38 kentang. Karakteristik komoditas, kondisi permintaan dan penawaran komoditas
di pasar menjadikan faktor risiko harga kubis lebih tinggi dibandingkan dengan kentang.
2.4.3. Penelitian tentang Efisiensi
Efisiensi merupakan permasalahan utama dalam proses produksi, yang sering menjadi sorotan peneliti sehingga banyak dilakukan penelitian yang
menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu produksi. Salah satu model yang banyak dimanfaatkan untuk menganalisa efisiensi adalah model fungsi produksi frontir
stokastik. Model ini banyak dimanfaatkan untuk meneliti tingkat efisiensi pada berbagai sektor diantaranya pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
Kurkalova et al. 2000 meneliti efisiensi teknis pada produksi padi di Ukraine. Mereka memanfaatkan model produksi frontier stochastic .Hasil studi
menyatakan bahwa Efisiensi teknis menurun dari tahun 1989 sampai 1992, selain itu manajer yang lebih berpengalaman bekerja lebih produktif, ditemukan juga
bahwa penambahan infrastruktur produksi berhubungan erat dengan efisiensi, dan penelitian ini juga mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa disorganisasi
menyebabkan penurunan output dalam perekonomian yang masih dalam tahap transisi.
Penelitian tentang perbaikan produkivitas beras di Korea telah dilakukan oleh Lee and Kwon 2004. Produktivitas dianalisis secara parametrik dengan
model efisiensi time variant dan non parametrik dengan menggunakan indikator Luenberger
dan indikator Malmquist. Berdasarkan hasil analisis dengan tehnik perhitungan yang berbeda diperoleh nilai-nilai produktivitas yang berbeda.
Namun demikian kedua pengukuran tersebut menyatakan bahwa sumber utama
39 dari pertumbuhan usahatani beras di korea adalah perubahan teknologi dan
perbaikan produktivitas pada daerah-daerah yang nilai produktivitasnya rendah. Pengaruh perbaikan teknologi terhadap efisiensi produksi diteliti oleh
Theingi dan Thanda 2005 dalam sebuah konferensi penelitian pertanian internasional untuk pembangunan. Mereka mempresentasikan hasil penelitian
yang berjudul Analisis Efisiensi Teknis Sistem Produksi Beras Beririgasi di Myanmar. Studi ini bertujuan menguji efisiensi teknis dari produksi beras yang
menggunakan sistem irigasi. Masalah yang dihadapi oleh petani pada saat studi dilakukan adalah : harga pupuk yang tinggi, kekurangan air irigasi, keterbatasan
investasi, minimnya pengetahuan tentang proteksi tanaman dan sulitnya mendapatkan benih yang produktivitasnya tinggi. Berdasarkan hasil estimasi
fungsi produksi frontier stochastik, keberadaan tenaga kerja keluarga dan penggunaan pupuk secara signifikant berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas pada usahatani kecil. Selain itu ditemukan bahwa tingkat pendidikan petani yang skala usahanya menengah berpengaruh negatif terhadap inefisiensi
teknis. Petani skala besar memiliki efisiensi teknis yang tertinggi yaitu sebesar 0.77 di atas petani yang skalanya menengah dan kecil. Oleh karena itu pemerintah
seharusnya melanjutkan dukungannya dalam investasi publik dan teknologi agar diperoleh efisiensi teknis yang lebih tinggi. Dengan kata lain kenaikan tingkat
produksi dan efisiensi dapat dicapai dengan cara meningkatkan penggunaan pupuk urea, menambah jumlah tenaga kerja dan meningkatkan pendidikan petani.
Pengukuran efisiensi dengan membandingkan usahatani yang telah menggunakan mekanisasi dengan yang belum, dilakukan oleh Ajao et al. 2005.
Studi yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan efisiensi teknis usahatani
40 jagung yang memakai mesin dengan usahatani yang tidak memakai mesin di Oyo
State Nigeria, dengan menggunakan pendekatan frontir stokastik. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis petani sebesar 0.72 untuk usahatani
mekanis dan 0.62 untuk usahatani non mekanis. Berdasarkan observasi, pendapatan yang diperoleh akan lebih baik jika sumberdaya, digunakan secara
efisien dengan menggunakan teknologi yang ada. Sehingga dalam jangka pendek ada potensi sebesar 28 persen untuk menaikkan produksi jagung dengan
mengadopsi teknologi yang ada yang sudah menggunakan teknologi mesin, sementara ada potensi sebesar 38 persen untuk menaikkan produksi jagung pada
usahatani yang tidak menggunakan mesin. Dari keseluruhan variabel yang dimasukkan dalam model efisiensi, hanya variabel pupuk yang berpengaruh
positif baik pada usahatani yang menggunakan mesin maupun pada usahatani yang tidak menggunakan mesin. Ini berimplikasi bahwa penggunaan pupuk dalam
usahatani jagung tidak bisa diabaikan. Hasil penemuan lainnya adalah variabel tenaga kerja dan biaya lain berpengaruh secara signifikan terhadap usahatani
jagung yang menggunakan mesin. Linh 2005 juga mengukur efisiensi rumahtangga usahatani beras di
Vietnam. Studi ini mengestimasi efisiensi teknis yang diperoleh dengan dua pendekatan yaitu : 1 DEA Data Envelopment Analysis, dan 2 model frontier
stochastic dengan menggunakan data survey rumatangga usahatani beras di
vietnam. Efisiensi teknis dibuat sebagai fungsi rumahtangga dan faktor-faktor produksi. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan deterministik,
semi parametrik dan parametrik menunjukkan bahwa, efisiensi teknis sangat dipengaruhi oleh pendidikan dasar dan faktor regional.
41 Di sektor perkebunan penelitian tentang efisiensi telah dilakukan oleh
Msuya et al. 2005 . Mereka mengkaji tingkat efisiensi pada perkebunan gula di Tanzania . Secara khusus studi ini membandingkan efisiensi petani outgrower petani
swadaya dan petani non outgrower petani yang tergabung dalam sistem perkebunan. Mereka menguji hubungan antara tingkat efisiensi dengan berbagai
faktor yang spesifik. Dalam penelitian ini diambil 140 petani sampel outgrower dan non outgrower. Untuk mengestimasi tingkat efisiensi teknis digunakan software
frontir 4.1 yang dibuat oleh Coelli. Efisiensi teknis diestimasi dengan menggunakan fungsi poduksi frontier Cobb Douglas, yang diasumsikan memiliki distribusi normal.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara umur, pendidikan, pengalaman dengan efisiensi teknis.
Dibidang peternakan, Tauer 2001 menganalisis efisiensi dan kemampuan bersaing usahaternak kecil di New York. Selama ini banyak yang beranggapan
bahwa usaha peternakan kecil sulit bertahan karena biaya produksi susu per cwt yang dikeluarkan oleh peternak kecil jauh lebih besar daripada biaya produksi
susu per cwt yang dikeluarkan oleh peternak skala besar. Catatan bisnis di New York dengan konsisten menyebutkan bahwa biaya produksi peternak kecil selalu
lebih besar. Pada tahun 1999 diambil sampel sebanyak 314. Dengan menggunakan model biaya produksi frontir ditemukan bahwa efisiensi usaha
peternakan kecil dapat diperbandingkan dengan efisiensi usaha peternakan besar. Berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi 50 sapi untuk peternak kecil sebesar
0.299Kg , hanya lebih besar empat persen dari biaya yang dikeluarkan oleh peternak besar untuk 500 sapi yaitu sekitar 0.287Kg. Implikasinya adalah
efisiensi peternak kecil dapat dikompetisikan dengan efisiensi peternak besar.
42 Zeni et al. 2002 mengaplikasikan fungsi produksi frontir dalam bidang
perikanan. Mereka mengkaji efisiensi teknis pada perikanan Drifnet dan Payang
di Sumatra Barat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji struktur produksi perikanan dari berbagai alat tangkap dan spesies di Sumatra
Barat. Sebagian besar nelayan di daerah ini masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini dicirikan dengan rendahnya produktivitas dan
penggunaan input yang tidak efisien. Dua alat tangkap penting yang digunakan oleh nelayan yang menjadi responden adalah drifnet dan payang seine. Dengan
menggunakan fungsi produksi frontier stochastic translog, ditemukan bahwa sekitar 70 sampai 100 persen unit penangkapan dengan drifnet dan payang telah
rata-rata efisiensi teknis diatas 0.9. Ini berimplikasi bahwa ekstensi produksi ikan dengan alat tangkap drifnet masih mungkin untuk dilakukan dengan cara
mengadopsi teknologi dari nelayan yang sudah berpengalaman atau dari nelayan yang sudah terlatih, dan melalui alokasi sumberdaya yang optimal. Meskipun
penangkapan dengan payang sudah mencapai kondisi yang optimal, kebijakan untuk meningkatkan penangkapan ikan seharusnya difokuskan kepada
penangkapan dengan menggunakan drifnet, disisi lain upaya penangkapan dengan cara payang seharusnya mulai dikurangi.
Penelitian tentang efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis terhadap 60 petani yang memiliki skala usaha kecil di wilayah Dajabon Republik Dominican
telah dilakukan oleh Bravo dan Pinheiro 1997. Teknik Maximum Likelihood digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi frontir Cobb Douglas, dan
kemudian dimanfaatkan untuk menurunkan fungsi dualnya. Kedua frontir tersebut kemudian digunakan sebagai dasar pengukuran tingkat efisiensi. Berdasarkan
43 hasil analisis didapat rata-rata tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis
masing-masing sebesar 70 persen, 44 persen, dan 31 persen. Implikasi dari hasil ini adalah penurunan biaya atau peningkatan input masih dapat dicapai dengan
memaksimumkan penggunaan teknologi yang ada. Analisis yang kedua dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber inefisiensi teknis, alokatif dan ekonomis. Hasil
analisisnya menunjukkan bahwa petani yang usianya lebih muda dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan efisiensi teknis. Sedangkan
petani yang memiliki kontrak dengan perusahaan agribisnis, usahatani yang berukuran sedang dan reformasi status agraria berpengaruh dalam meningkatkan
efisiensi alokatif dan ekonomis. Berdasarkan analisis direkomendasikan beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pendapatan petani : 1 pemerintah memfasilitasi hubungan kerjasama antara petani dengan perusahaan agribisnis, 2 pemerintah membantu
perkembangan skala usahatani supaya petani yang skala usahanya kecil menjadi petani yang skala usahanya menengah, dan 3 pemerintah harus membantu petani
dalam mengakses informasi tentang usahatani yang baik. Penelitian ini belum memasukkan faktor-fakor lain yang diperkirakan juga mempengaruhi efisiensi
diantaranya : risiko, ketidaksempurnaan pasar, terbatasnya dana tunai, dan status sosial.
Fan 1999 dalam studinya yang berjudul Perubahan teknologi, efisiensi teknis dan efisiansi alokatif pada kegiatan pertanian di negara China : kasus
produksi beras di Jhiangsu, menggunakan pendekatan fungsi biaya bayangan frontir untuk mengestimasi dampak perubahan teknologi secara empiris,
perbaikan efisiensi teknis dan alokatif pada sektor pertanian di China selama
44 periode reformasi 1984–1993. Hasilnya menunjukkan bahwa reformasi
pedesaan fase pertama 1979-1984 yang difokuskan pada desentralisasi sistem produksi memiliki dampak yang signifikan terhadap efisiensi teknis tetapi tidak
pada efisiensi alokatif. Selama reformasi fase kedua yang didukung dengan adanya liberalisasi pasar pedesaan, perbaikan efisiensi teknis hanya sedikit sekali
tetapi efisiensi alokatif meningkat tajam. Pengukuran efisiensi ekonomis yang merupakan perkalian dari efisiensi
teknis dan alokatif dilakukan oleh Ogundari dan Ojo 2006. Mereka secara empiris menguji efisiensi produksi usahatani cassava di Osun State Nigeria dengan
menggunakan data ditingkat usahatani. Fungsi produksi stokastik dan Model fungsi biaya digunakan untuk memprediksi tingkat efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa di area penelitian menunjukkan skala pengembalian yang menurun, dengan nilai return to scale sebesar 0.84 . Ini berarti
bahwa petani-petani cassava efisien dalam mengalokasikan sumberdaya mereka. Selain itu, juga diukur efisiensi produksi yang terdiri dari efisiensi teknis, efisiensi
alokatif , dan efisiensi ekonomis . Dari hasil analisis diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomis untuk masing-masing
sebesar 0.903, 0.807 dan 0.89. Implikasi kebijakannya adalah bahwa usahatani cassava di area studi, rata-rata sudah efisien dalam mengalokasikan sumberdaya
mereka dengan mempertimbangkan skop operasi mereka dan keterbatasan sumberdaya.
Penelitian tentang dampak kebijakan makroekonomi terhadap efisiensi ekonomi petani beras di Indonesia telah dilakukan oleh Fabiosa et al. 2004.
Fungsi produksi dan biaya Cobb Douglas frontier stokastik dimanfaatkan untuk
45 menganalisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis. Studi ini membandingkan
kondisi petani beras Indonesia sebelum, selama dan setela krisis ekonomi makro. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa efisiensi produksi menurun sebesar
7-22 persen selama masa krisis. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan efisiensi yang lebih tinggi adalah skala usahatani yang lebih besar dan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN