Kebijakan Perdagangan dan Perindustrian Negara Berkembang Industrialisasi Pengganti Impor Industrialisasi Berorientasi Ekspor Liberalisasi Perdagangan

Sementara itu, kaum strukturalis kontemporer segan melakukan generalisasi kebijakan pemerintah. Mereka menekankan bahwa kebutuhan akan kebijakan harusnya rujukannya disesuaikan dengan kondisi spesifik tiap negara.

3. Kebijakan Perdagangan dan Perindustrian Negara Berkembang

Menurut Kuncoro 2007, ada beberapa kebijakan perdagangan dan perindustrian, seperti yang dijelaskan dibawah ini:

1. Industrialisasi Pengganti Impor

Krugman dan Obstfeld 2006 menyampaikan Argumen Industri Baru Infant Industry Argument yang menyatakan bahwa negara berkembang mempunyai keunggulan komparatif dalam bidang manufaktur tetapi belum mampu bersaing dengan industri manufaktur yang sudah mapan di negara maju. Pada beberapa negara berkembang, strategi dasar di bidang industrialisasi adalah mengembangkan industri dalam negeri dengan menggunakan batasan-batasan perdagangan, seperti tarif dan kuota untuk mendorong beralihnya penggunaan produk impor ke produk lokal. Strategi memajukan industri dalam negeri dengan membatasi impor produk manufaktur dikenal sebagai Strategi Industrialisasi Pengganti Impor Import-Substituting Industrialization.

2. Industrialisasi Berorientasi Ekspor

Jika pada tahun 1950 sampai 1960-an diyakini bahwa industrialisasi di negara berkembang hanya dapat dilakukan dengan menciptakan produk-produk lokal untuk menggantikan produk impor, maka sejak pertengahan 1960-an kenyataan mengatakan bahwa masih ada cara lain untuk menuju era industrialisasi, yaitu dengan melakukan ekspor atas produk-produk manufaktur. Lebih jauh lagi, ternyata negara-negara yang berkembang dengan melakukan ekspor produk manufaktur, dimana oleh World Bank 2003 diklasifikasikan sebagai High Performance Asian Economies HPAEs, ternyata mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang spektakuler, lebih dari 10 persen per tahun.

3. Liberalisasi Perdagangan

Liberalisasi perdagangan yang berlangsung cepat sejak tahun 1985 mempunyai dua pengaruh, yaitu kenaikan volume perdagangan secara dramatis, dan adanya perubahan pada kondisi perdagangan. Sebelum terjadinya perubahan kebijakan perdagangan, sebagian besar negara berkembang mengekspor produk pertanian dan pertambangan. Setelah tahun 1980 porsi ekspor produk manufaktur telah mendominasi nilai ekspor pada sebagian besar perekonomian negara berkembang. Seperti halnya kebijakan pengganti impor, liberalisasi perdagangan juga memberikan pertanyaan besar. Jika kebijakan pengganti impor tidak lagi popular karena tidak berpengaruh nyata pada perkembangan ekonomi, berubah ke sistem perdagangan yang lebih bebas juga belum tentu memberikan hasil lebih baik.

4. Strategi Pertumbuhan Dominan Permintaan Domestik