongga karang biasanya menjadi tempat berlindung ikan kerapu dan napoleon. Proses penaburan racun dilakukan dengan cara menyelam tanpa adanya bantuan kompresor. Satu-satunya alat bantu penangkapan yang digunakan dalam operasi penangkapan dengan akar bore adalah “kaca molo”. Kaca molo merupakan alat bantu penyelaman yang berfungsi memperjelas kondisi perairan. Waktu yang dibutuhkan dalam operasi penangkapan relatif singkat. Untuk membuat ikan pingsan hanya dibutuhkan waktu sekitar sepuluh menit terhitung sejak akar bore ditaburkan. Ikan-ikan yang telah pingsan ditangkap untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam keramba. Keramba ini berfungsi sebagai tempat memulihkan kesadaran ikan tangkapan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari nelayan, waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kesadaran ikan paling lama satu jam. Operasi penangkapan ikan dengan akar bore biasanya dilakukan oleh 2-3 orang nelayan menggunakan perahu “jonson”. Perahu ini memilki ukuran panjang 10 m; lebar 2 m dan dalam 1 m serta mesin tempel dengan kekuatan 15 PK. 3 Bubu Jenis bubu yang umum digunakan nelayan Ayau adalah tipe Buton dengan satu mulut Gambar 13. Bubu terbuat dari serutan kulit bambu selebar 1 –1,5 cm yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai mata jaring segi enam. Namun ada pula bubu yang terbuat dari material jaring. Penggunaan material bubu sangat tergantung pada keinginan pemilik. Konstruksi bubu berbentuk persegi panjang dengan bagian belakang membulat dan bagian dekat mulut berbentuk lingkaran atau elips. Dimensi bubu yang digunakan bervariasi dengan ukuran panjang antara 0,75-1,00 m; lebar 1,25-1,50 m dan tinggi berkisar antara 0,35-0,50 m. Mulut didisain sedemikian rupa agar memudahkan ikan masuk kedalam bubu namun mengalami kesulitan saat hendak keluar. Untuk mengambil hasil tangkapan pada bagian belakang atau bawah bubu disediakan lubang pengambilan hasil tangkapan. 55 Gambar 13. Konstruksi bubu yang digunakan nelayan di Kepulauan Ayau. Pemasangan bubu dilakukan dengan cara menyelam setelah ditemukan lokasi pemasangan yang tepat. Pertimbangan lokasi pemasangan bubu didasarkan pada pengalaman nelayan. Bubu dipasang dengan mulut menghadap kearah daratan. Agar bubu tidak hanyut terbawa arus maka pada bagian atas bubu dipasang batu karang. Batu biasanya diambil dari karang hidup yang ada disekitar. Oleh karena itu alat ini di Kepulauan Ayau dikategorikan metode penangkapan destruktif. Pemasangan batu karang juga berfungsi sebagai kamuflase bagi ikan agar tertarik masuk kedalam bubu. Operasi penangkapan dengan alat tangkap ini biasanya dilakukan oleh 2-3 orang nelayan. Bubu dipasang di perairan pada pagi hari dan direndam selama 1-2 hari. Selama menunggu masa perendaman nelayan ada yang mengoperasikan alat tangkap lain seperti pancing untuk mengoptimalkan operasi penangkapan. Ilustrasi bubu yang dipasang pada perairan dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Ilustrasi bubu yang terpasang di perairan. 56 4 Senapan Salah satu teknologi penangkapan ikan yang tergolong tradisional untuk melakukan penangkapan ikan karang adalah senapan ikan. Alat ini dibuat dari bahan kayu yang dibentuk layaknya senapan. Konstruksi utama alat ini terdiri badan senapan, pelatuk dan tombak. Badan senapan merupakan bagian terbesar dari alat ini yang berfungsi sebagai tempat melekatnya pelatuk serta tempat pemasangan tombak yang siap ditembakkan ke arah ikan. Agar memudahkan penembakan ikan maka disediakan bagian pelatuk tepat di depan gagang senapan. Sebagai tombak digunakan material yang terbuat dari besi berdiameter sekitar 2 mm. Tombak dibentuk sedemikian rupa sehinggga pada bagian ujungnya berbentuk seperti mata kail sehingga ikan yang tertangkap tidak dapat melepaskan diri. Pada saat ditembakkan, tombak tetap terkait dengan badan senapan karena adanya tali yang menghubungkan kedua bagian konstruksi tersebut. Penangkapan dengan senapan dilakukan pada pagi hari. Operasi penangkapan ikan dengan senapan dimulai dengan kegiatan pengintaian ikan yang menjadi target penangkapan. Pengintaian dilakukan dengan cara menyelam tanpa menggunakan kompresor. Setelah ikan target terlihat maka pelatuk segera ditarik. Kondisi ikan yang tertangkap dengan alat ini pasti memiliki cacat pada bagian tubuhnya sehingga tidak direkomendasikan sebagai alat tangkap ikan karang yang baik.

5.1.1.2 Metode Penangkapan yang Tidak Destruktif 1 Hand line