Struktur Industri Farmasi Analisis Structure-Conduct-Performance

BAB VI. PEMBAHASAN

6.1. Analisis Structure-Conduct-Performance

6.1.1. Struktur Industri Farmasi

Untuk mengetahui struktur industri farmasi dari tahun ke tahun, dilakukan perhitungan konsentrasi empat perusahaan besar CR 4 . Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Tabel 6.2. Tingkat Konsentrasi Industri Farmasi Tahun 1984-2003 Tahun CR4 persen 1984 81.46 1985 77.44 1986 86.01 1987 79.96 1988 77.75 1989 78.94 1990 29.72 1991 41.40 1992 20.29 1993 28.60 1994 30.33 1995 25.33 1996 24.10 1997 25.41 1998 28.42 1999 29.18 2000 32.93 2001 50.28 2002 49.47 2003 49.52 Rata-rata 47.33 Sumber : Biro Pusat Statistik, diolah Jika dirata-rata, konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar dari tahun 1984-2003 cukup besar yaitu 47,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri farmasi di Indonesia memiliki struktur pasar oligopoli. Dilihat dari Tabel 6.2 tahun 1990- 2000, industri farmasi tidak selalu menempati posisi oligopoli kuat karena beberapa konsentrasi rasionya menunjukkan nilai kurang dari 40 persen. Struktur pasar dapat juga dilihat menggunakan metode Indeks Hirschman-Herfindahl HHI. Besarnya HHI sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar. Tabel 6.3 dan 6.4 adalah pertumbuhan dari 10 perusahaan yang bergerak dalam industri farmasi tahun 2004 dan HHI. Ukuran HHI paling tinggi adalah 1 dan dapat dicapai jika suatu industri hanya dikuasai oleh satu produk atau satu perusahaan saja monopoli. Ukuran pangsa pasar paling besar diduduki oleh Sanbe Farma dengan HHI sebesar 0.07. Dapat dilihat, dari tahun 2002 sampai 2004 posisi pertama pangsa pasar selalu dikuasai oleh Sanbe Farma. Posisi kedua oleh Kalbe Farma. Sementara itu posisi ketiga dan keempat perebutkan oleh tiga perusahaan besar yaitu Dexa Medica, Tempo Scan dan Bintang 7. Tabel 6.3. Posisi Sepuluh Perusahaan Farmasi Terbesar Tahun 2001-2004 PERUSAHAAN 2001 2002 2003 2004 Sanbe Farma Kalbe Farma Dexa Medica Tempo Scan Bintang 7 Pfizer Kimia Farma Konimex Indofarma Phapros 2 1 7 4 6 5 8 11 3 21 1 2 6 4 3 5 8 10 7 15 1 2 4 5 3 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber : GP Farmasi Indonesia Tabel 6.4 Indeks Hischman-Herfindahl HHI dan GROWTH tahun 2004 PERUSAHAAN HHI GROWTH Sanbe Farma Kalbe Farma Dexa Medica Tempo Scan Bintang 7 Pfizer Kimia Farma Konimex Indofarma Phapros Pasar Total 0.07 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.02 0.02 0.02 0.02 1 21.24 14.74 40.87 30.89 6.90 9.93 9.53 25.77 2222 20.16 19.56 Sumber : GP Farmasi Indonesia Pertumbuhan perusahaan farmasi cenderung naik tiap tahunnya lihat Lampiran 3. Tahun 2004 pertumbuhan totalnya sebesar 19,56 persen. Dari Tabel 6.4 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tertinggi di pegang oleh Dexa Medica sebesar 40,87 persen yang berarti permintaan pasar tahun 2004 terhadap produk- produk Dexa Medica semakin tinggi. Salah satu elemen yang perlu diperhatikan untuk melihat struktur industri adalah hambatan masuk pasar. Hambatan untuk masuk ke industri farmasi di Indonesia ada beberapa macam, diantaranya adalah modal, sumber daya, dan undang-undang. Industri farmasi merupakan industri yang padat modal karena untuk membuat obat dari proses awal sampai jadi membutuhkan dana sekitar US 500. Selain itu, karena berbasis riset maka membutuhkan biaya yang tinggi sekitar US 200 sampai 300 dalam kurun waktu tertentu juga menggunakan mesin-mesin berat dan bahan baku impor. Industri farmasi juga industri yang padat ilmu dan informasi sehingga hanya bisa dimasuki oleh tenaga yang ahli dibidangnya. Terakhir adalah hambatan masuk dari pemerintah berupa undang-undang yang diatur ketat karena industri farmasi merupakan industri yang menyangkut nyawa manusia. 6.1.2. Perilaku Industri Farmasi 6.1.2.1. Strategi Harga