Kinerja Industri Farmasi Toko Obat Biasa

Representatif harus mentaati tata krama kunjungan ke anggota profesi kesehatan. Pengaturan Medical Representatif akan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku sehingga berbagai instansi maupun profesi sejenis dapat mendukung upaya etik, walaupun hanya memberikan akses kepada Medical Representatif yang telah tersertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk obat bebas OTC upaya promosi dapat dilakukan melalui iklan dengan latar belakang dan indikasi sebagai berikut : • Bagi produsen obat, OTC merupakan High Entry Cost yang memerlukan budget yang disiapkan secara teratur, perkembangan biaya promosi yang tinggi dengan berkembangnya media masa, memerlukan seleksi produk yang selektif dan unik, harga sangat sensitif dan memerlukan analisa akurat, dan seleksi distributor yang mampu dan mempunyai teknik analisis. • Obat OTC mempunyai prospek karena hampir 90 persen masyarakat lebih menyukai pengobatan sendiri daripada harus berobat ke dokter. • Dari 205 Industri farmasi hanya sekitar 30 perusahaan yang benar-benar fokus pada produksi OTC dan umumnya perusahaan lokal. • Ciri-ciri obat yang diproduksi berupa obat Popular Therapeutic Class.

6.1.3. Kinerja Industri Farmasi

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja pasar adalah keuntungan yang diperoleh dalam suatu industri. Kendala yang dihadapi dalam menganalisis kinerja industri farmasi adalah tidak tersedianya data laba perusahaan maupun industri. Untuk mengatasinya, digunakan faktor froksi yang dapat mewakili indikator kinerja industri farmasi yaitu Price Cost Margin PCM sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tabel 6.5 menunjukkan PCM industri farmasi Indonesia dari tahun 1984 sampai tahun 2003. Rata-rata marjin keuntungan industri farmasi selama 20 tahun sebesar 17,28 persen. Marjin keuntungan ini menunjukkan gejala turun naik setiap tahunnya, namun pada periode lima tahun terakhir cenderung meningkat seiring dengan kebutuhan dan tingkat kesadaran akan kesehatan yang semakin tinggi dari masyarakat. Tabel 6.5. Price Cost Margin PCM Industri Farmasi Indonesia Tahun Nilai Tambah Upah Output PCM Ribu Rupiah Riibu Rupiah Ribu Rupiah persen 1984 4592005 7039723 12168543 -20.12 1985 8542425 9677780 22041123 -5.15 1986 19611473 9521644 36398988 27.72 1987 19775839 13839241 32102331 18.49 1988 11814008 15643366 35797810 -10.69 1989 14691895 17603785 43073266 -6.76 1990 458468409 286420401 1149831321 14.96 1991 805772222 355025901 1746642767 25.80 1992 427488639 385313211 1223328568 3.45 1993 785826746 482704848 1958498552 15.48 1994 1199917273 571544927 2767628737 22.70 1995 953149526 639049537 2733259791 11.49 1996 1244072109 361431114 3293633871 26.79 1997 1373265222 620029348 3429930587 21.96 1998 1914161192 1629450281 4605059230 6.18 1999 3239763879 730926128 6728521405 37.29 2000 3777723319 763671720 8523499305 35.36 2001 5319829342 605438904 14837531502 31.77 2002 7162796483 895737762 13692082147 45.77 2003 7514657245 908850027 15309010785 43.15 Rata-Rata 17.28 Sumber : Biro Pusat Statistik, diolah Usaha untuk mengetahui lebih lanjut kinerja industri farmasi di Indonesia digunakan pendekatan efisiensi internal XEFF. XEFF dapat menggambarkan apakah industri farmasi sudah dikelola dengan baik atau belum. Data yang dicantumkan dalam Tabel 6.6 menunjukkan bahwa efisiensi industri farmasi dari tahun ke tahun besar yaitu sekitar 76,82 persen. Angka efisiensi industri farmasi tergolong besar karena dalam memproduksi obat perusahaan wajib mengikuti peraturan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Tabel 6.6. Effisiensi-x Industri Farmasi di Indonesia Tahun Nilai Tambah Nilai Input XEFF Ribu Rupiah Ribu Rupiah persen 1984 4592005 7582453 60.56 1985 8542425 13767521 62.05 1986 19611473 16790581 116.80 1987 19775839 12327142 160.43 1988 11814008 23985902 49.25 1989 14691895 28492476 51.56 1990 458468409 691362912 66.31 1991 805772222 940870545 85.64 1992 427488639 795839929 53.72 1993 785826746 1172671806 67.01 1994 1199917273 1567711464 76.54 1995 953149526 1780110265 53.54 1996 1244072109 2049561762 60.69 1997 1373265222 2056665365 66.77 1998 1914161192 2690898038 71.13 1999 3239763879 3488757526 92.86 2000 3777723319 4745775986 79.60 2001 5319829342 9517702160 55.89 2002 7162796483 6529285664 109.70 2003 7514657245 7794353540 96.41 Rata-Rata 76.82 Sumber Biro Pusat Statistik, diolah

6.1.4. Hubungan Struktur dan Kinerja