Analisis Perilaku Conduct Analisis Kinerja Performance

3. Hambatan Masuk Pasar Barrier to Entry Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing- pesaing potensial untuk masuk ke pasar. Jika pesaing-pesaing yang baru dapat dengan leluasa masuk dan mengurangi kekuatan pasar perusahaan-perusahaan lama, maka dapat dikatakan rintangan tersebut tidak ada. Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan ini tidak hanya dalam bentuk perangkat-perangkat yang legal, tapi juga dapat terjadi secara alami. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan yang menguasai pasar lebih dari 50 persen. Hambatan masuk pasar dibagi menjadi dua yaitu hambatan teknis yang terjadi karena ketidakmampuan teknis dan hambatan legal berupa undang-undang khusus atau hak khusus seperti hak paten.

4.2.1.2. Analisis Perilaku Conduct

Tahap analisis SCP yang kedua adalah analisis perilaku. Elemen perilaku dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu strategi harga, strategi produksi, strategi distribusi dan terakhir strategi promosi. Perilaku perusahaan-perusahaan farmasi ini akan dijelaskan secara deskriptif karena keterbatasan data sehingga tidak memungkinkan dilakukan analisis secara kuantitatif.

4.2.1.3. Analisis Kinerja Performance

Tahap analisis SCP yang terakhir adalah kinerja pasar market performance . Analisis kinerja dilakukan dengan menggunakan analisis Price- Cost Margin PCM, dan X-efisiensi. PCM dinyatakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga di atas biaya produksi. PCM juga didefinisikan indikator kinerja yang merupakan perkiraan kasar dari keuntungan perusahaan. PCM dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah terhadap barang yang dihasilkan Jaya, 2001 dihasilkan yang Barang Nilai Total Upah Tambah Nilai PCM − = 4.4 Nilai tambah digunakan sebagai proksi dari keuntungan yang didapat oleh perusahaan, namun harus dikurangi dengan biaya lain yaitu pengeluaran upah bagi pekerja. Nilai PCM yang di atas 30 persen dapat menggambarkan keuntungan yang tinggi pada suatu industri Shepherd 1972 dalam Halida 1998. Tingkat PCM yang tinggi umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi. Efisiensi yang dihitung adalah efisiensi internal efisiensi-x. Ini menggambarkan suatu industri dan perusahaan dikelola dengan baik. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio nilai tambah dengan nilai input ataupun dengan cara mengukur atau melihat tingkat utilisasi kapasitas produksi perusahaan-perusahaan di industri tersebut. Input Nilai Tambah Nilai XEFF = 4.5 Variabel pertumbuhan GROWTH diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar market demand . Jika permintaan pasar terhadap barang meningkat, maka perusahaan akan meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. 100 1 1 x Q Q Q GROWTH t t t − − − = 4.6 Dimana : Q t : Nilai barang yang dihasilkan tahun t juta rupiah Q t-1 : Nilai barang yang dihasilkan tahun t-1 juta rupiah Ketergantungan industri terhadap kestabilan kondisi sosial dan ekonomi selama periode 1984 sampai 2003 diduga dapat mempengaruhi kinerja industri. Untuk mengetahui pengaruh reformasi terhadap industri farmasi, digunakan variabel dummy yang membagi data dari tahun 1984 sampai 1996 sebagai periode sebelum reformasi dan tahun 1997 sampai 2003 sebagai periode setelah reformasi.

4.2.1.4. Hubungan antara Struktur dan Kinerja