kayu olahan, dampak ke belakang dari Thailand ke Indonesia adalah sebesar 0.0124, sedangkan dari Indonesia ke Thailand sebesar 0.0037.
Berdasarkan hubungan simetris dari dampak ke belakang antar negara tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan sektor industri agro di negara
Indonesia lebih banyak memberi pengaruh terhadap perekonomian China, dibandingkan Thailand. Sebaliknya, perekonomian Indonesia lebih banyak
dipengaruhi oleh perkembangan industri agro di Thailand dibandingkan di China.
5.4.2 Sektor-Sektor Kunci Industri Agro
Dalam studi ini, sektor kunci ditetapkan berdasarkan indeks Rasmussen 1957 yang disebut Power of Dispersion Daya Penyebaran, dan Sensitivity of
Dispersion Derajat Kepekaan. Daya penyebaran dan derajat kepekaan
merupakan perbandingan dampak, baik ke belakang maupun ke depan, terhadap rata-rata seluruh dampak sektor, sehingga nilai ini masing-masing sering disebut
sebagai backward linkage effect ratio dan forward linkage effect ratio. Dalam Tabel 27 disajikan besaran indeks Rasmussen untuk sektor industri
agro pada negara Indonesia, Thailand dan China di antara tahun 1995 dan tahun 2000. Dimana berdasarkan indeks Rasmussen tersebut, satu-satunya sektor
industri agro yang dapat ditempatkan sebagai sektor kunci dalam perekonomian Indonesia pada tahun 1995 adalah industri barang dari karet yang memiliki nilai
DP sebesar 1.0505 dan DK sebesar 1.2129. Namun, di tahun 2000 sepertinya telah terjadi transformasi struktur di sektor industri agro, yakni dari industri
barang dari karet beralih ke industri makanan, minuman dan tembakau. Karena pada tahun 2000, nilai DP dan DK industri barang dari karet menurun keduanya
dan lebih kecil dari satu, sedangkan untuk industri minuman, makanan dan
tembakau terlihat nilai DP dan DK mengalami peningkatan hingga mencapai lebih besar dari satu, masing-masing sebesar 1.0776 dan 1.0618.
Tabel 27. Indeks Derajat Penyebaran dan Kepekaan Sektor Industri Agro di Indonesia, Thailand dan China Tahun 1995 dan 2000
Negara Sektor Industri Agro
1995 2000
DP DK
DP DK
Ind one
si a
Makanan, minuman, tembakau 0.9212
1.0607 1.0776
1.0618 Tekstil, kulit, produk ikutannya
0.8914 1.066
0.7973 1.0199
Kayu dan kayu olahan 0.7297
1.1017 0.6838
1.0472 Pulp, kertas, dan percetakan
0.9018 1.0077
0.8012 0.9128
Barang dari karet 1.0505
1.2129 0.6161
0.9342
T ha
il and
Makanan, minuman, tembakau 1.1654
1.0927 0.9995
1.0777 Tekstil, kulit, produk ikutannya
0.9445 1.0702
0.8451 1.1023
Kayu dan kayu olahan 0.6896
0.8713 0.6404
0.8401 Pulp, kertas, dan percetakan
0.7533 0.8421
0.7716 0.8604
Barang dari karet 0.8827
1.0218 0.6787
1.0616
C hi
na Makanan, minuman, tembakau
1.1662 1.269
0.8839 1.2266
Tekstil, kulit, produk ikutannya 1.8857
1.3299 1.6147
1.3815 Kayu dan kayu olahan
0.8567 1.3346
0.7264 1.4206
Pulp, kertas, dan percetakan 1.0669
1.3224 1.0059
1.2465 Barang dari karet
0.8023 1.1942
0.7445 1.4059
keterangan: 008 : Makanan, minuman, dan tembakau
DP : Derajat Penyebaran 009 : Tekstil, kulit, dan produk turunannya
DK : Derajat Kepekaan 010 : Kayu dan produk olahannya
011 : Pulp, kertas, dan percetakan 014 : Produk karet
Adapun untuk sektor industri agro yang lain seperti industri kayu dan barang dari kayu, industri tekstil, kulit dan produk ikutannya, serta industri pulp,
kertas dan percetakan, ketiganya hanya dapat memberi dampak multiplier dari sisi demand
saja, yakni untuk memenuhi permintaan input antara dan permintaan
akhir. Sedangkan dari sisi supply, pengaruhnya kecil untuk mendorong kenaikan produksi di sektor-sektor lain dalam perekonomian secara menyeluruh. Semua
kondisi ini telah digambarkan dengan nilai DP yang rendah dan lebih kecil dari satu, serta nilai DK yang lebih besar dari satu. Contohnya untuk industri tekstil,
kulit dan produk ikutannya mempunyai nilai DP sebesar 0.8914 dan DK sebesar 1.0670 pada tahun 1995. Begitu juga pada tahun 2000, keadaanya tidak berubah.
Untuk sektor-sektor yang mempunyai ciri seperti ini tidak dapat dijadikan sebagai sektor kunci, karena tidak mampu memberi multiplier terhadap perekonomian.
Perkembangan industri agro di Thailand tidak lebih baik dibandingkan Indonesia. Bahkan negara tersebut tidak dapat mempertahankan keberadaan
sektor kunci dari industri agro di tahun 2000. Seperti yang disajikan dalam Tabel 29, pada tahun 1995 sebenarnya ada sektor industri agro yang masuk dalam
kelompok sektor kunci yakni industri makanan, minuman dan tembakau karena memiliki nilai DP dan DK yang lebih besar dari satu, masing-masing sebesar
1.1654 dan 1.0927. Pada tahun 2000, sudah tidak ada lagi sektor industri agro yang menjadi sektor kunci bagi perekonomian negara Thailand, karena seluruh
sektor industri agro mempunyai nilai DP dan DK yang lebih kecil dari satu. Sama seperti di Indonesia, semua sektor industri agro di Thailand sepertinya memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap sisi demand saja, yang diindikasikan dengan nilai DP yang lebih kecil dari satu, dan nilai DK lebih besar dari satu.
Tidak seperti Indonesia dan Thailand, terlihat China selalu berhasil menempatkan sektor industri agro lebih banyak sebagai sektor kunci dalam
perekonomiannya. Misalkan pada tahun 1995, ada tiga sektor industri agro yang telah menjadi sektor kunci, yakni: 1 Industri makanan, minuman dan tembakau
dengan nilai DP sebesar 1.1662 dan DK sebesar 1.2690, 2 Industri tekstil, kulit dan produk ikutannya dengan nilai DP sebesar 1.8857 dan DK sebesar 1.3299,
dan terakhir 3 Industri pulp, kertas, dan percetakan dengan nilai DP sebesar 1.0669 dan DK sebesar 1.3224. Meski pada tahun 2000 terjadi pengurangan
sektor industri agro yang menjadi sektor kunci, namun China masih dapat mempertahankan dua sektor industri agronya tetap menjadi sektor kunci, yakni
industri tekstil, kulit dan produk ikutannya, serta industri pulp, kertas dan percetakan.
Sepertinya sudah merupakan suatu karakteristik tersendiri bahwa sektor industri agro itu mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap sisi demand.
Sebagaimana yang terjadi di Indonesia dan Thailand, sektor industri agro di China pada umumnya juga memberi dampak paling besar dari sisi demand, situasi ini
ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai DK dari angka satu untuk seluruh sektor industri agro. Sementara untuk sebagian besar sektor industri agro mempunyai
nilai DP yang kurang dari satu.
5.5. Struktur Permintaan Sektor Industri Agro