mahal tidak akan masuk dalam daftar plafon harga obat yang mereka susun karena 70 persen belanja obat ditanggung oleh asuransi. Di Indonesia, ada regulasi yang
mengatur harga obat sehingga produsen wajib mencantumkan harga tertinggi. Jadi, pengaturan harga obat yang seharusnya dikontrol oleh pemerintah dengan
mekanisme pasar, kini dikontrol dengan regulasi harga. Dilihat dari sisi lain, sektor farmasi di Indonesia menarik untuk dikaji
karena jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa, iklim tropis, penyebaran penduduk yang tidak merata dan keadaan geografis mengakibatkan
banyaknya virus dan bakteri berkembang. Ini merupakan pasar yang potensial bagi industri farmasi nasional dan dunia. Jadi tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa industri farmasi Indonesia merupakan peluang bisnis yang menjanjikan Biantoro, 2003.
1.2. Perumusan dan Idenifikasi Masalah
Pengkajian terhadap lingkungan industri meliputi struktur industri. Struktur industri mencerminkan bagaimana kondisi yang terjadi dalam industri
tersebut, yang berimplikasi pada perilaku perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri tersebut dan sebaliknya. Apapun bentuk perilaku sebuah
perusahaan tetap saja mencerminkan bagaimana perusahaan tersebut akan mencapai kinerjanya. Walaupun sangat sulit untuk menentukan bagaimana sebuah
simpul dimulai, apakah berawal dari perilaku, kinerja atau struktur sebuah industri, yang jelas dimulai dari simpul manapun selalu ada keterkaitan
diantaranya.
Pengkajian ini dikenal dengan pendekatan structure-conduct-performance. Pengkajian semacam ini akan memberikan masukan bagi para pengambil
kebijakan tentang kebijakan publik yang cocok untuk industri yang sedang dikaji. Menurut Mason 1939 dan Bain 1956 dalam Alistair 2004 Ajaran
dasar pendekatan structure-conduct-performance adalah kinerja ekonomi dari suatu industri yaitu suatu fungsi dari perilaku pembeli dan penjual yang
selanjutnya menyangkut fungsi struktur industri. Kinerja ekonomi diukur dengan derajat maksimalisasi kesejahteraan. Perilaku mengacu pada aktivitas para penjual
dan pembeli industri. Aktivitas penjual meliputi pemanfaatan dan instalasi kapasitas, kebijakan promosi dan harga, riset dan pengembangan, dan
berkompetisi atau kerjasama antar perusahaan. Struktur industri faktor penentu perilaku meliputi variabel jumlah dan ukuran dari pembeli dan penjual,
teknologi, derajat differensiasi, integrasi vertikal dan level hambatan keluar masuk pasar Scherer 1980 dalam Kartika 2002.
Memasuki era globalisasi, industri farmasi Indonesia dikhawatirkan sulit bersaing di pasar domestik sekalipun. Organisasi industri farmasi belum jelas
keberadaannya. Industri farmasi yang seharusnya mendukung ketersediaan dan kebutuhan obat nasional ternyata sebagian besar bahan bakunya masih diimpor.
Banyak masalah yang timbul dari industri farmasi ini. Diperlukan upaya dari pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan stake holder untuk mengantipasi
masalah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan
dan perlu segera dicari jalan keluarnya adalah :
1. Bagaimana struktur industri farmasi Indonesia? 2. Bagaimana perilaku perusahaan yang ada dalam industri farmasi Indonesia?
3. Bagaimana kinerja perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam industri farmasi Indonesia?
4. Bagaimana hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja industri farmasi di Indonesia ?
5. Bagaimana kinerja undang-undang farmasi, dan peraturan pemerintah yang mendukungnya serta dampaknya bagi industri farmasi di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian