Pedagang Besar Farmasi Biasa Pedagang Besar Farmasi Penyalur Bahan Baku Obat PBF Penyalur Bahan Baku Obat Khusus kepada Apotik Pedagang Besar Farmasi Terbatas

kebijaksanaan deregulasi tanggal 28 Mei 1990 Permenkes RI No. 243MenkesSKV90 serta Permenkes RI No. 918MenkesPerX93 yang menunjuk berbagai fungsi atau jenis PBF, yaitu :

a. Pedagang Besar Farmasi Biasa

Tugasnya adalah membeli obat dari pabrik atau dari PBF lain dan mendistribusikannya kepada apotik atau pada PBF lainnya seperti obat yang tergolong obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas. Toko obat berizin hanya boleh menyalurkan obat bebas terbatas dan obat bebas.

b. Pedagang Besar Farmasi Penyalur Bahan Baku Obat

PBF penyalur bahan baku obat adalah PBF yang memiliki ijin untuk mengimpor dan menyalurkan bahan baku obat kepada industri atau kepada PBF penyalur bahan baku lainnya. Hal ini diatur dalam SKEP Menkes RI No. 287MenkesSKXI76 tanggal 18 November 1976.

c. PBF Penyalur Bahan Baku Obat Khusus kepada Apotik

PBF penyalur bahan baku obat khusus kepada apotik adalah PBF yang memiliki ijin khusus untuk menyalurkan bahan baku obat khusus. Saat ini yang diberi ijin adalah PT Kimia Farma Distribusi. PBF penyalur narkotika adalah PBF yang memiliki ijin khusus menyalurkan obat sejenis narkotika. Yang diberikan ijin saat ini adalah PT Kimia Farma. PBF penyalur obat keras tertentu yaitu PBF yang memiliki ijin khusus untuk menyalurkan obat keras, diatur dalam SKEP Menkes RI No. 213Menkes SKIV85 tanggal 22 April 1985.

d. Pedagang Besar Farmasi Terbatas

PBF terbatas yaitu PBF biasa yang diberi ijin untuk menyalurkan obat keluaran industri farmasi yang ditentukan dalam ijinnya. Seluruh dasar perizinan di atas dilengkapi dengan tambahan peraturan terbaru mengenai PBF melalui Permenkes No. 1191MenkesSKIX2002 tanggal 24 September 2002. Perbaikan berbagai dasar hukum mengenai PBF belum menjawab efisiensi distribusi farmasi karena istilah PBF masih rancu dengan pengertian agen, distribusi, importir yang berkaitan dengan obat dan bahan baku obat. Ketidakeffisienan terjadi karena 205 industri farmasi dilayani oleh PBF. Pada sektor retail, apotik melakukan distribusi obat langsung kepada pasien atau apotik lainnya, poliklinik untuk obat-obat keras dengan resep dokter, obat-obat bebas terbatas, maupun obat bebas. Apotik yang jumlahnya hampir 7000 unit usaha merupakan suatu perusahaan dan sarana pengabdian apoteker. Apotik didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 261965 juncto PP No. 25 Tahun 1980, Permenkes No. 26MenkesPerI81 serta berbagai Permenkes lainnya seperti No. 278, 279, 280MenkesSKV81 tanggal 30 Mei 1981 dan pembaharuan perijinan apotik melalui Permenkes No. 922MenkesPerX93 tanggal 23 Oktober 1993. Kewenangan pengawasan legalitas obat dan distribusinya dilakukan oleh instansi yang berwenang yaitu BPOM. Pengawasan tertibnya jalur distribusi obat dilakukan tindakan : • Law Enforcement jalur distribusi obat, sehingga distribusi obat sesuai dengan peraturan yang ada. Kenyataan di lapangan, ada jalur obat ethical melalui jalur non apotek atau Rumah Sakit dispensing masih besar. • Standarisasi secara nasional tata cara pemberian Surat Ijin Apotek SIA oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota yang merujuk kepada PP2580 dan Permenkes yang berlaku. • Pengkajian etika dokter yang dilakukan oleh GP Farmasi Indonesia, organisasi profesi ISFI dan Ikatan Dokter Indonesia dengan mengacu pada undang-undang praktek kedokteran. • Diberlakukanya undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. • Meningkatkan pelayanan profesional farmasi untuk menghadapi peraturan mengenai Standar Pelayanan Farmasi SPF oleh pelaku usaha apotek. Toko obat yang saat ini mencapai 8000 unit usaha, merupakan suatu perusahaan yang melaksanakan penyaluran obat bebas dan bebas terbatas dengan pembagian sebagai berikut :

a. Toko Obat Berijin