Pengukuran kinerja sering didasarkan pada variabel proksi yaitu selisih antara harga dan biaya atau pertumbuhan pendapatan suatu perusahaan.
Pendekatan operasional yang sering dilakukan oleh para peneliti untuk menilai kinerja adalah menggunakan tingkat keuntungan. Pada dasarnya tidak
memungkinkan untuk mengukur besarnya pendapatan atau keuntungan perusahaan secara akurat karena banyaknya kendala yang dihadapi seperti data
perusahaan yang tidak semuanya dipublikasikan. Bedasarkan hal itu, digunakanlah Price Cost Margin PCM sebagai proksi dari tingkat keuntungan.
PCM didefinisikan sebagai suatu indikator kinerja yang merupakan perkiraan kasar dari keuntungan perusahaan. PCM dapat diperoleh dengan
membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah yang dibayarkan terhadap nilai barang yang dihasilkan Jaya, 2001. Nilai tambah adalah nilai total output
dikurangi dengan nilai total input. Upah yang dibayarkan merupakan total pengeluaran perusahaan untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan nilai barang
yang dihasilkan adalah bagian dari nilai output perusahaan yang menunjukkan jumlah total dari hasil produksi.
2.2.4. Hubungan antara Structure-Conduct-Performance SCP
Ada saling keterkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja yang saling berinteraksi mempengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat
secara efektif dan efisien. Hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja ini tidak hanya bersifat satu arah, tetapi dapat berhubungan timbal balik Caves 1982
dalam Clarkson dan Le Roy 1983.
Struktur pasar digambarkan sebagai kontek keterhubungan antara kondisi dasar yang melandasi aktivitas ekonomi, perilaku pasar, dan kinerja perekonomian
Scherer 1990 dalam Kartika 2002. Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep SCP dalam ekonomi industri Jaya, 2001. Selanjutnya, struktur pasar
akan mempengaruhi perilaku pelaku pasar terutama dalam hal sikapnya terhadap kebijakan harga, strategi pengembangan usaha, serta strategi dalam produk
Scherer 1990 dalam Kartika 2002. Terakhir, struktur dan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan akan mempengaruhi kinerja pasar dalam industri.
Kinerja perusahaan dapat terlihat dari efisiensi alokatif maupun teknis, kemajuan teknologi yang digunakan, dan keseimbangan dalam distribusi Jaya, 2001.
Metode alur pikir SCP mendominasi ekonomi industri setelah perang dunia kedua. Penelitian di bidang ini menjelaskan derajat kompetisi yang ideal
dalam suatu industri sebagai bagian dari karakteristik pasar dan keragaan perusahaan. Karakteristik pasar mencakup mudah atau sulitnya sebuah perusahaan
masuk ke dalam industri. Menurut pendekatan Bain 1956 dalam Smart dan Mc.William 1993 kondisi entry merupakan pusat dari penjelasan paradigma
SCP. Barrier to entry
adalah syarat penting dalam menjelaskan kekuatan pasar. Bain 1956 juga menjelaskan bahwa kondisi entry dalam hubungan dengan
teknologi dan faktor permintaan, minimal efficient scale, absolut capital reguirement
serta perbedaan produk. Hubungan antara SCP dapat dijelaskan dalam beberapa alur yaitu yang bersifat linear, non linear dan interaktif lihat
Lampiran 1.
2.3. Kebijakan Industri Farmasi di Indonesia
Menurut Djamaludin 1999 pemerintah sebagai fungsi regulator dan kontrol harus bisa melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan yang tidak bermutu, tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan lainnya. Kemudian sebagai fungsi fasilitator dan
technical assistance , pemerintah harus sungguh-sungguh melakukan pembinaan
terhadap penerapan cara produksi obat bermutu dan cara produksi makanan yang higienis.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan industri farmasi banyak dibuat oleh pemerintah. Contoh perundang-undangan yang dibuat
adalah undang-undang tentang farmasi, cara pembuatan obat yang baik, ketentuan dan tata cara pelaksanaan pemberian izin usaha industri farmasi, pedagang besar
farmasi, kebijakan obat nasional dan lain-lain. Kebijakan yang selama ini dibuat oleh pemerintah cenderung membuat industri farmasi manja dan stagnan.
Undang-undang tentang farmasi bertujuan untuk menetapkan ketentuan- ketentuan dasar dibidang farmasi dalam rangka pelaksanaan undang-undang
tentang pokok-pokok kesehatan. Undang-undang ini meliputi perbekalan kesehatan dibidang farmasi, obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan
pekerjaan kefarmasian.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai SCP banyak dilakukan oleh pengamat ekonomi industri di berbagai negara, terutama mengenai tingkat konsentrasi dengan