Struktur Penggunaan Input Antara dan Input Primer

di Indonesia pada tahun 1995 berada pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau.

5.6. Struktur Penggunaan Input Antara dan Input Primer

Dalam melakukan aktivitas produksi sangat dibutuhkan input yang akan diproses untuk menghasilkan output. Input produksi terdiri atas bahan baku, modal, tenaga kerja, lahan, dan kewiraswastaan atau enterpreneurship. Kelima input ini jika dituangkan ke dalam struktur I-O standar menjadi pengeluaran untuk pembiayaan input antara, upah, penyusutan depresiasi, surplus usaha keuntungan perusahaan, dan ditambah satu komponen pengeluaran input lainnya yakni pajak tidak langsung. Empat input yang disebutkan terakhir di kelompokkan menjadi input primer yang merupakan nilai tambah yang diterima oleh masyarakat, dan secara teoritis penjumlahan keempat input tersebut adalah merupakan salah satu metode penghitungan nilai tambah pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan income approach. Pada I-O antar negara Indonesia, Thailand dan China pengeluaran input dari suatu sektor industri agro di Indonesia dapat didisagregasi menjadi empat komponen yang meliputi, input antara intermediate input, biaya angkutan dan asuransi international freight insurance, pajak impor duties and import sale tax , dan input primer primary input. Kemudian input antara itu sendiri dapat dibagi menurut asalnya, yakni input antara yang berasal dari domestik negara Indonesia, Thailand, China dan negara lainnya. Sedangkan input primer atau nilai tambah dapat dipilah menjadi upah dan gaji wages and salary, surplus operasi operating surplus atau keuntungan perusahaan, penyusutan modal depreciation of fixed capital, dan pajak tidak langsung indirect taxes. Selengkapnya seluruh jenis input ini dapat dilihat pada Tabel 30 dan Tabel 31. Apabila dilihat lajur baris, jenis input yang paling banyak digunakan oleh sektor industri agro di Indonesia adalah input antara atau bahan baku. Pada Tabel 30 terlihat bahwa ada dua sektor industri agro yang paling banyak menggunakan input antara yang berasal dari produksi domestik dibandingkan produk antara yang diimpor adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, serta industri kayu dan olahan kayu. Input antara yang digunakan oleh kedua industri ini sekitar 88.85 persen hingga 96.26 persen merupakan input yang berasal dari produksi domestik, dan sisanya antara 3.74 persen hingga 11.15 persen diimpor dari Thailand, China, dan negara-negara lainnya. Pada sektor industri agro lainnya, penggunaan persentase input antara domestik tampak lebih rendah, yaitu kurang lebih sekitar 61.90 hingga 95.11 persen, dimana yang paling rendah menggunakan input antara domestik adalah industri pulp, kertas dan percetakan yakni hanya 80.41 persen di tahun 1995, dan 61.90 persen di tahun 2000. Melihat komposisi asal input antara yang digunakan selama ini, dapat disampaikan kesimpulan bahwa sektor industri agro yang paling tinggi kadar local content atau muatan lokalnya adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, serta industri kayu dan kayu olahan. Sementara yang paling rendah adalah industri pulp, kertas dan percetakan. Selanjutnya, bila asal input antara yang digunakan hanya difokuskan pada negara Thailand dan China, ada indikasi kuat saat ini bahwa sektor industri agro Indonesia lebih mengutamakan impor input antara dari China ketimbang Thailand. Dalam tahun 1995 dan 2000, rata-rata input antara yang di impor dari China untuk memenuhi kebutuhan produksi industri agro Tabel 30. Penggunaan Input Sektor Industri Agro Indonesia Tahun 1995 dan 2000 US 1,000 Input Makanan, minuman, dan tembakau Teksti, kulit, dan turunannya Kayu dan produk olahannya Pulp, kertas,dan percetakan Produk Karet Total Input Industri agro 1995 2000 1995 2000 1995 2000 1995 2000 1995 2000 1995 2000 A. Input Antara 37 423 120 25 319 267 12 574 798 9 970 648 6 832 919 4 372 295 3 888 406 4 243 811 4 112 865 1,=217,868 64,832,108 45,123,889 a. Domestik 35 882 785 23 353 731 9 866 066 7 291 280 6 577 477 3 884 976 3 126 706 2 627 024 3 911 948 851,720 59,364,982 38,008,731 a terhadap A 95.88 92.24 78.46 73.13 96.26 88.85 80.41 61.90 95.11 69.94 91.57 84.23 b. Thailand 31 483 76 593 33 960 63 100 3 699 8 809 7 796 24,758 5 586 19,805 82,524 193,065 c. China 32 006 124 411 62 892 189 848 5 985 19 667 8 128 23,499 8 928 12,224 117,939 369,649 d. Negara Lainnya 1 476 846 1 764 532 2 611 880 2 426 420 245 758 458 843 745 776 1 568 530 186 403 334,119 5,266,663 6,552,444 b+c+d terhadap A 4.12 7.76 21.54 26.87 3.74 11.15 19.59 38.10 4.89 30.06 8.43 15.77 B. Biaya Asuransi Pengapalan 55 589 63 927 129 897 112 405 11 267 15 448 20 318 48 935 10 551 17,598 227,622 258,313 C. Pajak Impor Pabean 60 089 71 579 134 048 93 161 23 206 16 224 49 399 26,364 13 773 21,562 280,515 228,890 D.Input Primer 19 877 246 13 484 829 6 856 041 5 427 589 3 499 848 2 427 640 2 602 168 2 329 053 2 594 162 670,066 35,429,465 24,339,177 a. Gaji dan Upah 4 884 052 3 616 031 2 239 598 1 916 831 959 638 688 400 685 928 685 108 1 232 700 334,069 10,001,916 7,240,439 b. Profit 10 751 630 6 553 317 3 373 019 2 617 985 1 915 732 1 371 836 1 670 471 1 379 692 1 051 214 272,942 18,762,066 12,195,772 c. Penyusutan 1 493 623 974 586 894 237 642 961 535 403 316 374 150 892 165 120 203 280 41,639 3,277,435 2,140,680 d. Pajak Tak Langsung 2 747 941 2 340 895 349 187 249 812 89 075 51 030 94 877 99 133 106 968 21,416 3,388,048 2,762,286 Total Input per Sektor 57 416 044 38 939 602 19 694 784 15 603 803 10 367 240 6 831 607 6 560 291 6 648 163 6 731 351 1 927 094 100 769 710 69 950 269 Sumber : Asian International Input-Output Table 1995 dan 2000 diolah Tabel 31. Komposisi Input Sektor Industri Agro Indonesia Tahun 1995 dan 2000 Input Makanan, minuman, dan tembakau Teksti, kulit, dan turunannya Kayu dan produk olahannya Pulp, kertas,dan percetakan Produk Karet Total Input Industri agro 1995 2000 1995 2000 1995 2000 1995 2000 1995 2000 1995 2000 A. Input Antara 65.18 65.02 63.85 63.9 65.91 64.00 59.27 63.83 61.1 63.2 64.34 65.18 a. Domestik 62.50 59.97 50.09 46.73 63.44 56.87 47.66 39.52 58.12 44.20 58.91 62.50 b. Thailand 0.05 0.20 0.17 0.40 0.04 0.13 0.12 0.37 0.08 1.03 0.08 0.05 c. China 0.06 0.32 0.32 1.22 0.06 0.29 0.12 0.35 0.13 0.63 0.12 0.06 d. Negara Lainnya 2.57 4.53 13.26 15.55 2.37 6.72 11.37 23.59 2.77 17.34 5.23 2.57 B.Asuransi angkutan 0.10 0.16 0.66 0.72 0.11 0.23 0.31 0.74 0.16 0.91 0.23 0.10 C. Pajak Impor Pabean 0.10 0.18 0.68 0.60 0.22 0.24 0.75 0.40 0.20 1.12 0.28 0.10 D.Input Primer 34.62 34.63 34.81 34.78 33.76 35.54 39.67 35.03 38.54 34.77 35.16 34.62 a. Gaji dan Upah 8.51 9.29 11.37 12.28 9.26 10.08 10.46 10.31 18.31 17.34 9.93 8.51 b. Profit 18.73 16.83 17.13 16.78 18.48 20.08 25.46 20.75 15.62 14.16 18.62 18.73 c. Penyusutan 2.60 2.50 4.54 4.12 5.16 4.63 2.30 2.48 3.02 2.16 3.25 2.60 d. Pajak Tak Langsung 4.79 6.01 1.77 1.60 0.86 0.75 1.45 1.49 1.59 1.11 3.36 4.79 Total Input per Sektor 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : Asian International Input-Output Table 1995 dan 2000 diolah Indonesia sekitar 0.50 persen, sementara dari Thailand kurang lebih 0.28 persen. Dari Tabel 31 tampak bahwa pembiayaan impor yang berupa CIF Cost Insurance and Freight lebih banyak keluar dari industri tekstil, kulit dan produk ikutannya, yakni rata-rata 0.69 persen pada tahun 1995 dan 2000 dari total biaya input pada industri tersebut. Akan tetapi untuk pengeluaran pajak impor, ternyata industri barang dari karet adalah yang terbesar dalam kelompok industri agro Indonesia, yaitu rata-rata 0.66 persen untuk tahun 1995 dan 2000. Sebagian besar sektor industri agro negara Indonesia memberi nilai tambah input primer yang sama besar proporsinya dalam struktur input yang digunakan, rata-rata mencapai 34.89 persen pada tahun 1995 dan 2000. Paling besar proporsinya adalah industri pulp, kertas dan percetakan di tahun 1995, yaitu sebesar 39.67 persen, serta industri kayu dan produk olahannya di tahun 2000 yaitu sebesar 35.54 persen. Pemberian nilai tambah dari sektor industri agro ini ternyata lebih banyak tercurah pada surplus operasi yang menjadi keuntungan dari para pemilik modal, sedangkan tenaga kerja menerima nilai tambah lebih sedikit. Sebagai misal pada tahun 2000, andil industri pulp, kertas dan percetakan dalam menciptakan nilai tambah tenaga kerja hanya sekitar 10.31 persen dari total biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan seluruh input, sedangkan pemilik modal yang mendapat surplus operasi kebagian 20.75 persen. Kondisi yang berbeda jika diperhatikan pada industri barang dari karet, yang mampu memberi nilai tambah tenaga kerja paling besar diantara semua sektor industri agro yaitu sebesar 17.34 persen dari total biaya input di tahun 2000. Masih dari Tabel 31 terlihat bahwa dari seluruh komponen pembiayaan input sektor industri agro di Indonesia lebih banyak disumbangkan oleh industri makanan, minuman dan tembakau, baik itu berupa pengeluaran untuk input antara, pembiayaan impor, maupun input primer. Misalkan untuk input antara, kontribusi industri ini pada total biaya input antara sektor industri agro adalah sebesar 65.18 persen untuk tahun 1995, dan sebesar 65.02 persen untuk tahun 2000. Kemudian pada pengeluaran input primer, industri pulp, kertas, dan percetakan menjadi yang terbesar di sektor industri agro dengan kontribusinya sebesar 39.67 persen di tahun 1995, dan 35.03 persen di tahun 2000.

5.7. Dekomposisi Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Agro