Perkembangan Kartu Pembayaran Elektronik

44 penyetoran pajak. Jasa pengiriman uang ini dijalankan sebagai sistem yang mandiri, lepas dari perbankan. Untuk mendukung pelaksanaan jasa pengiriman uang tersebut, PT POS Indonesia memelihara rekening pada lebih dari 20 bank umum. Sejak bulan September 1995, PT POS Indonesia telah menjalin kerjasama sebagai agen untuk Bank Negara Indonesia BNI yang merupakan salah satu bank persero untuk melayani program tabungan baru postal tabungan melalui kantor-kantor cabang BNI. Pemindahan dana dari PT POS Indonesia kepada sistem perbankan dilakukan melalui rekening giro kantor pusat PT POS Indonesia yang dipeliharanya di bank-bank umum.

3.3. Perkembangan Kartu Pembayaran Elektronik

Saat ini Perbankan Indonesia sedang gencar mempromosikan sistem pembayaran elektronik kepada masyarakat. Bank Mandiri, Bank BNI 46 dan Bank Central Asia BCA adalah beberapa contoh bank terbesar di Indonesia yang memiliki link hingga ke luar negeri. Selain itu, ketiga bank itu memiliki kantor cabang total sekitar 1.000 lebih, dan mesin ATM secara keseluruhan mencapai ribuan jumlahnya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. BCA, Mandiri, dan BNI telah menerbitkan kartu ATM hingga puluhan juta jumlahnya. Bahkan, transaksi kartu debet ATM yang dilakukan nasabah ketiga bank ini, mencapai triliunan rupiah per hari dengan jumlah transaksi juga mencapai jutaan transaksi. Sedangkan jumlah nominal transaksi mencapai Rp 5-10 triliun setiap harinya, yang terdiri dari pengambilan tunai dan transfer antar rekening termasuk pembayaran, baik pembayaran kredit rumah, tagihan telepon, rekening listrik, koran dan yang lainnya Bank Indonesia, 2004. 45 Tabel 3.1. Perkembangan kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM Thn Kartu Kredit Kartu Debet Kartu ATM N V P N V P N V P 1998 4.938.738 15.394.781 21 2.579.818 11.934.960 8 20.461.883 171.801.969 60 1999 10.359.73 29.578.138 19 3.211.79 16.000.003 8 85.396.01 408.766.065 38 2000 13.638.64 37.300.043 17 4.662.62 19.383.494 8 153.590.18 474.972.210 32 2001 19.334.49 50.610.671 16 6.680.59 23.185.220 9 222.193.79 564.818.268 33 2002 24.444.27 55.726.665 15 8.392.23 24.891.268 12 299.266.30 680.322.717 31 2003 28.059.06 63.663.638 17 11.677.03 29.172.145 3 380.387.62 717.304.700 42 2004 37.646.70 82.149.571 20 32.713.80 58.167.795 3 415.939.57 450.485.625 47 2005 45.628.31 88.669.790 22 138.651.54 165.739.557 23 700.945.67 491.018.610 57 Keterangan : N = Nilai transaksi Rp. Milyar; V = Volume Transaksi; P = Penyelenggara Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2005 Pada bab sebelumnya telah dibicarakan bahwa tiga kartu yang menduduki posisi utama berdasarkan besarnya jumlah pemegang kartu yaitu kartu ATM, kartu debet dan kartu kredit. Maka penelitian ini akan menjadikan ketiga kartu ini untuk menjadi acuan dalam menganalisis penggunaan alat pembayaran elektronik. Pada Tabel 3.1. dapat dilihat perkembangan nilai transaksi N, volume transaksi V maupun penyelenggara P kartu ATM menduduki posisi pertama dibanding kartu kredit dan kartu debet. Tetapi kartu debet mengalami perubahan pada tahun 2004 ke tahun 2005, terjadi peningkatan nilai transaksi yang cukup besar yaitu Rp. 105.937,74 M, disamping volume transaksi juga meningkat sebesar 107.571.762 dan jumlah penyelenggara yang juga meningkat sebesar 20 unit. Sehingga terlihat bahwa saat ini kartu debet ternyata lebih diminati oleh masyarakat dibanding kartu kredit. Dari riset Visa International yang diadakan di Amerika diketahui bahwa penggunaan kartu debet di Amerika meningkat cukup signifikan. Sebanyak 43 persen pelanggan memilih menggunakan kartu debet sebagai alat pembayaran, 30 persen pelanggan sebagai kartu kredit. Bagi masyarakat yang ingin memiliki kartu 46 ini, syaratnya mudah. Semua pemilik rekening bank dapat mendaftar untuk mendapatkan kartu debet dari bank-bank penerbit kartu di mana tidak ada peraturan pendaftaran untuk mendapatkan kartu debet ini. Dengan kartu debet, pemegang kartu hanya dapat menggunakan dana yang tersedia di rekening bank mereka. Pada umumnya, pemegang kartu akan menggunakan kartu debet untuk pengeluaran sehari-hari dan pembayaran bulanan seperti belanja kebutuhan rumah tangga, membayar segala keperluan rumah, tagihan bulanan atau barang kebutuhan kecil lainnya. Sedangkan kartu kredit akan digunakan untuk pembelian kebutuhan yang lebih mahal dan pengeluaran yang dapat dicicil setiap bulannya. Berdasarkan gambaran di atas sangat menarik sekali untuk diteliti, sebenarnya faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan kartu-kartu tersebut. Pada tulisan ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam menggunakan kartu elektronik tersebut. Lokasi yang dijadikan sampel adalah propinsi DKI Jakarta Jakarta Pusat dan Jakarta Timur, dan propinsi Jawa Barat Bandung dan Sumedang. Propinsi Jakarta dipilih menjadi lokasi sampel dengan alasan Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dimana kegiatan perekonomian sangat pesat disini. Disamping itu, masyarakat yang ada di Jakarta cenderung lebih maju dalam pemakaian alat pembayaran elektronik, ini dapat dilihat dari jumlah penggunanya yang terbesar di Indonesia. Dengan pertimbangan yang sama, Jawa Barat juga dipilih menjadi lokasi sampel.

IV. METODE PENELITIAN 4.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dengan pertimbangan bahwa DKI Jakarta mempunyai nilai Produk Domestik Bruto PDRB paling besar yaitu 16,62 persen pada tahun 2003 dari total 30 propinsi Biro Pusat Statistik, 2004. Penelitian dilakukan di propinsi DKI Jakarta Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang menjadi pusat aktifitas ekonomi masyarakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik akan berdampak baik pada kegiatan ekonomi, dengan demikian penggunaan kartu pembayaran elektronik akan meningkat. Jawa Barat Bandung dan Sumedang merupakan propinsi yang mempunyai PDRB terbesar kedua setelah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13,72 persen Biro Pusat Statistik, 2004. Jawa Barat juga merupakan propinsi yang mengalami perkembangan pemakai kartu pembayaran elektronik yang sangat pesat. Menurut catatan Koordinator Asosiasi Kartu Kredit Indonesia AKKI Jawa Barat, jumlah pemakai kartu kredit di Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 40 persen dari pemakai kartu kredit di seluruh Indonesia yang berjumlah 6,5 juta. Sedangkan nilai transaksi kartu kredit Jawa Barat, antara 30-40 persen dari total nilai transaksi nasional. Penelitian ini menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik oleh masyarakat di propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2006.