Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani pada Kondisi Aktual

77 petani tersita untuk melakukan kegiatan off farm, dan banyak petani yang tidak bergabung dalam kelompok tani.

5.3. Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani pada Kondisi Aktual

Berdasarkan diskusi kelompok Focus on Group Discussion dengan berbagai pihak stake holders antara lain adalah Dinas-Dinas Teknis Dinas Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, dan Dinas Koperasi, pelaku ekonomi swasta perwakilan pabrik rokokpabrik rokok skala kecil-menengah, supplier pabrik rokok, pedagang tembakau, lembagaan mitra Bank Indonesia, dan beberapa elemen lembaga swadaya masyarakat LPK-NU, tokoh masyarakat, dan kelembagaan petani Asosiasi Petani Tembakau PamekasanAPTP, kelompok tani, tokoh petani, seperti kontak tani dicoba untuk memetakan persepsi masyarakat, berdasarkan keuntungan dan risiko komoditas yang diusahakan. Tabel 12. Pengelompokan Komoditas Menurut Tingkat Risiko Usahatani dan Profitabilitas Menurut Persepsi Petani di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 Profitabilitas Risiko Usahatani Rendah Sedang Tinggi Rendah Jagung lokal Kacang tanah Kacang hijau Kacang tunggak Semangka Belewah Cabai rawit Cabai jamu Kacang Panjang Timun Jagung hibrida Wijen Sedang Padi Tinggi Kedelai Terong Tebu Tembakau Bawang Merah Cabe merah Sumber : Data Hasil FDG. 78 Komoditas pertanian yang diusahakan petani dapat dipetakan dalam beberapa kelompok Tabel 12 yaitu : 1. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki keuntungan rendah dan risiko usahatani rendah terdiri dari komoditas jagung lokal, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang tunggak. 2. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki keuntungan tinggi dan risiko usahatani relatif rendah terdiri dari komoditas semangka, belewah, cabai rawit, cabai jamu, kacang panjang, timun, dan wijen dikategorikan 3. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki keuntungan rendah dan risiko usahatani relatif tinggi terdiri dari komoditas kedelai, terung, dan tebu. 4. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki keuntungan dan risiko usahatani tinggi terdiri dari komoditas tembakau, bawang merah, cabai merah, dan melon. Berdasarkan hasil FGD dengan stakeholders terdapat beragam pendapat tentang prospek tanaman tembakau dan alternatif solusi pemecahannya. Beberapa pendapat tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu : 1 kelompok yang mempertahankan bahwa tanaman tembakau harus tetap diusahakan apapun risikonya, karena sulit menggantikan komoditas tembakau dengan komoditas lain dan 2 kelompok yang bisa menerima bahwa tanaman tembakau diganti dengan alternatif tanaman lain yang juga memberikan keuntungan paling tidak mendekati 79 keuntungan tembakau. Berdasarkan kedua pendapat tersebut diperoleh kesepakatan cara mengatasi permasalahan tembakau di Pamekasan yaitu : 1. Secara kolektif misalnya melalui Asosiasi Petani Tembakau Pamekasan APTP mengurangi luas areal tanaman tembakau, langkah ini ditujukan untuk mengurangi kondisi kelebihan pasokan. 2. Secara simultan harus ada upaya terobosan peningkatan produktivitas tembakau. 3. mengembangkan pola tanam yang memasukkan komoditas bernilai ekonomi tinggi high economic value commodity, sehingga dapat memberikan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan rumah tangga petani secara lebih baik. 4. Bagi petani yang modalnya kecil, maka beberapa komoditas dapat dijadikan pilihan seperti komoditas Semangka, Belewah, Cabai rawit, Cabai jamu, Kacang Panjang, Timun, Jagung hibrida, dan Wijen. Dalam pembahasan pola tanam dibedakan menurut agroekologi lahan sawah dan tegalan di dataran rendah dan dataran tinggi. Kajian terhadap komoditas komersial penyusun pola tanam potensial di lahan sawah dan di lahan kering dataran tinggi pegunungan didasarkan atas wawancara dengan staholders pengambil kebijakan terkait pertanian, khususnya tembakau, serta para pelaku ekonomi. Dengan demikian dapat terjadi ada jenis komoditas komersial atau pola tanam yang potensial yang muncul hanya dengan frekuensi kecil, padahal mungkin merupakan pola tanam yang potensial alternatif, namun perlu modal besar dan risiko tinggi. 80 Hasil kajian lapang tentang berbagai pola tanam pada pedesaan contoh di Kabupaten Pamekasan ditunjukkan dalam Tabel 13. Terdapat kesamaan pola tanam dominan di areal sawah dan tegalan. Sementara di daerah pegunungan sebagian besar pola tanamnya adalah Bawang Merah – Tembakau – Jagung. Di daerah tegalan tidak pernah dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hortikultura, hal ini berkebalikan dengan di wilayah pegunungan. Tabel 13. Berbagai Pola Tanam di berbagai Areal Usahatani di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 No. Pola Tanam Pegunungan Sawah Tegalan 1. Padi – Tembakau – Jagung - 60 60 2. Padi – Hortikultura – Jagung 14 - 3. Bawang Merah – Tembakau – Jagung 50 4. Padi – Tembakau – Kacang Tanahkedelai 10 15 20 5. Padi – Horkultura – Kedelai - 9.5 - 6. Bawang Merah – TembakauCabai Rawit – Jagung 5 - 7. Bawang Merah – TembakauCabai Merah – Jagung 10 - 8. Cabai merah-Tembakau-Jagung 20 - 9. Sayuran lain – Tembakau – Jagung 5 - 10. Padi – Tembakau – Ubi Kayu Palawija - 20 11. Padi – Sayuran lain – Jagung 1.5 Sumber : Data Hasil FGD Siklus tanam untuk sebagian besar pola tanam yang ada di Kabupaten Pamekasan baik pada lahan sawah, tegalan, dan lahan kering gunung adalah satu tahun. Proporsi pola tanam ini diperoleh dari informasi kualitatif dengan wawancara FGD dan didukung data luas arel panen yang ada. Berdasarkan informasi tersebut dan hasil analisis usahatani beberapa komoditas penyusun pola tanam maka dapat dilakukan beberapa alternatif usahatani diantaranya : 1 tetap menanam komoditas tembakau dengan luas areal tanam yang dikurangi, 2 mengusahakan tanaman komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi yang 81 banyak disebut oleh petani yaitu bawang merah, cabai merah, melon, jagung hibrida, semangka, belewah, wijen dan 3 melakukan integrasi tanaman ternak terutama tanaman padi dengan sapi potong, jagung dengan sapi potong, padi dengan itik dan antara tanaman jagung dengan unggas komersial broiler dan layer . Berdasarkan proporsi pola tanam dan potensi hasil atau keuntungan usahatani yang didapat, maka komoditas yang dapat diintroduksikan adalah tembakau jenis lain virginia, jagung hibrida, bawang merah, cabai merah, tomat, semangka, melon, wijen, dan sayuran jenis lainnya kacang panjang, paria, ceisin. Keunggulan jagung hibrida ini menurut petani adalah disatu sisi tingkat produktivitas yang dicapai relatif sama atau lebih tinggi dengan padi, biaya produksi lebih rendah, dan harga cukup stabil. Penggunaan pola tanam padi- tembakau–jagung tidak dapat digunakan secara berturut-turut sepanjang waktu, oleh karena itu jagung hibrida dalam periode 3-4 tahun dapat digunakan untuk mensubtitusi tanaman tembakau MK I. Sementara itu, komoditas hortikultura semusim bawang merah, cabai merah, tomat, semangka, melon, wijen, dan sayuran jenis lainnya memiliki beberapa keunggulan antara lain : memberikan tingkat keuntungan yang jauh lebih tinggi, stabilitas pendapatan juga baik, karena beberapa tanaman seperti cabai merah, tomat, kacang panjang berumur pendek dan kontinyuitas pendapatan juga lebih terjamin, karena beberapa komoditas dapat dipanen beberapa kali, sehingga kontinyuitas pendapatan lebih terjamin. Sedangkan kelemahan komoditas alternatif ini adalah bahwa teknologi belum sepenuhnya dikuasai oleh petani teknologi pembibitan, budidaya, panen dan pasca panen, memerlukan 82 modal besar karena umumnya bersifat padat modal, petani belum menguasai sistem pemasaran dengan baik, dan rentan terhadap fluktuasi harga. 5.4. Persepsi Petani terhadap Beberapa Pola Tanam Alternatif Unggulan dikaitkan dengan Pendapatan Usahatani Tingkat pendapatan rumah tangga petani ditentukan oleh banyak faktor antara lain : jumlah anggota keluarga yang bekerja, jenis pekerjaan atau usaha yang dijalankan, luas penguasaan lahan, jenis komoditas yang diusahakan, tingkat teknologi yang diterapkan, pola tanam yang dipilih, dan intensitas usahatani dalam waktu satu tahun. Hasil FGD dengan beberapa stakeholders di Kabupaten Pamekasan tentang tingkat keuntungan usahatani beberapa komoditas adalah sebagai berikut : 1. Usahatani padi sebesar Rp 4-5 jutaHamusim 2. Usahatani jagung hibrida sebesar Rp 3-4 jutaHamusim 3. Usahatani jagung lokal sebesar Rp 2-2,5 jutaHamusim 4. Usahatani kedelai sebesar Rp 1,5-2 juta,-Hamusim 5. Usahatani tembakau rajangan sebesar Rp 6-9 jutaHamusim 6. Usahatani bawang merah Rp 31,25 jutaHamusim 7. Usahatani cabai merah besar sebesar Rp 15,35 jutaHamusim 8. Usahatani tomat sebesar Rp 7,41 jutaHamusim 9. Usahatani semangka sebesar Rp 11,5 jutaHamusim 10. Usahatani melon sebesar Rp 13,5 jutaHamusim Pangsa pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Pamekasan yang bersumber dari kegiatan pertanian diperkirakan mencapai pangsa lebih besar dari 60 persen. Sumbangan terbesar berasal dari kegiatan usahatani tembakau diperkirakan sebesar 40 persen, kemudian usahatani padi dengan pangsa 20 83 persen, usahatani jagung sekitar 15 persen, dan usahatani lainnya dengan pangsa 15 persen. Di samping usahatani yang bersifat land based, maka kegiatan usahaternak diperkirakan memberikan sumbangan terhadap pendapatan rumah tangga kurang lebih 10 persen. Namun pada daerah-daerah yang telah mengusahakan tanaman hortikultura bernilai ekonomi tinggi, pangsa pendapatan dari usahatani tersebut bisa mencapai 70 persen dari total pendapatan rumah tangga. Nampak bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola tanam yang diterapkan petani dengan struktur pendapatan, dimana tembakau dalam kondisi normal, hortikultura, padi dan jagung, serta usahaternak sapi potong memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan rumah tangga. Dari hasil tersebut nampak bahwa usahatani tembakau masih memberikan sumbangan yang paling besar kemudian disusul usahatani padi. Hal ini disebabkan kedua komoditas tersebut telah diusahakan secara massal oleh masyarakat petani. Untuk usahatani palawija, komoditas jagung baik jagung lokal maupun hibrida memberikan tingkat keuntungan yang rendah hingga sedang. Komoditas ini juga telah ditanam secara meluas oleh petani, karena merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah padi. Usahatani hortikultura semusim ternyata memberikan tingkat keuntungan usahatani paling tinggi. Berdasarkan informasi kualitatif dilapang variasi pendapatan untuk komoditas tembakau dan hortikultura semusim adalah sangat tinggi terutama disebabkan risiko jatuhnya harga pada saat panen. Implikasi kebijakan dari temuan ini adalah : 1 tidak disarankan secara frontal menggeser komoditas yang secara tradisional telah diusahakan oleh petani, seperti padi, tembakau, dan jagung, 2 introduksi tanaman komoditas hortikultura 84 semusim yang jauh lebih menguntungkan sebaiknya dilakukan dalam skala terbatas, hal ini karena teknologi belum sepenuhnya dikuasai oleh petani, dayaserap pasar produk hortikultura yang terbatas, dan penanaman komoditas hortikultura semusim ditujukan untuk mengurangi terjadinya over supply pada produk tembakau rajangan, dan 3 implementasi pola tanam yang memasukkan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi tidak mudah sehingga harus ada beberapa kebijakan pendukung.

5.5. Perilaku Petani di Pamekasan dalam Menentukan Pilihan Komoditas dan Pola Tanam