Kebijakan Industri Indonesia Perkembangan Industri Agro Indonesia

alih teknologi, peningkatkan keterkaitan industri dan menstimulasi keseluruhan industri sehingga menyediakan kesempatan kerja. Mereka juga dapat menyebarluaskan best practices melalui contoh efisiensi produksi yang lebih tinggi, standar tenaga kerja serta perlindungan lingkungan dan upah yang lebih baik. Lebih dari itu, kompetisi di antara perusahaan asing dan domestik di pasar yang didominasi oleh hanya beberapa perusahaan besar dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi perusahaan lokal. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur di barat China adalah menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi untuk menutup kekurangbertuntungan dalam hal biaya, mengidentifikasi niche market baru didasarkan pada keunggulan komparatif alami, dan melakukan spesialisasi produk baru yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif, serta mengembangkan pemasaran dan jalus ditribusi untuk meraih nilai tambah yang relatif lebih tinggi.

2.9.2. Kebijakan Industri Indonesia

Pada buku Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang diterbitkan oleh Departemen Perindustrian 2005 dinyatakan bahwa permasalahan struktural industri Indonesia makin panjang, sesuai dengan dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN yaitu: Pertama, masih sangat tingginya kandungan impor bahan baku, bahan antara, dan komponen untuk seluruh industri, yang berkisar antara 28-30 persen antara tahun 1993-2002. Inilah yang barangkali menjelaskan mengapa melemahnya nilai rupiah terhadap dolar yang secara tidak langsung menyebabkan kenaikan ekspor secara signifikan. Kedua, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi karena industri kita masih banyak yang bertipe tukang jahit dan tukang rakit. Ini terlihat jelas dalam industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT serta industri elektronika. Padahal, kedua sektor merupakan industri yang padat karya. Meningkatnya upah minimum di berbagai daerah Indonesia menyebabkan Indonesia mulai kehilangan pijakan untuk industri yang berbasis tenaga kerja murah. Masalah struktural berikutnya adalah rendahnya kualitas SDM, sebagaimana tercermin pada tingkat pendidikan tenaga kerja industri, sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja industri. Kemudian, belum terintegrasinya UKM Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia dalam satu mata rantai pertambahan nilai dengan industri skala besar dan kurang sehatnya iklim persaingan karena banyak subsektor industri yang beroperasi dalam kondisi mendekati monopoli. Dengan berbagai permasalahan tersebut, bagaimana daya saing industri Indonesia di pasar global? Dengan menggunakan indeks RCA Revealed Comparative Advantage, sejak tahun 1982 keunggulan komparatif Indonesia meningkat pesat dengan pertumbuhan rata-rata 19 persen per tahun hingga tahun 1994. Tidak berubahnya RCA Indonesia selama tahun 1965 sampai tahun 1982 besar kemungkinan karena ekspor kita masih didominasi oleh minyak dan produk pertanian yang padat sumberdaya alam agricultural and resource based industries . Setelah tahun 1982, sejalan dengan upaya pengembangan broad base industry, produk ekspor nonmigas Indonesia semakin beragam. Namun, beberapa studi dengan menggunakan RCA menunjukkan bahwa komoditi industri manufaktur Indonesia yang meningkat pangsa pasarnya di dunia masih didominasi oleh produk berteknologi sederhana seperti karet, plastik, tekstil, kulit, kayu, dan gabus. Dalam rangka memberi acuan pada pembangunan sektor perindustrian, Departemen Perindustrian merumuskan Bangun Industri Tahun 2025 yang memberikan gambaran keadaan sektor industri yang sudah mapan, dimana sektor ini telah menjadi mesin penggerak utama prime mover perekonomian nasional, sekaligus tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan berbasis sumberdaya nasional, yang memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat, serta memiliki daya saing yang tangguh di pasar internasional. Bangun industri tahun 2025 ditetapkan dengan mempertimbangkan cabang-cabang industri yang memiliki potensi untuk dikembangkan, serta mempertimbangkan sepenuhnya modal dasar, dan keinginan masyarakat dalam membangun industri serta perekonomiannya di masa yang akan datang. Cabang-cabang industri yang akan diprioritaskan pengembangannya pada Bangun Industri tahun 2025 sebagai industri andalan masa depan adalah sebagai berikut: 1. Pilar Industri Agro, meliputi industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan hasil laut, pengolahan karet, pengolahan kayu, pengolahan tembakau, pengolahan kakao dan cokelat, pengolahan buah, pengolahan kelapa dan pengolahan kopi. 2. Pilar Industri Angkut, yaitu industri otomotif, perkapalan, kedirgantaraan, dan perkeretaapian. 3. Pilar Industri Telematika, yaitu industri perangkatdevices, infrastrukturjaringan dan aplikasicontent. Tujuan pembangunan sektor industri jangka menengah tahun 2004-2009 ditetapkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri. 2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pemberdayaan pasar dalam negeri. 3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian. 4. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur. 5. Meningkatkan kemampuan teknologi. 6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk. 7. Meningkatkan penyebaran industri. Tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang tahun 2010-2025 meliputi: 1. Memperkuat basis industri manufaktur agar industri yang tergabung dalam kelompok ini mampu menjadi industri kelas dunia world class industry. 2. Meningkatkan peran industri prioritas agar menjadi modal penggerak perekonomian nasional. 3. Meningkatkan peran sektor industri kecil dan menengah terhadap struktur industri, sehingga terjadi keseimbangan peran antara industri besar dengan industri kecil dan menengah. Beberapa strategi pokok dalam pembangunan sektor industri Tahun 2010- 2025 adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai value chain dari industri termasuk kegiatan dari industri penunjang supporting industries, industri terkait related industries, industri penyedia infrastruktur, dan industri jasa penunjang lainnya. 2. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti. 3. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumberdaya yang digunakan dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber-sumberdaya yang terbarukan green product. Beberapa strategi operasional dalam pembangunan sektor industri adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Lingkungan Bisnis yang nyaman dan kondusif. 2. Fokus pengembangan industri dilakukan dengan mendorong pertumbuhan Klaster Industri Prioritas yang sesuai. 3. Penetapan prioritas persebaran pembangunan industri ke daerah-daerah mendekati sumber bahan baku. 4. Pengembangan kemampuan inovasi khususnya di bidang teknologi industri dan manajemen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Analisis Secara garis besar, ada dua aspek yang menjadi fokus pembahasan dalam studi ini, yakni mengukur daya saing sektor industri agro negara-negara Indonesia, Thailand dan China, serta menganalisis faktor-faktor pendorong daya saing pada negara-negara tersebut. Untuk menjawab kedua hal itu digunakan pendekatan analisis I-O antarnegara yang dianggap mampu memaparkan dengan jelas kondisi daya saing industri agro suatu negara, dan menguraikan secara komprehensif bagaimana suatu negara dapat meningkatkan daya saing industri agronya. Penggunaan I-O antarnegara dalam analisis daya saing industri agro akan memberi manfaat yang besar karena selain diperoleh nilai daya saing melalui pengukuran IIC Index of International Competitiveness dan IDC Index of Domestic Competitiveness , dapat juga ditelusuri berbagai indikator ekonomi lainnya seperti, 1 keterkaitan antarsektor baik itu dalam negara sendiri maupun antar negara yang diterjemahkan melalui angka backward linkage effect, 2 kinerja ekonomi berupa marjin bruto dan efisiensi, dan 3 sumber pertumbuhan melalui dekomposisi struktural yang diturunkan dari dua I-O antar waktu, yang menggambarkan faktor-faktor penyebab pertumbuhan output sektor industri agro. Ketiga indikator ekonomi ini dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui bagaimana suatu negara mampu meningkatkan daya saing sektor industri agronya. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, dan sesuai dengan permasalahan serta tujuan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat disampaikan