91 dan daya serap pasar, serta belum berkembangnya industri pengolahan, khususnya
untuk komoditas hortikultura. Beberapa kendala sosial dalam pengembangan komoditas dan pola tanam
alternatif, antara lain : pertama, luas penguasaan lahan yang relatif kecil  0,25- 1,00, sehingga komoditas padi dan jagung lokal dipandang sebagai komoditas
utama. Kedua, sebagian petani berstatus sebagai penggarap dengan sistem bagi hasil yang awalnya berkembang hanya untuk komoditas padi, sehingga akan
menghambat pengembangan komoditas dan pola tanam alternatif. Ketiga, budaya masyarakat petani di Pamekasan adalah padi dan tembakau  sehingga tidak mudah
untuk merubah komoditas dan pola tanam yang sudah diterapkan selama bertahun-tahun. Keempat, kurangnya jiwa kewirausahaan enterpreneurship,
sehingga sebagian besar petani kurang berani mengambil risiko  dan mengubah pilihan komoditas dan pola tanamnya. Kelima, semakin rendah tingkat pendidikan
semakin sulit menerapkan pola tanam alternatif, karena belum diadopsinya dengan baik komoditas alternatif padi.
5.6. Risiko Produksi Dan Risiko Pemasaran
Hampir dalam setiap produksi terutama produksi pertanian, risiko memainkan peranan yang sangat penting dalam pembuatan keputusan penggunaan
input dan produksi output. Kegagalan dalam berproduksi dapat disebabkan karena adanya hama, penyakit, ketidakpastian cuaca, dan teknik budidaya yang dilakukan
tidak sesuai dengan teknik anjuran. Hama merupakan salah satu jasad pengganggu pada tanaman tembakau
Madura, yang dapat merusak tanaman mulai dari proses pembibitan, pertanaman dan penyimpanan di gudang. Berdasarkan informasi dari penyuluh ada beberapa
92 jenis hama diantaranya berupa : 1 ulat daun seperti : Helicoverpa spp,
Spodoptera litura F , 2 kutu  tembakau  seperti : Myzus persicae, 3 ulat
penggerek batang seperti Agrotis ipsilon hufn, 4 belalang Cina Oxya chinensis dan 5 semut api merah  Selenopsis germinate.
Menurut Dalmadiyo et al. 2000 penyakit juga merupakan salah satu kendala dalam usahatani  tembakau  karena pada umumnya dapat menurunkan
kualitas dan kuantitasnya. Namun dalam tembakau  rajangan Madura penyakit masih belum menimbulkan masalah yang serius. Penyakit baru menimbulkan
masalah jika terjadi epidemic, sehingga pengendalian yang dilakukan menjadi tidak  efektif  karena sudah terlambat, dengan demikian informasi mengenai
penyakit tanaman dan pengendaliannya sangat penting untuk menghindari epidemic
. Berdasarkan pengamatan di lapang, menemukan gejala penyakit antara lain : lanas layu, virus  mozaik,  lebah kecambah di persemaian, kerupuk  di
pertanaman.  Pengendalian penyakit tanaman dapat dilakukan melalui varietas yang tahan,  pengendalian secara biologis, fisika maupun kimia. Cara
pengendalian penyakit untuk tiap-tiap lokasi berbeda tergantung pada cuaca, tanah, cara bertanam,  nilai pertanaman, dan kondisi petani. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan mengenai gejala, patogen, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Keunggulan  tembakau   Madura ialah aromanya yang khas. Tembakau Madura tidak dapat dihasilkan di tempat lain, sekalipun bibitnya sama. Ini
merupakan hasil alamiah yang khas dari daerah ini. Pemasaran tembakau Madura dimaksudkan untuk menghasilkan tembakau   rajangan sebagai bahan baku rokok
kretek yang dipasarkan secara bebas oleh petani. Mutu tembakau yang dihasilkan
93 harus sesuai dengan mutu yang diinginkan oleh konsumen. Mutu tembakau
Madura tidak dapat diukur secara pasti, karena keputusan terakhir penetapan mutu selalu didasarkan pada ukuran sensori aroma, rasa, elastisitas dan warna.
Meskipun pada akhirnya tembakau  yang dihasilkan oleh petani akan mengalir ke industri rokok, tetapi dalam memasarkan produknya, petani akan
berhadapan dengan tengkulak, bandol dan pengepul atau kadang-kadang langsung ke gudang pembelian yang merupakan perwakilan dari pabrik rokok. Harga
tembakau ditentukan secara sepihak oleh pembeli karena standar mutu yang telah diadakan oleh instansi yang terkait yaitu Lembaga Tembakau  Dinas Perkebunan
dan gudang-gudang pembelian setempat berupa standar  monster  pada setiap musim panen belum dapat dioperasionalkan secara efektif.
Mutu  tembakau  Madura sangat beragam dan penilaiannya yang bersifat manual
dan visual organoleptik sangat tergantung pada kebutuhan pabrik rokok. Walaupun demikian secara umum standar mutu tembakau  meliputi : warna,
pegangan body, aroma, tingkat kekeringan, kebersihan, kemurnian, ketuaan daun, posisi daun, dan lebar rajangan Tabel 14.  Berdasarkan  kriteria tersebut, mutu
tembakau   dikelompokkan kedalam jenis mutu I amat baik, II baik, III cukup, dan IV sedang. Jenis mutu tembakau   yang amat baik biasanya warna
tidak terlalu hijau, tidak berbau tanah atau bercendawan, tidak tercampur bahan- bahan bukan tembakau, dan tidak dicampur gula, dengan penjelasan sebagai
berikut: 1.
Warna  tembakau  kering ialah kuning kehijauan, hijau hijau muda, hijau tua,hijau mati, merah bata, coklat, hitam. Kecerahan warna ada tiga macam
yaitu cerah, pucat, dan kusam
94 2.
Peganganbody  dinilai baik elastis, cukup agak elastis, sedang sedikit elastis, dan kurang tidak elastis kasar
3. Aroma dinilai baik harum aromatis, cukup harum agak aromatis, sedang
harum  sedikit aromatis, kurang sedikit harum, sedikit aromatis, dan jelek tidak harum dan tidak aromatis;
4. Tingkat kekeringan dinilai  baik kadar air tembakau   rajang kering
diperkirakan  maksimal 12, cukup kadar air tembakau   rajang kering diperkirakan maksimal  13, sedang kadar air tembakau   rajang kering
diperkirakan maksimal 14, dan kurang kadar air tembakau   rajang kering diperkirakan lebih dari 14
5. Kebersihan dinilai baik hanya terdiri dari lamina daun tanpa gagang, dan
cukup terdapat campuran gagang atau benda lain maksimal 5 6.
Kemurnian dinilai baik terdiri dari satu jenis, cukup terdapat campuran jenis lain maksimal 5, sedang terdapat campuran jenis lain maksimal 10, dan
kurang terdapat campuran jenis lain lebih dari 10. 7.
Petikan daun dinilai muda belum mencapai tingkat yang cukup tua, ditandai dengan  warna daun yang masih hijau, tua sudah mencapai tingkat
kemasakan yang tua, ditandai dengan warna daun yang hijau kekuningan dan pada ujung daun berwarna coklat, dan lewat tua sudah melewati kemasakan
yang cukup tua, ditandai dengan warna daun yang sudah menguning bernoda coklat.
8. Posisi daun dinilai daun pasir, daun kaki, daun tengah, daun atas, dan daun
solang .
95 9.
Lebar rajangan dinilai halus 0,50-1,25 mm, cukup 1,26-2 mm, sedang 2,01 2, 70 mm, agak kasar 2,71-3,50 mm, dan kasar 3,51-5,00 mm.
Tabel 14.  Karakteristik  dan Jenis Mutu Tembakau Pamekasan
No. Karakteristik
Mutu I
II III
IV
1. Warna
Kuning, kehijauan,
cerah Kuning
kehijauan, cerah
Kuning kehijauan,
sedangcukup cerah
Kuning kehijauan,
pucat
2. Peganganbody
Baik Cukup
Cukup Sedang
3. Aroma
Baik Baik
Cukup Sedang
4. Tingkat
kekeringan Baik
Baik Baik
Baik 5.
Kebersihan Baik
Cukup Cukup
Cukup 6.
Kemurnian Baik
Baik Cukup
Sedang 7.
Petikan Tua
Tua Tua
Tua 8.
Posisi daun Tengah
dan atas Tengah
dan atas Tengah dan
atas Tengah
dan bawah
9. Lebar rajangan
Cukup Cukup
Cukup Cukup
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Pamekasan Fluktuasi harga dari tahun ke tahun selalu ditemui oleh petani tembakau,
hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya  : 1 produk yang dihasilkan  memiliki kualitas yang berbeda-beda, 2 kurang adanya
keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan, 3 menyediakan tembakau  sesuai dengan kebutuhan ternyata sangat sulit, karena belum adanya data akurat yang
disampaikan pihak pabrik mengenai rencana pembelian dan stok yang ada di gudang, dan 4 adanya persaingan yang kurang sehat antar pembeli tembakau.
Kondisi ini terkait dengan masa buka dan tutupnya gudang yang tidak diinformasikan terlebih dahulu. Seringkali gudang tembakau  buka hanya dalam
waktu  kurang dari satu bulan, padahal dalam aturan yang ditetapkan dalam perda, gudang pembelian tembakau  harus dibuka minimal selama  satu bulan pada saat
musim panen tembakau.
96
5.7.   Deskripsi Karakteristik Kelembagaan Lokal yang Terkait dengan Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan
Kelembagaan merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan ketika kita membicarakan tentang tingkat produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraan  yang dihasilkan oleh petani  tembakau di Kabupaten Pamekasan. Beberapa macam bentuk kelembagaan yang mempengaruhi kinerja petani
tembakau antara lain : 1.  Kelembagaan pengadaan sarana input
Kelembagaan pengadaan sarana input  mencakup beberapa kelembagaan diantaranya kelembagaan bibit, kelembagaan pupuk, kelembagaan tenaga kerja
dan kelembagaan permodalan. Sebagian besar  petani  tembakau  di  Kabupaten Pamekasan telah menggunakan bibit yang direkomendasikan dan diinginkan oleh
pabrik rokok, yaitu bibit Prancak 95  yang dapat menghasilkan tembakau dengan mutu  bagus. Lembaga-lembaga penyedia benih varietas unggul ini sangat banyak,
sehingga petani  dapat mengakses benih tersebut dengan sangat mudah.
Sebagian besar kelompok tani yang ada di Pamekasan terbentuk atas inisiatif dari Dinas Pertanian. Pembentukan kelompok tani ini memiliki beberapa
tujuan yaitu : 1 mempermudah transfer teknologi, 2 memperkuat posisi petani, 3 untuk mendapatkan pupuk yang bersubsidi, dan 4 sebagai wadah petani
untuk menyampaikan aspirasi mereka. Dari empat tujuan tersebut, tujuan yang ketiga mendapatkan pupuk bersubsidi yang menjadi alasan terkuat bagi petani
untuk membentuk kelompok tani, sehingga harapan untuk mewujudkan kelembagaan kelompok tani yang kuat sulit   untuk diwujudkan. Sebagian dari
kelompok tani tersebut telah memiliki struktur organisasi yang jelas tetapi peran dan tanggung jawab masing-masing  belum terlaksana dengan baik, bahkan
97 sebagian besar dari mereka belum mengetahui apa yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Selain itu didalam kelembagaan kelompok tani tersebut tidak digariskan secara jelas tentang aturan main rules of the games, pengaturan hak
dan kewajiban masing-masing anggota property right, norma yang berlaku, hukuman dan penghargaan terkait dengan norma bagi anggota-anggotanya.
Petani penanam tembakau  adalah petani yang pada sebagian besar memiliki lahan kurang dari 1 hektar, bermodal tanah dan tenaga, serta dengan
menggunakan  teknologi  yang sederhana yang diperoleh secara turun temurun. Para petani tembakau  bekerja secara bebas pada lahan yang sebagian besar
berstatus milik sendiri. Dibalik kebebasan dalam bekerja mereka terkendala oleh faktor modal dan tenaga. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan tenaga,
petani yang bertanam di sawah, pada waktu pengolahan tanah membentuk kelompok kerja dalam bentuk arisan kerja. Anggota arisan kerja pada umumnya
terdiri dari para petani yang memiliki status ekonomi yang hampir sama. Modal merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
produktivitas usahatani. Fenomena secara umum diketahui bahwa modal petani untuk menjalankan usahataninya sangat terbatas, sehingga mereka perlu terhadap
permodalan lain. Pemerataan akses terhadap modal bagi para petani khususnya diyakini sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatnnya. Hal ini
didasarkan atas pemikiran bahwa dengan modal  yang cukup, petani dapat mengoptimalkan sumberdaya usahatani guna meningkatkan keuntungan
usahataninya,  yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Di Kabupatem Pamekasan petani lebih sering mengakses modal
dari lembaga perkreditan informal rentenir dengan alasan  proses
98 peminjamannya  mudah dan  tanpa menggunakan agunan. Sedangkan untuk
mengakses kredit dari lembaga formal sulit untuk mereka dapatkan karena persyaratan yang diajukan sulit untuk dilakukan oleh petani,  prosedur untuk
mendapatkannya berbelit-belit, membutuhkan agunan, dan  skimnya tidak sesuai dengan pola produksi para petani. Di sebagian kecil wilayah keterbatasan modal
diatasi dengan  membentuk  pola kemitraan dengan pabrik rokok dan  Koperasi Unit Desa KUD yang berfungsi untuk memberikan kredit sarana produksi dan
menjamin pemasaran tembakau yang dihasilkan oleh petani yang bermitra dengan pabrik maupun yang menjadi anggota KUD.
2.  Kelembagaan aktifitas budidaya Jika dilihat dari penurunan produktivitas yang terjadi secara  terus
menerus,  maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani berproduksi tembakau  secara tidak efisien. Beberapa faktor   yang menjadi penyebab
ketidakefisienan ini adalah intensitas penyuluhan pertanian. Sangat disadari bahwa peranan penyuluhan pertanian dalam peningkatan produktivitas dan
perbaikan efisiensi teknis sangat penting, tetapi seringkali kelembagaan ini kurang dapat menjalankan fungsi yang diembannya dengan baik karena 1 keberadaan
lembaga penyuluhan cenderung terabaikan 2  jumlah dan tenaga penyuluh yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK relatif rendah, akibatnya kualitas
penyuluhan  dalam pelaksanaan program penyuluhan juga relatif rendah, dan 3 peran antarlembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan
belum terkoordinasi dengan baik. Masih banyaknya petani yang belum berproduksi secara efisien juga
disebabkan karena kurangnya alokasi penggunaan beberapa input seperti pupuk,
99 tenaga kerja dan pestisida, hal ini disebabkan karena sebagian besar petani
tembakau  memiliki modal yang terbatas, dan akses terhadap lembaga keuangan sangat rendah. Padahal kredit modal merupakan dukungan pembiayaan yang
seharusnya mudah diakses oleh para petani karena dengan kredit tersebut  : 1 membantu petani kecil dalam mengatasi keterbatasan modal dengan  bunga yang
relatif ringan, 2 mengurangi ketergantungan petani dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan demikian berperan dalam memperbaiki struktur dan
pola  pemasaran hasil pertanian, 3 mekanisme tranfer pendapatan diantara masyarakat untuk  mendorong pemerataan, dan 4 insentif bagi petani untuk
meningkatkan produksi usahatani. Keberadaan kelembagaan koperasi juga tidak banyak membantu para
petani dalam mengatasi masalah permodalan. Secara umum keberadaan koperasi di Kabupaten Pamekasan relatif sama yaitu antara hidup dan mati, perlu
dijelaskan bahwa sebagian besar koperasi unit desa yang ada disetiap kecamatan, saat penelitian dilakukan hanya tinggal bekas bangunannya dan bekas
pengurusnya. Keorganisasian dan kepengurusannya sebagian besar sudah tidak berfungsi lagi, bahkan tidak sedikit yang meninggalkan tunggakan hutang dan
memiliki citra buruk pada masyarakat petani dipedesaan. Pada umumnya koperasi ini adalah koperasi yang dahulunya sangat tergantung pada bantuan pemerintah
dan tidak mampu menggalang kerjasama  dengan pelaku-pelaku kegiatan ekonomi riil di lapang.
Bagi petani tembakau  yang bermitra dengan pabrik rokok, permasalahan modal dapat teratasi karena dalam kelembagaan kemitraan tersebut, pabrik rokok
menyediakan semua sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani, disamping itu
100 para petani yang bermitra mendapatkan pendampingan yang intensif  dari
pabrik rokok. Didalam  kelembagaan kemitraan tersebut telah dijelaskan aturan main rules of games diantara petani dan pabrik rokok yaitu  : 1 petani yang
menyediakan lahan dan tenaga kerja, 2 pabrik menyediakan semua input yang dibutuhkan kecuali tenaga kerja, 3 pabrik rokok memberikan bimbingan teknis
budidaya kepada petani, dan 4 petani berkewajiban menjual produknya kepada pabrik rokok.
3.  Kelembagaan pemasaran Pemasaran  tembakau  dimaksudkan untuk menghasilkan tembakau
rajangan  kering,  sebagai bahan baku rokok kretek yang dipasarkan secara bebas oleh petani. Mutu tembakau  yang dihasilkan harus sesuai dengan mutu yang
diinginkan oleh konsumen. Mutu tembakau tidak dapat diukur secara pasti, karena keputusan terakhir penetapan mutu selalu didasarkan pada ukuran sensori aroma,
rasa, elastisitas dan warna. Walaupun demikian secara umum standar mutu tembakau meliputi warna, pegangan atau  body, aroma, tingkat kekeringan,
kebersihan, kemurnian, ketuaan daun, posisi daun, dan lebar rajangan Meskipun pada akhirnya tembakau  yang dihasilkan oleh petani akan
mengalir ke industri rokok, tetapi dalam memasarkan produknya, petani akan berhadapan dengan tengkulak, bandol dan pengepul atau kadang-kadang langsung
ke gudang pembelian yang merupakan perwakilan dari pabrik rokok. Harga tembakau ditentukan secara sepihak oleh pembeli karena standar mutu yang telah
diadakan oleh instansi yang terkait yaitu Lembaga Tembakau  Dinas Perkebunan dan gudang-gudang pembelian setempat berupa standar monster  pada setiap
musim panen belum dapat dioperasionalkan secara efektif.
101 Di Pamekasan  dikenal 2 sistem  perdagangan tembakau yaitu  1 sistem
perdagangan tembakau pasaran yaitu penjualan tembakau pada waktu dan tempat yang telah ditentukan hari pasaran, petani menjual tembakaunya di pasar
tersebut, dan 2 sistem perdagangan  tembakau  melalui juragan orang yang mendapat kepercayaan dari pabrik tembakau  untuk membelinya  dan bandol
asisten dari juragan  dalam usaha untuk mendapatkan tembakau dari petani. Dari beberapa sistem perdagangan tembakau  di atas, sistem perdagangan  tembakau
yang disebut juragan dan bandol  lebih menonjol. Menurut para juragan di Madura, bekerjasama dengan bandol  lebih menguntungkan, karena bisa
memperlancar perdagangan. Apabila harus berhubungan langsung dengan para petani, maka juragan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyortir
tembakau, karena terlampau banyak tembakau  yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain kurangnya pengetahuan para petani tentang tatacara penjualan
tembakau, mereka juga menghadapi persaingan yang ketat untuk dapat memasarkan  tembakaunya. Para petani tembakau  selalu dihadapkan pada risiko
kerugian yang besar apabila mereka gagal dalam persaingan. Salah satu cara untuk mengatasi ketidakamanan tersebut, seperti persaingan ketat dan risiko
kerugian yang besar, adalah meminta bantuan bandol  untuk menjualkan tembakaunya.
Berkaitan dengan kegiatan pemasaran kelembagaan pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan daerah perda antara lain  :  1 perda no. 3
tahun 2002 yang mengatur tentang larangan tembakau  dari luar madura  untuk masuk ke pamekasan, ini dilakukan untuk melindungi keaslian tembakau  madura,
2 perda no. 5 tahun 2002 mengatur tentang pembelian dan pengusahaan gudang
102 tembakau yaitu : 7 hari sebelum buka gudang harus izin ke Bupati, 7 hari sebelum
gudang tutup diwajibkan lapor ke Bupati, dan  Lama buka gudang rata-rata selama satu bulan, 3 perda no 6 tahun 2002 mengatur tentang partisipasi yaitu setiap
akhir musim, gudang memberikan kontribusi kepada pemkab. Sebagian dana tersebut disalurkan ke dinas perkebunan Pamekasan dan dialokasikan untuk
pemberdayaan petani melalui program penggunaan pupuk
organik, pembentukan kelembagaan KUT  Komisi Urusan Tembakau, pembibitan
tembakau diberikan secara gratis, penangkaran benih  tembakau, pelatihan perajangan, dan 4 perda no.2 tahun 2008 mengatur tentang pengawasan
perdagangan  tembakau.  Dibuat tim pemantau dan pengawas yang bertugas mengawasi mekanisme perdagangan tembakau  di gudang.  Namun demikian
perda-perda tersebut tidak banyak membantu petani dalam penentuan harga tembakau.
Walaupun telah dibuat beberapa perda, namun posisi  petani tembakau masih  lemah, mereka tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga dan
menerima dengan pasrah penilaian  tingkat kualitas tembakau oleh para pembeli. Sekali lagi keberadaan kelembagaan koperasi maupun kelembagaan kelompok
tani tidak mampu menjadikan petani sebagai price taker komoditas tembakau. Hal ini disebabkan karena kelembagaan kelompok tani dan koperasi di pedesaan yang
kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat tidak berkembang karena adanya kooptasi yang berlebihan dari sistem birokrasi pemerintahan. Kondisi ini ternyata
lebih banyak melumpuhkan kelembagaan lokal yang selama ini berkembang dengan baik di masyarakat dan berperan dalam pemerataan pendapatan. Kooptasi
birokrasi yang berlebihan telah memunculkan kondisi asimetris informasi antara
103 sebagian besar masyarakat tani dengan kelompok lainnya. Asimetri informasi ini
membawa implikasi yang sangat luas terhadap rendahnya akses pelaku agribisnis terhadap sumberdaya modal, teknologi, peningkatan kemampuan, informasi pasar,
dan lain sebagainya.
VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM