Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

2. Pemerintah akan mendapat masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan industri agro yang lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomis.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup analisis dalam penelitian ini mencakup kinerja daya saing industri agro dan faktor-faktor pembentuknya dengan membandingkan antara Indonesia, Thailand dan China. Adapun industri agro yang digunakan dalam kajian ini adalah agroindustri atau industri berbasis pertanian, yaitu industri yang menggunakan bahan baku produk-produk pertanian. Selain itu metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah model Input-Output antarnegara. Memperhatikan latar belakang dan permasalahan seperti yang telah diuraikan, maka penelitian akan menghadapi beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1 karena bersifat lintas sektor dan antar negara, penyajian data kinerja daya saing industri agro Indonesia, Thailand dan China dihitung secara khusus dengan menghadapi sejumlah keterbatasan data, 2 luasnya keterkaitan dengan sektor dan negara lain akan meningkatkan kesulitan merumuskan kebijakan koordinatif yang efektif. Penggunaan model Input-Output sebagai instrumen pengkajian dan analisis juga diduga mengandung banyak asumsi dan keterbatasan yang perlu selalu mendapat perhatian. Agar model Input-Output dapat diterapkan dalam mengukur dampak ekonomi, maka harus diketahui beberapa asumsi yang menyertainya, antara lain: 1 keseluruhan kegiatan ekonomi di suatu negaradaerah dibagi habis ke dalam sektor antar industri dan sektor permintaan akhir, 2 output suatu sektor digunakan baik sebagai input di sektor lain dan sektor permintaan akhir maupun input di sektor sendiri, 3 masing-masing sektor hanya memproduksi satu produk yang homogen, agar struktur teknis tiap sektor menjadi lebih mudah untuk dimengerti, 4 harga, permintaan konsumen dan penyediaan faktor adalah ditentukan given, 5 perbandingan antara output input dan skala return to scale bersifat konstan, 6 di dalam sistem produksi, tidak terdapat ekonomi dan dis-ekonomi eksternal, dan 7 kombinasi input diterapkan dalam proporsi yang ditentukan secara ketat, artinya proporsi input senantiasa bersifat linear terhadap outputnya. Asumsi-asumsi yang dikemukakan di atas telah memunculkan beberapa kelemahan weaknesses dari model Input-Output Cooper, 1993: 1 model menganggap tidak ada pembatasan pada supply, 2 fungsi produksi dan konsumsi bersifat linear, pola pengeluaran antar industri tetap, 3 harga relatif antara harga input dan harga output juga berlaku konstan, dan 4 parameter-parameter model yang bersifat konstan mengakibatkan pengukuran dampak ekonomi berlaku linier. Selain itu, oleh karena input-output yang diaplikasikan dalam studi ini bersifat statis menyebabkan berbagai fenomena mengenai perubahan-perubahan perilaku ekonomi yang dinamis tidak dapat direkam dengan baik. Namun demikian, di balik semua keterbatasan tersebut, untuk saat ini hanya model input- output antarnegara saja yang mampu mendeskripsikan secara komprehensif mengenai keterkaitan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain, baik itu backward linkage maupun forward linkage, sehingga nantinya dapat ditelusuri bagaimana dampak perekonomian domestik di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Semuanya ini dapat dikaji melalui satu kesatuan matriks yang terintegrasi baik itu secara sektoral maupun antarnegara, dimana hal ini merupakan salah satu kelebihan dari penggunaan model input-output antarnegara yang tidak ditemukan pada model-model ekonomi lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.