Pengaruh perilaku risiko produksi petani terhadap alokasi input usahatani tembakau

(1)

PENGARUH PERILAKU RISIKO PRODUKSI PETANI

TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU :

PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIR STOKASTIK

DISERTASI

ELYS FAUZIYAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul “PENGARUH PERILAKU RISIKO PRODUKSI PETANI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU :

PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIR STOKASTIK” merupakan

gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Mei 2010

ELYS FAUZIYAH


(3)

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(4)

ELYS FAUZIYAH. The Effect of Farmer’s Risk Production Behaviour on the Input Allocation of Tobacco Farming: A Stochastic Frontier Production

Function Approach (SRI HARTOYO, as a Chairman, NUNUNG KUSNADI

and SRI UTAMI KUNTJORO as members of the Advisory Committee).

The declining of tobacco farming productivity has been occurred for years in Pamekasan District due to improper input allocation which is affected by the farmer’s risk production behaviour. Risk taker farmer tend to allocate more input and thus has a higher productivity than risk averse do. This research was aimed to: (1) examine farmer’s production risk behaviour; (2) evaluate the characteristics of farmers based on their risk production behaviour and its effect on input allocation decision, efficiency, productivity and profitability, and (3) analyze the level of efficiency , and the source of technical inefficiency in tobacco farming with contract farming and self-supporting system on highland, wetland and dry land. Four hundred fifteen samples were selected by stratified random sampling system. Kumbhakar Model with Maximum Likelihood Estimation was adopted in analyzing the first purpose, while descriptive and regression analysis were employed to analyze the rest objectives. The results indicate that the most of Tobacco farmers in Pamekasan were risk averse. The more the degree of their risk averseness the less input allocated, the lower level of efficiency, productivity and profitability. The research also found that tobacco farming with contract farming system has higher technical efficiency than the self-supporting system.


(5)

RINGKASAN

ELYS FAUZIYAH. Pengaruh Perilaku Risiko Produksi Petani terhadap Alokasi Input Usahatani Tembakau : Pendekatan Fungsi Produksi Frontir Stokastik (SRI HARTOYO sebagai Ketua, NUNUNG KUSNADI dan SRI UTAMI KUNTJOROsebagai Anggota Komisi Pembimbing)

Tembakau (Nicotiana spp.L.)

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pamekasan karena daerah ini merupakan salah satu sentra produksi tembakau Madura yang dikenal sebagai tembakau aromatis. Populasi dari penelitian ini adalah semua petani tembakau yang berusahatani di daerah Pegunungan, tegalan, dan sawah baik yang menggunakan sistem kemitraan maupun sistem swadaya. Sampel penelitian sebanyak 450 responden. Model Kumbhakar (2002) diadopsi untuk menganalisis

merupakan salah satu komoditas perkebunan yang masih memiliki peranan cukup penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Di Kabupaten Pamekasan komoditas tembakau merupakan komoditas unggulan daerah yang sangat mendominasi sektor perkebunan sehingga pemerintah daerah sangat konsen dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani-petani tembakau. Dinas Perkebunan Pamekasan menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 337 000 orang. Dari jumlah tersebut, 304 000 orang adalah petani yang membudidayakan komoditas tembakau baik didataran rendah maupun di pegunungan. Pada saat kegiatan pascapanen dapat melibatkan sekitar 30 000 orang, 1 600 pedagang, 400 perajin tikar dan tali untuk pembungkus tembakau yang sudah diolah, serta 500 orang perajin tembakau krosok. Salah satu permasalahan dalam usahatani tembakau adalah penurunan produktivitas tembakau dirasakan oleh hampir keseluruhan petani tembakau di Kabupaten Pamekasan. Rata-rata Produktivitas tembakau Pamekasan berada dibawah rata-rata produktivitas tembakau di daerah lain di Jawa Timur (1.78 ton/hektar), namun bagi petani tembakau di Kabupaten Pamekasan keadaan ini tidak menyurutkan mereka untuk tetap menanam tembakau. Bahkan dari tahun ke tahun ada kecenderungan terjadi peningkatan luas areal tanam. Ini terjadi karena menurut persepsi para petani menanam komoditas tembakau lebih menguntungkan dibandingkan dengan menanam komoditas lain. Tingkat produktivitas usahatani yang dihasilkan oleh petani, tidak terlepas dari perilaku petani dalam menghadapi risiko, karena pilihan perilaku tersebut dapat mempengaruhi alokasi input yang digunakan dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan efisiensi yang dicapai. Berkenaaan dengan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) perilaku risiko produksi petani, (2) karakteristik petani berdasarkan perilaku risiko petani dan pengaruh perilaku tersebut terhadap alokasi input, efisiensi, produktivitas serta keuntungan, dan (3) tingkat efisiensi dan sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi teknis pada usahatani tembakau yang terdapat pada agroekosistem pegunungan, sawah dan tegalan dengan sistem kemitraan dan swadaya.


(6)

tujuan pertama dan ketiga, dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation, sedangkan tujuan kedua dianalisis secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk tabel.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa perilaku resiko produksi petani tembakau pegunungan yang menggunakan sistem kemitraan tergolong sebagai petani risk taker. Sedangkan pada petani tembakau pegunungan dengan sistem swadaya, petani tembakau tegal dengan sistem kemitraan maupun petani tembakau sawah dengan sistem kemitraan dan sistem swadaya, semuanya berperilaku risk averse, sementara itu satu-satunya kelompok petani tembakau yang berperilaku risk neutral adalah petani tembakau tegalan yang menggunakan sistem swadaya. Hasil analisis yang lain menunjukkan bahwa bahwa semakin berani petani mengambil risiko maka semakin besar alokasi input-input yang digunakan dalam usahataninya, semakin besar tingkat produktivitas dan keuntungan yang dihasilkan dan sebaliknya, semakin takut petani terhadap risiko produksi maka semakin sedikit alokasi input yang digunakan dalam usahataninya dan semakin rendah tingkat produktivitasnya. Selain itu diperoleh gambaran bahwa tingkat pencapaian efisiensi teknis pada petani kemitraan lebih tinggi daripada petani swadaya. Beberapa faktor yang menjadi sumber inefisiensi adalah umur, teknik budidaya, kelompok tani, penyuluhan pertanian maupun keanggotaan dalam lembaga koperasi.

Implikasi kebijakan yang dapat digunakan untuk mereduksi risk averse adalah : (1) memperbaiki sistem kemitraan pada usahatani tembakau yang terdapat pada agroekosistem tegalan dan sawah, supaya diantara pihak yang bermitra (petani dan pabrik rokok) mengindahkan aturan main yang telah disepakati, (2) pemerintah hendaknya bertindak sebagai fasilitator untuk menjembatani terbentuknya kemitraan antara petani swadaya dengan pabrik rokok, (3) mendorong petani untuk bergabung dengan kelompok tani serta menjadi anggota koperasi, dan (4) meningkatkan peranan penyuluhan pertanian.


(7)

PENGARUH PERILAKU RISIKO PRODUKSI PETANI

TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU :

PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIR STOKASTIK

Oleh :

ELYS FAUZIYAH

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(8)

Judul Penelitian : Pengaruh Perilaku Risiko Produksi Petani terhadap Alokasi Input Usahatani Tembakau : Pendekatan Fungsi Produksi Frontir Stokastik

Nama Mahasiswa : Elys Fauziyah Nomor Pokok : A161050051

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Ketua

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS. Anggota Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS. Tanggal Ujian : 31 Mei 2010 Tanggal Lulus :


(9)

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup :

1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka :

1. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, MS, APU

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementrian Pertanian

2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar,M.Ec.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor


(10)

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup :

1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka :

1. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, MS, APU

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementrian Pertanian

2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar,M.Ec.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor


(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan hidayah-Nya, sehingga penulisan

disertasi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpah

kepada Nabi Muhammad SAW., keluarga dan para sahabatnya yang telah

mengajarkan kalimat dan pesan Allah kepada seluruh umat manusia. Disertasi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program

Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan disertasi yang berjudul : Pengaruh Perilaku Risiko Produksi

Petani terhadap Alokasi Input Usahatani Tembakau : Pendekatan Fungsi

Produksi Frontir Stokastik, terinspirasi dari sebuah fakta yang menunjukkan

kondisi produktivitas tanaman tembakau di Kabupaten Pamekasan yang terus

mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Terselesaikannya seluruh proses pendidikan doktor ini, tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu

meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau yang sangat padat untuk

memberikan arahan, masukan dan bimbingan sejak tahap awal penyusunan

proposal, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan disertasi ini.

2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang


(12)

wawasan penulis untuk memperdalam kajian disertasi, disela-sela kesibukan

beliau yang sangat padat.

3. Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS. sebagai Anggota Komisi Pembimbing

yang dengan sabar memberikan masukan-masukan yang sangat membantu

penyempurnaan penulisan disertasi ini.

4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian

Tertutup, dan telah memberikan banyak masukan, pertanyaan, dan kritik atas

tulisan yang telah disusun.

5. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS. selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup

yang telah memberikan masukan, pertanyaan, dan kritik untuk perbaikan

tulisan ini.

6. Prof. Dr. Ir. Bonar Sinaga, MA. selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Pertanian atas pertanyaan dan saran-saran untuk perbaikan pada Ujian

Tertutup dan Ujian Terbuka, serta ilmu-ilmu yang telah diberikan pada

penulis selama masa perkuliahan. Bapak adalah salah seorang dosen yang

patut diteladani atas komitmen dalam proses belajar mengajar, dalam rangka

menghasilkan lulusan yang berkualitas baik.

7. Dr. Muhammad Firdaus, SP, MS. selaku Wakil Dekan FEM dan Ketua

Sidang Ujian Tertutup atas pertanyaan, masukan, dan saran perbaikan yang

diberikan.

8. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, MS, APU selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian

Terbuka yang telah memberikan masukan, pertanyaan, dan kritik untuk


(13)

9. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar,M.Ec selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian

Terbuka yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk

memberikan masukan, pertanyaan, dan kritik untuk perbaikan tulisan ini.

10. Prof. Dr. Ir. Iksan Semaoen, MS. yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program Doktor sewaktu

beliau masih menjabat sebagai Rektor Universitas Trunojoyo. Bapak adalah

salah satu orang yang tidak akan pernah terlupakan dalam kehidupan saya.

11. Rektor, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan Agribisnis Universitas

Trunojoyo atas izin yang telah diberikan kepada penulis untuk menempuh

Program Doktor.

12. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional Indonesia atas beasiswa

BPPS yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Program

Doktor.

13. Rekan-rekan penulis di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, yang

menjadi sahabat pada masa perkuliahan dan teman untuk berdiskusi.

14. Indah Wahyuni Abidah, SPi, MSi. yang telah menjadi sahabat terbaik dalam

suka dan duka. Semoga persaudaraan kita abadi untuk selamanya.

15. Rekan–rekan penulis di Universitas Trunojoyo, yang selalu memberikan

dukungan moril kepada penulis.

16. Mbak Rubi, mbak Yani, mbak Angga, bu Kokom dan pak Husen atas

bantuan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi

Ilmu Ekonomi Pertanian.

17. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan disertasi ini dan telah


(14)

Jika ditemukan kebenaran semua ilmu adalah dari Allah SWT, dan jika

terdapat kesalahan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis. Semoga

disertasi ini bermanfaat untuk pengembangan keilmuan, amin.

Bogor, Mei 2010


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 9 Juli 1972 dari

pasangan Bapak Ghozali Noor, SH dan Ibu Maimunah Adnan, BA. Penulis

bersuamikan Agus Hermawan, SH dan dikarunia satu orang anak yang bernama

Kayisah Alisia Bening Sukma.

Pendidikan penulis sejak dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas

diselesaikan di Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang, yaitu masing-masing

SDI Salafiyah, MTs Khairuddin, dan MA Khairuddin. Pada tahun 1991 penulis

melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Universitas Islam Malang dan lulus pada

tahun 1995. Kemudian pada tahun 1997 penulis menerima beasiswa dari

Bappenas pada proyek URGE untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2 di

Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang dan Setelah lulus penulis bekerja

sebagai staf pengajar di STAIN Malang sebagai dosen tidak tetap. Pada tahun

2002 penulis diangkat sebagai staf pengajar di Universitas Trunojoyo sampai

sekarang. Kemudian pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarja

Institut Pertanian Bogor, dengan mendapat beasiswa program BPPS dari Ditjen

Dikti. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis mendapatkan Hibah STRANAS untuk


(16)

P e r s e m b a h a n

Disertasi in i kupersem bah akan un tu k : Ayah dan ibu , yan g selalu m em berikan duku ngan dan doa yan g tidak pern ah terh en ti kepada an an da un tu k secepatn ya m en yelesaikan stu di ini. Terim a kasih ayah .. ibu …, atas kasih sayan g yan g selalu tercu rah , Moh on

m aaf sam pai detik in i an an da m asih teru s m en jadi beban un tu k ayah dan ibu . Su am iku , terim a kasih atas kesabaran , du kungan dan pen gertian n ya selam a in i. Gadis kecilku , Kayisah Alisia Benin g Su km a…Maafkan m am a sayan g yan g

selam a in i tidak bisa sepenuhn ya ada disisimu. Maafkan m am a karen a telah m eram pas waktu yan g seh aru snya m en jadi m ilikmu . Sem oga

Allah SWT selalu m elin dun gimu sayan g Adik-adikku , Nailil Mu fidah , Iin Arifatun Nisa, Zen Fu ad Noor, Zaki H abibu lloh Noor, Iwan Bastom i, Laylia Suh artan ti atas duku n gan , ban tu an dan doan ya selam a in i.


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……….. v

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 7

1.3. Tujuan Penelitian……….. 12

1.4. Kegunaan Penelitian………. 12

1.5. Pembaruan Penelitian………... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 14

2.1. Konsep Resiko dan Ketidakpastian……….. 14

2.2. Konsep Efisiensi produksi……… 18

2.3. Konsep Kemitraan……… 29

2.4. Penelitian Terdahulu………. 31

2.4.1. Penelitian Tentang Komoditas Tembakau………. 31

2.4.2. Penelitian Tentang Risiko ………... 32

2.4.3. Penelitian Tentang Efisiensi……….. 38

III. KERANGKA PEMIKIRAN ………. 46

3.1. Perilaku Risiko Produksi... 46

3.2. Keterkaitan antara Perilaku Risiko Produksi dengan Alokasi Input dan Keuntungan... 48

3.3. Model Perilaku Risiko Kumbhakar... 50

3.4. Sumber-Sumber Inefisiensi... 56


(18)

ii

IV. METODE PENELITIAN ... 60

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian………. 60

4.2. Pengambilan sampel ……… 60

4.3. Jenis dan Sumber Perolehan Data ………... 63

4.4. Metode Analisis ……….. 63

4.4.1 Metode untuk analisis perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi pada usahatani tembakau... 64

4.4.2. Metode untuk analisis pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi terhadap alokasi input, produktivitas dan keuntungan... 67

4.4.3. Metode untuk analisis tingkat efisiensi dan sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi teknis... 67

V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU... 70

5.1. Karakteristik Petani Tembakau di Kabupaten Pamekasan……… 70

5.2. Usahatani Tembakau di Pegunungan dan Dataran Rendah... 73

5.3. Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani Pada Kondisi Aktual………... 77

5.4. Persepsi Petani terhadap Beberapa Pola Tanam Alternatif Unggulan dikaitkan dengan Pendapatan Usahatani……….. 82

5.5. Perilaku Petani di Pamekasan dalam Menentukan Pilihan Komoditas dan Pola Tanam... 84

5.6. Risiko Produksi Dan Risiko Pemasaran... 91

5.7. Deskripsi Karakteristik Kelembagaan Lokal yang Terkait dengan Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan... 96

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU... 104

6.1 Perilaku Petani dalam Menghadapi Risiko Produksi pada Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan... 106


(19)

iii

6.1.1. Usahatani tembakau pegunungan dengan sistem

kemitraaan... 106

6.1.2. Usahatani tembakau pegunungan dengan sistem swadaya ... 111

6.1.3. Usahatani tembakau tegalan dengan sistem kemitraan... 116

6.1.4. Usahatani tembakau tegalan dengan sistem swadaya... 121

6.1.5. Usahatani tembakau sawah dengan sistem kemitraan... 124

6.1.6. Usahatani tembakau sawah dengan sistem swadaya... 128

6.2. Pengaruh Perilaku Petani dalam Menghadapi Risiko Produksi Usahatani Tembakau terhadap Alokasi Input, Produktivitas dan Keuntungan... 131

6.3. Tingkat Efisiensi dan Sumber - Sumber Penyebab terjadinya Inefisiensi Teknis... 138

6.3.1. Usahatani tembakau pegunungan dengan sistem kemitraan... 138

6.3.2. Usahatani tembakau pegunungan dengan sistem swadaya ... 140

6.3.3. Usahatani tembakau tegalan dengan sistem kemitraan... 145

6.3.4. Usahatani tembakau tegalan dengan sistem swadaya ... 147

6.3.5. Usahatani tembakau sawah dengan sistem kemitraan... 150

6.3.6. Usahatani tembakau sawah dengan sistem swadaya ... 152

VII. SIMPULAN DAN SARAN……… 155

7.1. Simpulan ……….. 155

7.2. Saran-Saran……….. 156

DAFTAR PUSTAKA………... 158


(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Luas Areal Tanam, Produktivitas, Volume dan Nilai Ekspor Tembakau Nasional Tahun

2005-2009... 2

2. Jumlah Produksi Rokok, Kebutuhan, Penyediaan, Kelebihan, dan Kekurangan Tembakau di Jawa Timur

Tahun 2002, 2004, dan 2005... 3

3. Realisasi Kegiatan Penanganan Over Supply Tembakau Rakyat Melalui Subsidi Usahatani Komoditi Alternatif

di Beberapa Kabupaten Tahun 2006... 4

4. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman

Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2001-2008... 7 5. Luas Areal, Produksi, dan Produktifitas Tiga Bentuk

Intensifikasi Tembakau Rakyat (ITR) di Kabupaten

Pamekasan Tahun 2000 dan 2006... 8

6. Jumlah Responden Penelitian di Kabupaten Pamekasan

Tahun 2009... 61

7. Sebaran Umur Petani pada Setiap Sistem Usahatani

Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 71

8. Sebaran Pendidikan Petani pada Setiap Sistem Usahatani

Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 72

9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan

Tahun 2009... 73

10. Rata - Rata Penggunaan Berbagai Macam Input dalam Usahatani Tembakau dengan Berbagai Pola Usahatani di

Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 75

11. Rata-Rata Produktivitas Tembakau pada Agroekosistem Pegunungan, Tegalan, dan Sawah dengan Sistem Usahatani Kemitraan dan Swadaya di Kabupaten

Pamekasan tahun 2009... 76

12. Pengelompokan Komoditas Menurut Tingkat Risiko Usahatani dan Profitabilitas Menurut Persepsi petani di


(21)

vi

13. Beberapa Pola Tanam di berbagai Areal Usahatani di

Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 80

14. Karakteristik dan Jenis Mutu Tembakau Pamekasan... 95

15. Hasil Estimasi Fungsi Produksi dengan Dummi Lokasi Pegunungan dan Dataran Rendah pada Usahatani

Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 104

16. Hasil Estimasi Fungsi Produksi dengan Dummi Sistem Usahatani Tembakau di Pegunungan, Tegalan, dan

Sawah di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 105

17. Hasil Estimasi Fungsi Produksi dengan Dummi Sistem Usahatani Tembakau di Pegunungan, Tegalan, dan

Sawah di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009... 106

18. Hasil Estimasi Maksimum Likelihood untuk Parameter Model Fungsi Produksi Frontir dengan Struktur Heteroskedastik pada Produksi Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan

Pakong Tahun 2009... 108

19. Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan

Pakong Tahun 2009... 111

20. Hasil Estimasi Maksimum Likelihood untuk Parameter Model Fungsi Produksi Frontir dengan Struktur Heteroskedastik pada Produksi Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di Kecamatan

Pakong Tahun 2009... 113

21. Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di Kecamatan

Pakong Tahun 2009... 115

22. Hasil Estimasi Maksimum Likelihood untuk Parameter Model Fungsi Produksi Frontir dengan Struktur Heteroskedastik pada Produksi Tembakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan

Larangan Tahun 2009... 118

23. Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan Larangan


(22)

vii

24. Hasil Estimasi Maksimum Likelihood untuk Parameter Model Fungsi Produksi Frontir dengan Struktur Heteroskedastik pada Produksi Tembakau Tegalan dengan Sistem Swadaya di Kecamatan

Larangan Tahun 2009... 121

25. Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Tegalan dengan Sistem Swadaya di Kecamatan Larangan Tahun

2009... 124

26. Hasil Estimasi Maksimum Likelihood untuk Parameter Model Fungsi Produksi Frontir dengan Struktur Heteroskedastik pada Produksi Tembakau Sawah dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan

Pademawu Tahun 2009... 126

27. Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Sawah dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan Pademawu

Tahun 2009... 127

28. Hasil Estimasi Maksimum Likelihood untuk Parameter Model Fungsi Produksi Frontir dengan Struktur Heteroskedastik pada Produksi Tembakau Sawah dengan Sistem Swadaya di Kecamatan

Pademawu Tahun 2009... 128

29. Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Sawah dengan Sistem Sawah di Kecamatan Pademawu Tahun

2009... 130

30. Karakteristik Petani Tembakau Dikaitkan dengan Perilaku Risiko Produksi di Kabupaten Pamekasan

Tahun 2009... 132

31. Konsekuensi Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan terhadap Alokasi Input, Efisiensi Teknis, Produktivitas, dan Keuntungan

di Kecamatan Pakong Tahun 2009... 133

32. Konsekuensi Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya terhadap Alokasi Input, Efisiensi Teknis, Produktivitas, dan Keuntungan di Kecamatan Pakong Tahun 2009...

134

33. Konsekuensi Perilaku Risik Produksi Petani Tembakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan terhadap Alokasi Input, Efisiensi Teknis, Produktivitas, dan Keuntungan


(23)

viii

34. Konsekuensi Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Tegalan dengan Sistem Swadaya terhadap Alokasi Input, Efisiensi Teknis, Produktivitas, dan Keuntungan

di Kecamatan Larangan Tahun 2009... 135

35. Konsekuensi Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Sawah dengan Sistem Kemitraan terhadap Alokasi Input, Efisiensi Teknis, Produktivitas, dan Keuntungan

di Kecamatan Pademawu Tahun 2009... 136

36. Konsekuensi Perilaku Risiko Produksi Petani Tembakau Sawah dengan Sistem Swadaya terhadap Alokasi Input, Efisiensi Teknis, Produktivitas, dan Keuntungan

di Kecamatan Pademawu Tahun 2009... 137

37. Hasil Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Pakong Tahun 2009... 138

38. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Penyebab Inefisiensi Teknis pada Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan Pakong Tahun

2009... 139

39. Hasil Estimasi Efisiensi Alokatif Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan

di Kecamatan Pakong Tahun 2009... 140

40. Hasil Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di

Kecamatan Pakong Tahun 2009... 141

41. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Penyebab Inefisiensi Teknis pada Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di Kecamatan Pakong Tahun

2009... 143

42. Hasil Estimasi Efisiensi Alokatif Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di

Kecamatan Pakong Tahun 2009... 144

43. Hasil Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Petani Tembakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Larangan tahun 2009... 145

44. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Penyebab Inefisiensi Teknis pada Usahatani Tembakau Tegalan dengan


(24)

ix

45. Hasil Estimasi Efisiensi Alokatif Usahatani Tembakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Larangan Tahun 2009... 147

46. Hasil Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Petani Tembakau Tegalan dengan Sistem Swadaya di

Kecamatan Larangan Tahun 2009... 148

47. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Penyebab Inefisiensi Teknis pada Usahatani Tembakau Tegalan dengan

Sistem Swadaya di Kecamatan Larangan Tahun 2009... 149

48. Hasil Estimasi Efisiensi Alokatif Usahatani Tembakau Tegalan dengan Sistem Swadaya di

Kecamatan Larangan Tahun 2009... 150

49. Hasil Estimasi Tingkat Efisiensi.TeknisPetani Tembakau Sawah dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Pademawu Tahun 2009... 150

50. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Penyebab Inefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Sawah dengan Sistem

Kemitraan di Kecamatan Pademawu Tahun 2009... 151

51. Hasil Estimasi Efisiensi Alokatif Usahatani Tembakau Sawah dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan

Pademawu Tahun 2009... 152

52. Hasil Estimasi.Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Tembakau Sawah dengan Sistem Swadaya di

Kecamatan Pademawu Tahun 2009... 152

53. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Penyebab Inefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Sawah dengan Sistem

Swadaya di Kecamatan Pademawu Tahun 2009... 153

54. Hasil Estimasi Efisiensi Alokatif Usahatani Tembakau Sawah dengan Sistem Swadaya di Kecamatan


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halam an

1. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahat ani Tem bakau Pegunungan dengan Sist em Kemitraan di Kecam atan

Pakong Tahun 2009... 166

2. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produksi Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Pakong Tahun 2009... 167

3. Hasil Estimasi Fungsi I nfisiensi Teknis Usahat ani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Pakong Tahun 2009... 168

4. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahat ani Tem bakau Pegunungan dengan Sist em Swadaya di Kecam at an

Pakong Tahun 2009... 169

5. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produksi Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem s wadaya di

Kecamatan Pakong Tahun 2009... 170

6. Hasil Estimasi I nefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di Kecam at an

Pakong Tahun 2009... 171

7. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahat ani Tem bakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di Kecamat an

Larangan Tahun 2009... 172

8. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produksi Usahatani Tembakau Tegalan dengan Sist em Kemitraan di

Kecamatan Larangan Tahun 2009... 173

9. Hasil Estimasi Fungsi I nefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Larangan Tahun 2009... 174

10. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahat ani Tem bakau Tegalan dengan Sistem Kemitraan di Kecamat an

Larangan Tahun 2009... 175

11. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produksi Usahatani Tembakau Tegalan dengan Sist em Kemitraan di

Kecamatan Larangan... 176

12. Hasil Estimasi Fungsi I nefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Tegalan dengan Sist em Kemitraan di

Kecamatan Larangan Tahun 2009... 177

13. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahat ani Tem bakau Sawah dengan Sistem Kemitraan di Kecamat an

Pademaw u Tahun 2009... 178

14. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produksi Usahatani Tembakau Saw ah dengan Sistem Kemitraan di

Kecamatan Pademaw u Tahun 2009... 179

15. Hasil Estimasi Fungsi I nefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Sawah dengan Sist em Kemitraan di

Kecamatan Pademaw u Tahun 2009... 180

16. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahat ani Tem bakau Sawah dengan Sistem Swadaya di Kecamat an


(26)

xii

Pademaw u Tahun 2009... 181

17. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produksi Usahatani Tembakau Saw ah dengan Sist em Sw adaya di

Kecamatan Pademaw u Tahun 2009... 182

18. Hasil Estimasi Fungsi I nefisiensi Teknis Usahatani Tembakau Saw ah dengan Sistem Sw adaya di

Kecamatan Pademaw u Tahun 2009... 183

19. Efisiensi Teknis, Residual, Risiko, I nefisiensi Teknis, dan harga I nput - I nput pada Pet ani Tembakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di Kecam atan

Pakong Tahun 2009... 184

20. Prosedur Perhit ungan Perilaku Risiko terhadap I nput Luas Lahan pada Petani Tem bakau Pegunungan dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan Pakong Tahun

2009... 188 21. Contoh Prosedur Perhit ungan Efisiensi Alokatif

terhadap I nput Pupuk Urea pada Petani Tem bakau Pegunungan dengan Sistem Swadaya di Kecam at an

Pakong Tahun 2009... 191

22. Teknik Budidaya Tembakau Sesuai Anjuran di


(27)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multidimensional berkepanjangan, telah menyebabkan terjadinya penurunan produk domestik bruto (PDB) berbagai sektor kecuali sektor pertanian yang tetap mempunyai pertumbuhan positif. Salah satu subsektor dari sektor pertanian yang mampu bertahan dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemulihan ekonomi adalah subsektor perkebunan, karena dalam kondisi krisis pada saat itu subsektor ini masih bisa tumbuh sebesar 0.98 persen dan selama empat tahun sesudah masa krisis mampu tumbuh sebesar 5.02 persen (Saragih, 2006).

Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional melalui kontribusinya antara lain di dalam pendapatan nasional, penerimaan ekspor, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2008 realisasi pencapaian PDB dari subsektor perkebunan mencapai Rp 57.80 trilyun. Dari sisi ekspor pada tahun yang sama penerimaannya mencapai US $ 13.97 milyar (Barani, 2008). Sementara itu pada tahun yang sama jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan diperkirakan mencapai sekitar 19.70 juta jiwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk yang bekerja pada industri hilir perkebunan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan


(28)

2

dan daerah terpencil, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi dari pedesaan ke perkotaan (Susila et al., 2008).

Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan cukup penting adalah tembakau. Hal ini dapat dilihat dari : (1) luas areal tanam tembakau yang semakin meningkat dari tahun 2005 sampai 2009, (2) jumlah permintaan tembakau dari luar negeri terus mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan jumlah ekspor tembakau Indonesia, pada tahun 2009 ekspor tembakau memberikan kontribusi sebesar US $140 867, (3) penerimaan dari cukai sebesar Rp 52 trilyun, dan (4) kegiatan on farm serta off farm komoditas tembakau mampu menyerap tenaga kerja sebesar 28.4 juta jiwa (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Tanam, Produktivitas, Volume dan Nilai Ekspor Tembakau Nasional Tahun 2005-2009

Tahun Luas Areal

Tanam (hektar)

Produktivitas (ton/hektar)

Volume Ekspor (ton)

Nilai Ekspor (1 000 US $)

2005 198 212 0.774 53 729 117 433 2006 172 234 0.849 53 729 107 787 2007 198 054 0.832 46 834 124 423 2008 203 627 0.830 50 269 133 196 2009 212 698 0.812 52 340 140 867 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2010.

Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki peranan yang terbesar terhadap pertembakauan nasional. Hal ini terlihat dari 50 persen tembakau sebagai bahan baku rokok berasal dari Jawa Timur. Selain itu juga terlihat dari 56.6 persen pabrik rokok berada di Jawa Timur dan memberikan kontribusi cukai rokok yang cukup besar yaitu Rp 900 Milyar setiap tahun atau sebesar 75 persen dari besarnya cukai rokok nasional. Di samping itu budidaya tembakau mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 27 703 250 orang selama musim panen (Dinas Infokom Jatim, 2009).


(29)

3

Tabel 2. Jumlah Produksi Rokok, Kebutuhan, Penyediaan, Kelebihan, dan Kekurangan Tembakau di Jawa Timur Tahun 2002, 2004, dan 2005

Tahun/Keterangan Rokok

(juta batang) Tembakau Virginia (ton) Tembakau Rakyat (ton) 2000 Produksi Kebutuhan Penyediaan Kelebihan/Kekurangan 210 205 69 007 64 984 - 4 023

125 246 110 428 - 14 818 2004 Produksi Kebutuhan Penyediaan Kelebihan/Kekurangan 180 500 52 298 40 158 -12 139 93 100 92 193 -907 2005 Produksi Kebutuhan Penyediaan Kelebihan/Kekurangan 171 475 49 683 41 725 -7 957 88 445 88 513 + 68 Sumber : Ditjen Perkebunan, 2006.

Sebelum tahun 2005 tembakau yang dibutuhkan oleh pabrik rokok jauh lebih besar daripada ketersediaannya, sehingga menyebabkan terjadinya defisit produksi (Tabel 2). Tetapi pada tahun 2005 jumlah permintaan tembakau lebih kecil dari jumlah penyediaannya, sehingga terjadi over supply (kelebihan penawaran). Kelebihan penawaran ini menyebabkan penurunan harga komoditas tembakau. Nampaknya adanya kampanye anti rokok seperti yang tertuang dalam PP No. 81/ 1999 tentang pengaruh rokok bagi kesehatan, PP No.38 / 2000 yang merupakan penyempurnaan dari PP No. 81/ 1999, serta PP No. 19 / 2003 tentang pembatasan kadar nikotin dalam rokok menyebabkan permintaan rokok turun dan akibatnya bahan baku rokok juga turun. Keadaan ini mendorong Dinas Perkebunan Jawa Timur untuk melakukan kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kelebihan penawaran. Kebijakan tersebut dinamakan dengan Program Pengembangan Agribinis dengan kegiatan penanganan over supply tembakau rakyat melalui subsidi usahatani komoditas alternatif. Tujuan kebijakan


(30)

4

tersebut untuk mengurangi kelebihan produksi tembakau dengan cara mengurangi areal tembakau dan mengganti dengan tanaman lain yang sesuai dengan kondisi lahan petani. Dengan kebijakan ini diharapkan tidak terjadi penurunan harga tembakau yang terus menerus.

Realisasi kegiatan penanganan over supply tembakau rakyat melalui subsidi usahatani komoditas alternatif pada beberapa kabupaten ditunjukkan dalam Tabel 3. Upaya kegiatan Penanganan over supply tembakau belum menunjukkan hasil yang nyata. Komoditas tembakau masih tetap menjadi komoditas yang banyak diusahakan oleh petani di Jawa Timur, karena komoditas pengganti tidak dapat memberikan keuntungan yang lebih baik dari komoditas tembakau. Sebagai contoh di Desa Panglebur Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan, penanganan over supply tembakau dilakukan dengan cara mengganti komoditas tersebut dengan jagung lokal. Berdasarkan hasil analisis usahatani, pendapatan yang berasal dari jagung lokal sebesar Rp 2 690 000/Ha sedangkan tembakau mampu memberikan pendapatan sebesar Rp 5 048 025/Ha (Disbun Jawa Timur, 2005).

Tabel 3. Realisasi Kegiatan Penanganan Over Supply

Kabupaten

Tembakau Rakyat Melalui Subsidi Usahatani Komoditas Alternatif di Beberapa Kabupaten Tahun 2006

(hektar)

Komoditi Subtitusi Areal

Jombang Kapas dan Kedelai Jagung Hibrida

60 80 Lamongan Jagung Hibrida 75 Tuban Kapas dan Kedelai

Jagung Hibrida

55 75 Probolinggo Kapas dan Kedelai

Jagung Hibrida

62.5 60 Bondowoso Jagung Hibrida 80 Sampang Wijen dan Jagung Lokal 75 Pamekasan Wijen dan Jagung Lokal 75 Sumber : Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2005.


(31)

5

Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang penduduknya banyak membudidayakan tanaman tembakau adalah Kabupaten Pamekasan di Pulau Madura. Luas daratan Kabupaten Pamekasan adalah 792.30 Km2, dan 90 persen lahan pertaniannya adalah tadah hujan. Curah hujan di Kabupaten Pamekasan yang rendah sangat sesuai untuk pertumbuhan tembakau. Tembakau Pamekasan yang dibudidayakan oleh rakyat mempunyai kualitas yang spesifik dan sangat dibutuhkan oleh pabrik rokok kretek sebagai bahan baku utama, khususnya dalam membentuk dan menentukan aroma yang menjadi ciri khas rokok kretek (Santoso, 2001). Oleh karena itu, sebagian besar (86.4%) perkebunan merupakan perkebunan tembakau (Disbun Pamekasan, 2009), sehingga pemerintah daerah mempunyai perhatian yang besar dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani-petani tembakau.

Kontribusi komoditas tembakau terhadap perekonomian Kabupaten Pamekasan dapat dilihat dari besarnya tenaga kerja yang terserap dan penerimaan dari tembakau. Pada tahun 2009 tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 337 000 orang (Disbun Pamekasan, 2009). Dari jumlah tersebut, 304 000 orang adalah petani yang membudidayakan komoditas tembakau. Selain

itu, kegiatan pascapanen juga dapat menyerap sekitar 30 000 orang, 1 600 pedagang, 400 perajin tikar dan tali untuk pembungkus tembakau yang sudah diolah, serta 500 orang perajin tembakau krosok. Pada tahun yang sama produksi tembakau mencapai 16 550 ton, dengan harga jual rata-rata Rp 19 350 per kilogram, maka penerimaan dari tembakau pada tahun bersangkutan di kabupaten ini mencapai Rp 302. 243 milyar.


(32)

6

Walaupun komoditas tembakau memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian wilayah, namun usahatani tembakau menghadapi banyak sekali tantangan atau permasalahan seperti adanya kampanye anti rokok, pengharaman rokok, kenaikan cukai rokok, harga yang rendah pada saat panen, produktivitas yang rendah, dan beragamnya kualitas tembakau yang dihasilkan. Kualitas tembakau yang beragam disebabkan karena tanaman yang diusahakan petani masih heterogen, sistem penangkaran benih belum terstandar, dan perdagangan bibit yang belum dibina (Suwarso et al., 2000).

Ketika menjelang musim panen dan terjadi hujan maka produksi dan kualitas tembakau akan mengalami penurunan. Adanya hujan menjelang musim panen merupakan risiko produksi yang harus dihadapi oleh petani, karena peramalan terjadinya musim hujan tidak dapat ditentukan secara tepat pada saat awal tanam. Just and Pope (1979) menyatakan bahwa hampir setiap proses produksi khususnya produksi pertanian, risiko memainkan peranan yang sangat penting dalam keputusan penggunaan input, yang pada akhirnya berpengaruh pada produktivitas. Analisis risiko produksi yang dikembangkan oleh Just and Pope sangat penting untuk kegiatan manajemen risiko produksi, yaitu untuk memutuskan apakah input tertentu yang digunakan dalam usahatani harus ditambah atau dikurangi. Dalam analisis risiko perlu juga dilakukan analisis mengenai perilaku petani dalam menghadapi risiko karena pengetahuan akan perilaku tersebut dapat memberikan dasar pemahaman yang baik tentang permasalahan produktivitas usahatani. Disamping itu mengabaikan keberadaan risiko dan perilaku risiko akan menimbulkan bias terhadap estimasi parameter-parameter produksi, dan efisiensi teknis sehingga akan menimbulkan kesalahan


(33)

7

penafsiran terhadap fenomena terjadinya penurunan produktivitas (Kumbhakar, 2002).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan tempat budidayanya, tembakau Pamekasan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu tembakau pegunungan, tembakau tegal dan tembakau sawah. Tembakau pegunungan ditanam pada ketinggian 200-300 m dari permukaan air laut (dpl) yang pengairannya tergantung pada hujan. Oleh karena itu tembakau pegunungan ditanam lebih awal yaitu pada akhir musim hujan. Tembakau tegalan mendapatkan air dari siraman yang intensitasnya tergantung pada ketersediaan air dan tenaga kerja, sedangkan tembakau sawah pada umumnya mendapatkan air yang cukup dari irigasi (Rahman et al., 1999).

Tabel 4. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2001-2008

Tahun Luas Areal

(hektar)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/hektar)

2001 18 837 8 780 0.466 2002 30 020 18 174 0.605 2003 30 150 19 869 0.659 2004 30 254 18 391 0.608 2005 30 568 16 602 0.543 2006 30 818 16 302 0.529 2007 30 818 16 150 0.524 2008 31 367 16 265 0.518 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan, 2009.

Luasan areal tanam tembakau di Kabupaten Pamekasan dari tahun ke tahun cenderung meningkat (Tabel 4). Namun demikian peningkatan luasan areal ini tidak diikuti dengan kenaikan produktivitas tembakau, bahkan tingkat produktivitasnya terus mengalami penurunan. Walaupun fluktuasi produktivitas rata-rata dari tahun ke tahun relatif kecil, namun bila dilihat keragaman produktivitas antara petani yang satu dengan petani lainnya ternyata relatif besar.


(34)

8

Produksi rata-rata pada tahun 2009 adalah 446.28 Kg/Ha dengan ragam sebesar 10 213 Kg/Ha. Nilai ragam yang besar menunjukkan bahwa risiko produksi tembakau relatif tinggi.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, Gubernur mengeluarkan surat untuk membentuk program Intensifikasi Tembakau Rakyat, yang dikategorikan dalam tiga sistem, (1) Intensifikasi Tembakau Rakyat Swadaya (ITRS) yaitu semua input dan seluruh prosesnya dilakukan oleh rakyat tanpa campur tangan pihak manapun, (2) Intensifikasi Tembakau Rakyat Kemitraan (ITRK) yaitu penanaman tembakau dilakukan setelah memperoleh bantuan modal dan bibit dari pabrik rokok, dan (3) Intensifikasi Tembakau Rakyat Sistem Unit Pelaksanaan Proyek (ITR-UPP) yaitu penanaman tembakau dilakukan setelah memperoleh bantuan modal, bibit dan petunjuk teknis dari Dinas Perkebunan. Dalam perkembangannya hanya dua sistem yang bertahan, yaitu ITRS dan ITRK. Sedangkan ITR-UPP hanya bertahan selama dua tahun (Tabel 5).

Tabel 5. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau pada Setiap Jenis ITR di Kabupaten Pamekasan Tahun 2000, 2006, dan 2009

Tahun/Jenis ITR Luas Areal

( hektar)

Produksi ( ton)

Produktivitas (ton/hektar) 2000

Swadaya 14 736 6 616.464 0.449 Kemitraan 3 271 1 779.424 0.544

UPP 380 173.280 0.456

2006

Swadaya 25 093 10 266.757 0.409 Kemitraan 4 705 2 560.520 0.544

2009

Swadaya 26 327 10 478.150 0.398 Kemitraan 5040 2 721.600 0.540 Sumber : Dinas Perkebunan Pamekasan, 2009.


(35)

9

Berdasarkan data yang ada, kedua program tersebut menghasilkan tingkat produktivitas yang berbeda. Petani yang menggunakan sistem ITRK memberikan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang menggunakan sistem lainnya. Diduga bahwa sistem ITRK mampu mereduksi risiko produksi yang dihadapi oleh petani.

Kemitraan merupakan konsep yang dapat digunakan untuk memperkuat ekonomi mikro di Indonesia. Urgensi yang besar terhadap kemitraan diwujudkan dengan lahirnya Undang-Undang (UU) No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, serta Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997 tentang kemitraan. Kemitraan didefinisikan sebagai kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan (Daryanto, 2009).

Penerapan sistem ITRK, selain memberikan produktivitas lebih tinggi dibandingkan sistem lainnya, juga dapat menghasilkan tembakau yang yang memiliki kualitas lebih baik, pendapatan petani menjadi lebih tinggi. Hasil ini dapat dicapai, karena pihak petani dan pabrik rokok bekerja saling menguntungkan dan meminimalkan risiko produksi dengan pendampingan secara intensif. Petani memiliki lahan dan tenaga pelaksana, sedangkan pabrik rokok meminjamkan modal tanpa bunga dan agunan, serta bibit tembakau yang sesuai dengan kebutuhannya yaitu bibit Sompor atau Jepon Kenek Ex Prancak.

Permasalahan penurunan produktivitas tembakau dirasakan oleh hampir keseluruhan petani tembakau di Kabupaten Pamekasan. Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab turunnya produktivitas pertanian adalah terjadinya


(36)

10

inefisiensi teknis (Bokusheva and Hockmann, 2004). Banyak studi-studi di negara-negara yang sedang berkembang yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inefisiensi teknis, namun sebagian besar dari penelitian itu tidak mempertimbangkan faktor risiko yang juga menjadi penyebab rendahnya produktivitas (Villano et al., 2005).

Penurunan produktivitas tembakau secara terus menerus harus dilihat dari bagaimana para petani tembakau pada agroekosistem yang berbeda baik yang menggunakan sistem kemitraan maupun swadaya mengalokasikan input yang digunakan dalam usahataninya. Secara teoritis besar-kecilnya alokasi penggunaan input-input dalam usahatani sangat dipengaruhi oleh perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi (Ellis, 1988). Dalam usahatani tembakau, risiko produksi merupakan variasi output akibat dari faktor yang sulit untuk diduga seperti ada tidaknya hujan menjelang panen, hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman tembakau (ulat daun Helicoverpa spp, Spodoptera litura F serta kutu Tembakau Myzus persicae), cuaca yang tidak menentu, dan penggunaan varietas yang kurang bermutu.

Perilaku risiko produksi petani dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu petani yang menyukai risiko (risk taker), petani yang netral terhadap risiko (risk neutral), dan petani yang selalu menghindari risiko (risk averse). Lipton (1968) menyatakan bahwa petani kecil lebih cenderung berperilaku risk averse sebab risiko yang mereka hadapi jika terjadi kegagalan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga, bahkan pada level subsisten. Risiko kegagalan panen antara petani sawah dan tegal diduga berbeda, karena ketersediaan air untuk mengairi tanaman pada saat kemarau yang berbeda. Di samping itu, risiko yang dihadapi


(37)

11

petani yang bermitra dan yang tidak bermitra diduga yang terdapat perbedaan, karena adanya jaminan harga dan bimbingan teknis bagi petani yang bermitra. Besar kecilnya risiko ini akan berpengaruh terhadap perilaku petani dalam menghadapi risiko. Pertanyaan adalah bagaimana perilaku petani berbagai agroekosistem dan sistem intensifikasi tembakau rakyat dalam menghadapi risiko produksi pada usahatani tembakau ?

Perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi akan menjadi dasar bagi petani untuk membuat keputusan mengenai seberapa besar alokasi input-input yang akan digunakan dalam kegiatan usahataninya. Jumlah input yang digunakan oleh petani yang risk averse akan berbeda dengan jumlah input yang dialokasikan oleh petani yang netral terhadap risiko atau risk taker (Ellis.1988). Pertanyaannya adalah bagaimana pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi terhadap alokasi input, efisiensi, produktivitas dan keuntungan ?

Penggunaan input oleh petani dalam kegiatan produksi akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, tingkat produktivitas dan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani (Kumbhakar, 2002). Keengganan petani untuk mengalokasikan input sesuai dengan rekomendasi disebabkan oleh ketakutan terhadap risiko produksi dan selanjutnya dapat menyebabkan petani berproduksi secara tidak efisien (Ellis, 1988). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat inefisiensi produksi juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya : umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan, kelompok tani, koperasi petani, teknik budidaya, penyuluhan pertanian, pengalaman berusahatani, dan pendapatan non usahatani (Kurkalova et al., 2000 ; Lee dan Kwon, 2004 ; Theingi dan Thanda, 2005 ;


(38)

12

Msuya et al., 2005 ; Fabiosa et al., 2004) . Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pertanyaan adalah sampai bagaimana tingkat efisiensi usahatani tembakau yang dicapai oleh petani berbagai agroekosistem dan sistem intensifikasi tembakau rakyat? Faktor-faktor apa yang menjadi sumber-sumber terjadinya inefisiensi teknis?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh perilaku risiko produksi petani terhadap alokasi input usahatani tembakau pada agroekosistem pegunungan, sawah, dan tegalan yang menggunakan sistem produksi kemitraan dan swadaya di Kabupaten Pamekasan. Secara khusus penelitian bertujuan untuk :

1. Menganalisis perilaku risiko produksi petani tembakau.

2. Menganalisis karakteristik petani berdasarkan perilaku risiko produksi dan dampaknya terhadap alokasi input, efisiensi, produktivitas dan keuntungan. 3. Menganalisis tingkat efisiensi dan sumber-sumber penyebab terjadinya

inefisiensi teknis pada usahatani tembakau.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai : (1) sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas usahatani tembakau yang terdapat di Kabupaten Pamekasan, (2) informasi bagi petani tentang perilaku risiko produksi mereka dan kegiatan-kegiatan yang bisa mereka lakukan untuk mereduksi inefisiensi teknis sehingga dapat meningkatkan


(39)

13

produktivitas tembakau yang mereka usahakan, dan (3) sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Kebaharuan Penelitian

Penelitian tentang tembakau sudah banyak dilakukan terutama pada Tembakau Virginia (Na-oogst) dari berbagai sudut pandang. Begitu juga dengan penelitian yang terkait dengan efisiensi produksi suatu komoditas juga telah banyak diteliti. Sebagian besar studi tentang efisiensi yang telah dilakukan menjelaskan tentang tingkat efisiensi yang sudah dicapai oleh petani dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.

Penelitian yang menganalisis fungsi produksi dan besaran risiko secara simultan telah dilakukan Just and Pope (1979), Kumbhakar (1993), Battese et al., (1997), dan lain-lain. Beberapa penelitian tentang perilaku risiko juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Love dan Buccola (1991), Saha et al., (1994), dan lain-lain. Mereka menganalisis perilaku risiko dengan mengasumsikan fungsi utilitas secara eksplisit.

Model Kumbhakar (2002) dapat menganalisis fungsi produksi, fungsi risiko dan fungsi inefisiensi teknis secara simultan. Model yang dikembangkan juga dapat digunakan untuk menilai perilaku risiko produksi petani. Kebaharuan dari penelitian ini adalah menggunakan model Kumbhakar untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi terhadap alokasi input yang digunakan dalam usahatani tembakau di Kabupaten Pamekasan pada tiga agroekosistem yang berbeda yang menggunakan sistem usahatani kemitraan dan swadaya.


(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Risiko dan Ketidakpastian

Hampir setiap hari petani-petani dihadapkan pada kondisi usahatani dan

hasil produksi yang tidak pasti. Kejadian ini memiliki dampak yang signifikan

terhadap usahatani. Sebagai contoh : kondisi kurang hujan atau hujan terlalu

besar, kondisi tanaman-tanaman terserang penyakit dan hama yang menyebabkan

kerusakan, sehingga secara alami pertanian seringkali dianggap sebagai bagian

dari alam. Kondisi pasar yang dihadapi oleh petani juga sering mengandung

ketidakpastian. Ketika harga pasar tinggi petani tidak memiliki produk untuk

dijual, sebaliknya ketika petani berada dalam fase panen mereka menghadapi

harga pasar yang rendah. Harga dari komoditas pertanian sebagain besar

tergantung pada kekuatan lain (di luar kontrol petani) yang tidak bisa dikendalikan

oleh petani, sehingga pertanian dicirikan dengan kondisi yang penuh risiko dan

ketidakpastian (Debertin 1986).

Risiko adalah suatu kejadian dimana hasil dari kejadian dan peluang

terjadinya bisa diketahui (Debertin 1986). Menurut Ellis (1988) peluang berarti

frekwensi yang diharapkan terjadi dari sebuah kejadian (jumlah seluruh

kemungkinannya adalah satu), dengan demikian risiko merupakan suatu hal yang

obyektif dengan asumsi informasi yang tersedia cukup. Dalam prakteknya

informasi tidak semata-mata menunjuk pada pengetahuan atau keserbatahuan

seseorang atas kejadian tertentu, melainkan lebih pada seberapa besar

kepercayaan orang tersebut pada setiap peluang yang mungkin terjadi, hingga


(41)

15

proposisi tentang risiko yaitu : (1) tidak terpenuhinya maksimisasi profit, (2)

menyebabkan keengganan dan kelambanan petani untuk mengadopsi inovasi, (3)

menjadi alasan bagi petani untuk melakukan tumpangsari yang terbukti mampu

menekan efek ketidakpastian, (4) fenomena risiko lebih terasa bagi petani miskin

dibandingkan dengan keluarga petani yang memiliki kesempatan melakukan off farm (setiap pekerjaan selain usahatani milik sendiri yang menghasilkan pendapatan termasuk bekerja sebagai buruh tani dan kegiatan non pertanian), dan

(5) ketidakpastian ini direduksi dengan meningkatkan integrasi pasar berkenaan

dengan informasi, komunikasi, dan outlet pasar.

Ketidakpastian merupakan suatu kejadian dimana hasil dan peluangnya

tidak bisa ditentukan. Jadi ketidakpastian tidak berkaitan dengan peluang-peluang.

Ketidakpastian merupakan diskripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang

dihadapi oleh petani, dimana lingkungan tersebut mengandung beragam

ketidakpastian yang direspon oleh petani berdasarkan kepercayaan subyektif

mereka (Ellis 1988).

Keputusan untuk mengalokasikan input dalam kegiatan usahatani sangat

dipengaruhi oleh perilaku petani terhadap risiko yang harus dihadapi. Menurut

Ellis (1988) perilaku risiko petani dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (1) petani

yang menghindari risiko (risk averse), (2) petani yang netral terhadap risiko (risk neutral), dan (3) petani yang menyukai risiko (risk taker). Satu dari beberapa persoalan yang berkaitan dengan risiko dan ketidakpastian adalah bahwa

individu-individu termasuk petani sangat kelihatan tingkat kemauannya dalam mengambil

risiko atau ketidakpastian. Secara normal tidak ada satu orangpun yang mau


(42)

16

yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan yang tidak ada risiko atau

ketidakpastiannya.

Just dan Pope (1979) menjelaskan bahwa dalam menganalisis sektor

pertanian sangat penting untuk mempertimbangkan faktor risiko seperti risiko

harga dan risiko produki yang terkait dengan kebijakan pemerintah untuk

menerapkan inovasi baru. Sebagian besar analisis empiris terhadap produksi

pertanian menggunakan fungsi produksi yang tidak memasukkan risiko kedalam

fungsi tersebut, keterbatasan fungsi ini adalah dampak tambahan dari kenaikan

penggunaan input akan selalu meningkatkan variabilitas output. Padahal dalam

kenyataannya banyak ditemukan bahwa penambahan suatu input dapat

menyebabkan penurunan variabilitas output atau sebaliknya yaitu pengurangan

penggunaan suatu input akan meningkatkan variabilitas output. Konsekwensinya

adalah akan diperoleh kesimpulan yang tidak benar.

Secara matematis keadaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

) 1 . 2 ...( ... ... ... ... ... ... ... ... 1 ε α e Xi A y i n i         =

=

dimana : y adalah output, Xi menunjukkan jenis input yang digunakan (Xi>0) dan ε adalah error term stokhastik dengan E(ε)=0 dan V(ε)>0.

Dampak tambahan penggunaan input terhadap variabilitas output (V) adalah :

( )

...(2.2) )

(

1 2

2 α ε

e V Xi A y V n i i       =

=


(43)

17

( )

( )

) 3 . 2 ....( ... ... ... ... ... 0 2 1 2 2 >       = ∂ ∂

= ε α α e V Xi Xi iA Xi y V n i i

Dengan mengasumsikan bahwa αi > 0 maka dampak kenaikan penggunaan input akan meningkatkan variabilitas output ketika αi > 0. Seharusnya dampak kenaikan input terhadap rata-rata output tidak digabung dengan dampak kenaikan

input terhadap variabilitas output. Just dan Pope (1979) membuat model untuk

mengatasi keterbatasan ini yaitu :

( )

1/2

( )

ε...(2.4) X

h X f y= +

Dengan asumsi E(ε) = 0 dan V(ε) =1 maka E(y) =f(X), dan V(y)=h(X) sehingga dampak perubahan input terhadap rata-rata output dan variabilitas output dapat

dijelaskan secara berbeda. Dari persamaan 2.4 dapat dijelaskan dengan mudah,

dampak perubahan input terhadap variabilitas ouput dan terhadap output rata-rata

yaitu :

( )

...(2.5) ) ( X hi Xi y V = ∂ ∂

( )

1/2

( ) ( )

...(2.6)

' X h 1/2 X hi X ε

f Xi

y = +

∂ ∂

Selanjutnya Kumbhakar (2002) menjelaskan bahwa Just dan Pope menitik

beratkan pada risiko produksi, yang diukur dari varian output, dan menyarankan

menggunakan spesifikasi fungsi produksi yang memenuhi beberapa properties yang dibutuhkan. Fokus utama dari spesifikasi Just dan Pope (JP) adalah alokasi

input dapat menyebabkan kenaikan risiko atau penurunan risiko. Dari beberapa


(44)

18

atau menurunkan risiko merupakan hal yang cukup bermanfaat terutama dalam

manajemen risiko. Tetapi kerangka pemikiran Just dan Pope (1979) menganggap

bahwa error term dalam fungsi produksi adalah risiko, padahal menurut Aigner et al. (1977) error term itu dikategorikan menjadi dua yaitu : error yang berasal dari risiko dan error yang bersumber dari inefisiensi. Di samping itu model JP juga tidak memperhitungkan perilaku produsen dalam menghadapi

risiko. Padahal perilaku produsen dalam menghadapi risiko sangat berpengaruh

dalam membuat keputusan alokasi input dan menambah penawaran outputnya,

karena dalam kenyataannya input-input maupun output-output adalah variabel

pilihan sehingga sangat penting untuk membuat sebuah model yang tidak hanya

mempertimbangkan risiko produksi tetapi juga mempertimbangkan perilaku

produsen dan efisiensi teknis dalam menghadapi risiko. Kumbhakar (2002)

memperdalam model yang telah dibuat oleh Just dan Pope, dan secara umum

model yang dibuat diformulasikan sebagai berikut :

) 7 . 2 ...( ... ... ... ... ... )

, ( ) , ( ) ,

(X z g X z q X z u f

y= + ε −

dimana : y adalah output rata-rata, x menunjukkan jenis input yang digunakan, z adalah input quasi fixed, f(X;α) menjelaskan fungsi output rata-rata, g(X;β) menunjukkan fungsi risiko produksi dan q(X;γ) adalah fungsi inefisiensi teknis, ε (error term) menunjukkan ketidakpastian produksi yang diasumsikan identically and independently distributed (0,1)2

2.2. Konsep Efisiensi Produksi

dan u menunjukkan inefisiensi teknis yang lebih besar dari nol (u >0).

Kemampuan sektor pertanian untuk memberikan kontribusi secara


(45)

19

tergantung pada tingkat pendapatan usahatani dan surplus yang dihasilkan oleh

sektor itu sendiri. Dengan demikian, tingkat pendapatan usahatani, di samping

merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani, juga muncul

sebagai salah satu faktor penting yang mengkondisikan pertumbuhan ekonomi.

Tingkat pendapatan usahatani ini sangat ditentukan oleh efisiensi petani untuk

mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya kedalam berbagai alternatif

aktivitas produksi. Jika petani tidak menggunakan sumberdaya tersebut secara

efisien, maka akan terdapat potensi yang belum tereksploitasi untuk

meningkatkan pendapatan usahatani dan menciptakan surplus. Sebaliknya jika

petani bertindak sangat efisien dalam mengalokasikan sumberdayanya, maka

tambahan kontribusi sektor pertanian hanya dapat diperoleh melalui usaha

pengembangan berorientasi pertumbuhan (growth-oriented development) dari sektor bersangkutan. Dengan demikian, identifikasi efisiensi penggunaan

sumberdaya merupakan isu penting yang menentukan eksistensi berbagai

peluang di sektor pertanian berkaitan dengan potensi kontribusinya terhadap

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rumah tangga tani

(Weersink et al., 1990).

Dalam teori dasar mikroekonomi, teknologi produksi dinyatakan sebagai

fungsi produksi yang mendefinisikan pencapaian output maksimal dari berbagai

kombinasi input. Dengan demikian, fungsi transformasi tersebut menggambarkan

suatu batas atau frontier produksi. Jika frontier produksi diketahui, maka inefisiensi teknis dari suatu usahatani dapat diestimasi melalui perbandingan

posisi usahatani tersebut, relatif terhadap frontiernya (Lass dan Gempesaw, 1992). Menurut Adiyoga (1999), Isu inefisiensi pada dasarnya timbul dari


(46)

20

anggapan bahwa petani dan usahatani berperilaku memaksimalkan keuntungan.

Inefisiensi dapat diinterpretasikan sebagai suatu titik atau tahapan dimana tujuan

dari pelaku ekonomi belum secara penuh dimaksimalkan. Kemungkinan seorang

pelaku tidak dapat mencapai tujuan maksimalnya adalah sesuatu yang bersifat

umum. Dengan kata lain, inefisiensi sebenarnya merupakan bagian yang tidak

terlepaskan dari kehidupan. Dalam mengelola usahataninya, petani mungkin saja

melakukan penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan

konsekuensi-konsekuensi. Dinamika sektor pertanian yang ditandai oleh adanya perubahan

lingkungan teknis dan ekonomis secara terus menerus, akan menyulitkan petani

dalam menyesuaikan keputusan-keputusan alokatifnya agar tetap respon terhadap

perubahan lingkungan produksi serta tetap menjaga efisiensi alokasi penggunaan

sumberdayanya.

Terdapat beberapa konsep yang dapat digunakan untuk pendekatan

pengukuran efisiensi yaitu :

1. Frontir Non Parametrik Deterministik

Suatu ukuran efisiensi yang tidak mencerminkan masalah angka indeks

diperkenalkan oleh Farrell (1957). Ukuran ini mencantumkan semua faktor

produksi yang relevan dalam proses transformasi. Metode pendekatan tersebut

menghasilkan suatu fungsi produksi frontier non-parametric deterministic.

Konsep efisiensi ini dapat dijelaskan dalam Gambar 1. Misalnya suatu

usahatani menggunakan dua jenis input X1 dan X2 untuk memproduksi output

tunggal Y. Dengan asumsi constant returns to scale, maka fungsi frontir dapat dicirikan oleh suatu unit isokuan yang efisien. Berdasarkan kombinasi input (X1,


(47)

21

OB/OA. Rasio ini mengukur proporsi aktual (X1,X2) yang dibutuhkan untuk

memproduksi y. Sementara itu, inefisiensi teknis, 1 - OB/OA, merupakan ukuran:

(1) proporsi (X1, X2) yang dapat dikurangi tanpa menurunkan output, dengan

anggapan rasio input X1 , X2 tetap, (2) kemungkinan pengurangan biaya dalam

memproduksi y, dengan anggapan rasio input X1, X2 tetap, dan (3) proporsi

output yang dapat ditingkatkan dengan anggapan rasio input X1 , X2 tetap,

karena adanya asumsi constant returns to scale.

Sumber : Coelli et al., 1998.

Gambar 1. Konsep Efisiensi Farrell

Andaikan PP' merupakan rasio harga input atau garis isobiaya, maka C

adalah titik biaya minimal untuk memproduksi Y. Perlu diperhatikan bahwa

biaya pada titik D sama dengan biaya pada titik C, sehingga efisiensi alokatif

dapat didefinisikan sebagai rasio OD/OB. Sedangkan inefisiensi alokatif adalah

1 - OD/OB, yang mengukur kemungkinan pengurangan biaya sebagai akibat dari

penggunaan input dalam proporsi yang tepat. Sementara itu, efisiensi total dapat


(1)

187

Lampiran 19. Lanjutan

TE

ε

Vi

Ui

Py

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

C

0.9592

0.0408

-0.1364

-0.0956

28000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 60000.00

0.8439

0.1561

-0.0049

0.1511

28000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 50000.00

0.8905

0.1095

-0.0209

0.0886

28000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 55000.00

0.8692

0.1308

0.0816

0.2123

27000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 50000.00

0.8823

0.1177

0.3129

0.4307

27000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 45000.00

0.8581

0.1419

0.0687

0.2106

28000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 55000.00

0.8168

0.1832

-0.1072

0.0760

27500

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 50000.00

0.8420

0.1580

0.1194

0.2774

28500

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 65000.00

0.8418

0.1582

0.0494

0.2076

27000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 60000.00

0.9431

0.0569

0.0364

0.0933

28000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 50000.00

0.8616

0.1384

0.0157

0.1541

27000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 55000.00

0.9827

0.0173

-0.1387

-0.1215

28000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 50000.00

0.8250

0.1750

0.2457

0.4207

27000

500000

0.75

1000.00 2500.00 1500.00 2250.00

1750.00 45000.00

Keterangan :

P1 :

sewa lahan

P2 :

harga bibit perbatang

P3 :

upah tenaga kerja perhari

P4 :

harga ppk ZK perkg

P5 :

harga ppk NPK perkg

P6 :

harga pestisida perml

P7 :

harga fungisida perml


(2)

188

Lampiran 20. Prosedur Perhitungan Perilaku Risiko terhadap Input Luas Lahan pada Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem

Kemitraan di Kecamatan Pakong Tahun 2009

y(xi) W(xi) U(µΠ) U'(µΠ) U''(µΠ) AR U'''(µΠ) DR g(xi) q(Xi) θ1 θ2 θ λ1 λ2 λ 112.807 30.315 82.585 32.044 -38.028 1.187 101.055 3.154 -0.076 -0.018 0.084 0.981 0.086 0.322 0.994 0.324

71.435 20.918 50.556 30.654 -54.974 1.793 220.750 7.201 -0.029 -0.011 0.049 0.987 0.050 0.322 0.994 0.324 72.213 21.131 51.127 30.990 -55.576 1.793 223.170 7.201 -0.031 -0.014 0.053 0.986 0.054 0.322 0.993 0.324 169.966 38.295 131.854 36.086 -32.002 0.887 63.547 1.761 -0.155 -0.027 0.124 0.979 0.127 0.322 0.993 0.324 72.800 22.336 50.506 31.241 -56.026 1.793 224.974 7.201 -0.030 -0.013 0.051 0.986 0.052 0.322 0.993 0.324 32.676 12.700 19.988 27.430 -96.243 3.509 756.134 27.566 -0.006 -0.007 0.020 0.994 0.021 0.322 0.993 0.324 30.404 12.796 17.619 25.522 -89.550 3.509 703.549 27.566 -0.005 -0.006 0.017 0.995 0.017 0.322 0.994 0.324 52.340 16.814 35.555 29.727 -70.559 2.374 375.000 12.615 -0.016 -0.014 0.037 0.990 0.037 0.321 0.991 0.324 110.872 30.417 80.543 31.493 -37.375 1.187 99.318 3.154 -0.074 -0.014 0.082 0.981 0.084 0.322 0.995 0.324 164.266 36.955 127.504 34.880 -30.932 0.887 61.421 1.761 -0.166 -0.027 0.131 0.979 0.134 0.322 0.993 0.324 39.592 14.297 25.312 30.578 -98.706 3.228 713.451 23.332 -0.008 -0.009 0.026 0.992 0.027 0.321 0.992 0.324 160.950 37.955 123.163 32.732 -27.805 0.849 52.889 1.616 -0.142 -0.026 0.110 0.979 0.113 0.322 0.994 0.324 137.955 34.598 103.477 33.311 -33.602 1.009 75.899 2.279 -0.099 -0.021 0.092 0.980 0.094 0.322 0.994 0.324 48.678 15.288 33.414 27.645 -65.617 2.374 348.733 12.615 -0.015 -0.008 0.035 0.990 0.035 0.322 0.994 0.324 103.482 29.394 74.163 29.392 -34.881 1.187 92.691 3.154 -0.060 -0.014 0.068 0.983 0.069 0.322 0.995 0.324 97.949 26.226 71.797 31.531 -42.409 1.345 127.722 4.051 -0.062 -0.013 0.078 0.982 0.079 0.322 0.995 0.324 166.565 40.245 126.488 35.755 -32.060 0.897 64.370 1.800 -0.142 -0.026 0.116 0.979 0.118 0.322 0.993 0.324 101.080 29.252 71.898 26.029 -28.007 1.076 67.479 2.592 -0.055 -0.014 0.057 0.985 0.058 0.322 0.995 0.324 75.918 22.873 53.087 29.321 -47.323 1.614 171.027 5.833 -0.031 -0.011 0.049 0.987 0.050 0.322 0.995 0.324 81.921 22.914 59.057 31.641 -51.069 1.614 184.562 5.833 -0.036 -0.015 0.055 0.985 0.056 0.322 0.993 0.324 109.810 29.290 80.603 28.279 -30.428 1.076 73.312 2.592 -0.067 -0.016 0.068 0.983 0.070 0.322 0.995 0.324 107.073 29.474 77.674 27.573 -29.668 1.076 71.481 2.592 -0.061 -0.014 0.062 0.984 0.063 0.322 0.995 0.324 76.368 22.697 53.716 29.495 -47.606 1.614 172.047 5.833 -0.032 -0.012 0.050 0.986 0.051 0.322 0.994 0.324 76.041 22.311 53.772 29.368 -47.400 1.614 171.305 5.833 -0.031 -0.011 0.049 0.987 0.050 0.322 0.995 0.324


(3)

189

Lampiran 20. Lanjutan

y(xi) W(xi) U(µΠ) U'(µΠ) U''(µΠ) AR U'''(µΠ) DR g(xi) q(Xi) θ1 θ2 θ λ1 λ2 λ 130.521 34.688 95.933 31.513 -31.788 1.009 71.802 2.279 -0.081 -0.020 0.077 0.982 0.078 0.322 0.994 0.324 106.692 30.474 76.291 27.474 -29.562 1.076 71.225 2.592 -0.058 -0.014 0.060 0.985 0.061 0.322 0.995 0.324 97.816 27.494 70.390 29.064 -36.084 1.242 100.314 3.451 -0.051 -0.017 0.060 0.985 0.061 0.322 0.994 0.324 94.661 26.413 68.309 28.125 -34.919 1.242 97.074 3.451 -0.046 -0.016 0.054 0.986 0.055 0.322 0.994 0.324 181.056 41.019 140.240 38.870 -34.853 0.897 69.978 1.800 -0.164 -0.039 0.131 0.979 0.134 0.321 0.991 0.324 116.142 30.375 85.859 29.911 -32.184 1.076 77.543 2.592 -0.072 -0.021 0.073 0.982 0.074 0.322 0.993 0.324 177.883 40.963 137.112 38.187 -34.241 0.897 68.749 1.800 -0.165 -0.027 0.132 0.979 0.135 0.322 0.993 0.324 133.631 33.710 100.029 32.264 -32.547 1.009 73.515 2.279 -0.087 -0.020 0.082 0.981 0.084 0.322 0.994 0.324 76.735 23.914 52.866 29.637 -47.834 1.614 172.873 5.833 -0.033 -0.012 0.051 0.986 0.052 0.322 0.994 0.324 73.352 22.229 51.163 28.329 -45.723 1.614 165.244 5.833 -0.030 -0.010 0.047 0.987 0.047 0.322 0.995 0.324 119.366 31.185 88.276 30.741 -33.078 1.076 79.695 2.592 -0.073 -0.022 0.074 0.982 0.075 0.322 0.993 0.324 132.242 33.520 98.829 31.929 -32.208 1.009 72.751 2.279 -0.086 -0.021 0.081 0.981 0.083 0.322 0.994 0.324 182.074 39.713 142.576 39.091 -35.051 0.897 70.375 1.800 -0.175 -0.040 0.139 0.980 0.142 0.321 0.990 0.324 77.721 23.069 54.697 30.018 -48.449 1.614 175.093 5.833 -0.034 -0.011 0.053 0.986 0.054 0.322 0.995 0.324 80.823 23.525 57.348 31.217 -50.385 1.614 182.090 5.833 -0.037 -0.014 0.056 0.985 0.057 0.322 0.994 0.324 34.074 12.441 21.645 26.315 -84.945 3.228 613.981 23.332 -0.006 -0.006 0.020 0.994 0.021 0.322 0.994 0.324 33.595 12.986 20.621 25.945 -83.749 3.228 605.337 23.332 -0.006 -0.006 0.019 0.994 0.019 0.322 0.994 0.324 33.787 13.011 20.789 26.093 -84.229 3.228 608.810 23.332 -0.006 -0.006 0.021 0.994 0.021 0.322 0.994 0.324 43.703 16.028 27.697 28.130 -75.669 2.690 455.778 16.203 -0.011 -0.011 0.029 0.992 0.029 0.321 0.992 0.324 44.282 16.307 27.994 25.147 -59.688 2.374 317.223 12.615 -0.011 -0.008 0.025 0.993 0.025 0.322 0.994 0.324 78.185 24.060 54.172 30.197 -48.738 1.614 176.141 5.833 -0.034 -0.012 0.053 0.986 0.053 0.322 0.994 0.324 137.456 34.307 103.266 33.189 -33.480 1.009 75.623 2.279 -0.093 -0.024 0.087 0.981 0.089 0.322 0.993 0.324 179.569 40.074 139.696 38.551 -34.567 0.897 69.403 1.800 -0.171 -0.031 0.136 0.979 0.139 0.321 0.992 0.324 133.359 33.845 99.621 32.199 -32.480 1.009 73.365 2.279 -0.084 -0.022 0.080 0.981 0.081 0.322 0.993 0.324 159.021 52.185 106.935 38.388 -38.724 1.009 87.467 2.279 -0.079 -0.019 0.075 0.982 0.077 0.322 0.994 0.324 113.081 31.032 82.130 29.120 -31.334 1.076 75.493 2.592 -0.065 -0.016 0.067 0.983 0.068 0.322 0.995 0.324


(4)

190

Lampiran 20. Lanjutan

y(xi) W(xi) U(µΠ) U'(µΠ) U''(µΠ) AR U'''(µΠ) DR g(xi) q(Xi) θ1 θ2 θ λ1 λ2 λ 135.546 35.745 99.907 32.726 -33.012 1.009 74.567 2.279 -0.086 -0.020 0.081 0.981 0.083 0.322 0.994 0.324

74.268 21.813 52.502 28.686 -46.299 1.614 167.324 5.833 -0.034 -0.014 0.052 0.986 0.053 0.322 0.994 0.324 114.085 31.690 82.475 31.477 -36.288 1.153 93.676 2.976 -0.060 -0.020 0.066 0.984 0.067 0.322 0.993 0.324 63.294 18.917 44.415 30.558 -61.650 2.018 278.504 9.114 -0.024 -0.014 0.046 0.987 0.047 0.321 0.992 0.324 40.303 15.014 25.306 25.939 -69.777 2.690 420.287 16.203 -0.010 -0.007 0.026 0.992 0.026 0.322 0.994 0.324 174.053 37.809 136.428 37.364 -33.503 0.897 67.267 1.800 -0.152 -0.032 0.123 0.979 0.126 0.321 0.992 0.324 151.897 35.817 116.228 39.126 -42.100 1.076 101.432 2.592 -0.116 -0.032 0.113 0.979 0.116 0.321 0.991 0.324 87.708 25.629 62.136 28.231 -37.971 1.345 114.356 4.051 -0.044 -0.013 0.057 0.985 0.058 0.322 0.995 0.324 102.677 29.015 73.732 28.329 -32.659 1.153 84.307 2.976 -0.050 -0.020 0.055 0.985 0.056 0.322 0.993 0.324 125.706 33.890 91.915 30.350 -30.616 1.009 69.154 2.279 -0.078 -0.020 0.074 0.982 0.076 0.322 0.994 0.324 70.608 22.023 48.629 27.272 -44.017 1.614 159.076 5.833 -0.030 -0.013 0.047 0.987 0.048 0.322 0.994 0.324 165.895 36.676 129.421 40.071 -40.422 1.009 91.302 2.279 -0.169 -0.033 0.149 0.981 0.152 0.321 0.991 0.324 81.506 24.376 57.181 26.234 -35.285 1.345 106.266 4.051 -0.035 -0.016 0.045 0.988 0.046 0.322 0.994 0.324 100.562 28.018 72.609 27.744 -31.985 1.153 82.568 2.976 -0.045 -0.020 0.050 0.987 0.051 0.322 0.993 0.324 62.297 21.035 41.299 24.061 -38.834 1.614 140.346 5.833 -0.023 -0.014 0.036 0.990 0.037 0.322 0.994 0.324 67.173 20.453 46.757 25.943 -41.872 1.614 151.325 5.833 -0.026 -0.011 0.041 0.989 0.042 0.322 0.995 0.324 40.963 15.111 25.869 26.364 -70.919 2.690 427.168 16.203 -0.011 -0.007 0.028 0.992 0.028 0.322 0.994 0.324 82.028 25.125 56.954 26.402 -35.511 1.345 106.947 4.051 -0.038 -0.013 0.049 0.987 0.050 0.322 0.995 0.324 107.476 29.141 78.408 29.653 -34.185 1.153 88.247 2.976 -0.053 -0.020 0.058 0.985 0.059 0.322 0.993 0.324 55.703 17.644 38.089 26.891 -54.253 2.018 245.089 9.114 -0.019 -0.011 0.037 0.989 0.038 0.322 0.994 0.324 75.355 21.704 53.700 29.106 -46.977 1.614 169.774 5.833 -0.035 -0.014 0.055 0.986 0.056 0.322 0.994 0.324 80.994 20.571 60.482 31.287 -50.497 1.614 182.496 5.833 -0.040 -0.020 0.061 0.984 0.062 0.321 0.991 0.324 75.087 21.486 53.650 29.002 -46.810 1.614 169.171 5.833 -0.033 -0.016 0.052 0.986 0.053 0.322 0.993 0.324 177.379 38.114 139.477 38.083 -34.148 0.897 68.562 1.800 -0.172 -0.039 0.137 0.980 0.140 0.321 0.990 0.324 36.258 14.796 21.476 23.335 -62.772 2.690 378.095 16.203 -0.008 -0.007 0.021 0.994 0.021 0.322 0.995 0.324


(5)

191

Lampiran 21. Contoh Prosedur Perhitungan Efisiensi Alokatif terhadap Input

Pupuk Urea pada Petani Tembakau Pegunungan dengan Sistem

Swadaya di Kecamatan Pakong Tahun 2009

f'(xi) g'(xi) q'(xi) g'(xi).θ q'(xi).λ η 0.623152 -4.5E-05 1.88E-07 -9.6E-06 6.48E-08 0.475316 0.742808 -8.9E-05 4.47E-07 -1.2E-05 1.55E-07 0.60113 0.57483 -8.7E-05 4.74E-07 -1.2E-05 1.64E-07 0.420272 0.709954 -7.9E-05 4.95E-07 -1.5E-05 1.71E-07 0.562113 0.48061 -1.8E-05 7.8E-08 -2.7E-06 2.64E-08 0.338941 0.471686 -2E-05 1E-07 -3.4E-06 3.39E-08 0.323857 0.4956 -1.6E-05 6.62E-08 -2.3E-06 2.24E-08 0.347772 0.67454 -4.2E-05 2.36E-07 -8.4E-06 8.12E-08 0.526705 0.469495 -1.6E-05 6.64E-08 -2.4E-06 2.25E-08 0.327826 0.485914 -2.1E-05 1E-07 -3.3E-06 3.4E-08 0.349911 0.481625 -2E-05 8.68E-08 -3E-06 2.94E-08 0.345622 0.562331 -1.4E-05 5.26E-08 -2.2E-06 1.78E-08 0.407783 0.466357 -2.3E-05 1.49E-07 -3E-06 5E-08 0.335585 0.479346 -2.6E-05 1.58E-07 -4E-06 5.35E-08 0.348572 0.5982 -1.8E-05 7.01E-08 -2.8E-06 2.38E-08 0.456531 0.585267 -8.1E-05 6.06E-07 -1.8E-05 2.09E-07 0.415248 0.537485 -7.2E-06 1.39E-08 -1.1E-06 4.69E-09 0.375579 0.51061 -1.7E-05 7.44E-08 -2.9E-06 2.52E-08 0.356061 0.637175 -1.4E-05 3.74E-08 -2.6E-06 1.28E-08 0.482627 0.789895 -7.3E-05 3.69E-07 -1.2E-05 1.28E-07 0.627978 0.675009 -4.2E-05 2.07E-07 -8.9E-06 7.12E-08 0.513095 0.577584 -1.8E-05 7.12E-08 -2.7E-06 2.41E-08 0.429755 0.574782 -3.8E-05 2.33E-07 -7.5E-06 7.98E-08 0.426948 0.626677 -1.4E-05 4.3E-08 -2.2E-06 1.46E-08 0.485008 0.643556 -4.4E-05 3.41E-07 -7.9E-06 1.16E-07 0.501882 0.564481 -1.3E-05 5.92E-08 -1.6E-06 1.98E-08 0.422813 0.614394 -3.7E-05 2.89E-07 -6.1E-06 9.82E-08 0.459843 0.56034 -1.7E-05 8.53E-08 -2.3E-06 2.87E-08 0.405792 0.695312 -1.6E-05 5.14E-08 -2.8E-06 1.75E-08 0.540764 0.546046 -4.9E-05 5.86E-07 -8.1E-06 1.99E-07 0.398211 0.621389 -8.9E-05 1.06E-06 -1.9E-05 3.65E-07 0.473544 0.654381 -7.4E-05 7.43E-07 -1.5E-05 2.55E-07 0.512699 0.591811 -4.2E-05 3.61E-07 -7.3E-06 1.23E-07 0.450137 0.564414 -2.8E-05 2.03E-07 -3.9E-06 6.86E-08 0.42841 0.582892 -2.7E-05 1.75E-07 -3.9E-06 5.93E-08 0.446888 0.604577 -2.7E-05 1.59E-07 -4.2E-06 5.38E-08 0.462907 0.62834 -7.5E-05 8.63E-07 -1.5E-05 2.96E-07 0.480499 0.606894 -7.5E-05 8.77E-07 -1.5E-05 3E-07 0.459053 0.561973 -1.7E-05 8.64E-08 -2.3E-06 2.91E-08 0.414144 0.58638 -1.6E-05 7.2E-08 -2.1E-06 2.43E-08 0.444711 0.632836 -1.4E-05 5E-08 -2.1E-06 1.69E-08 0.470929 0.657645 -1.3E-05 3.47E-08 -2.3E-06 1.18E-08 0.521643 0.569642 -9E-05 1.11E-06 -1.8E-05 3.8E-07 0.433624


(6)

192

Lampiran 21. Lanjutan

f'(xi) g'(xi) q'(xi) g'(xi).θ q'(xi).λ η 0.562348 -8.2E-05 1.01E-06 -1.6E-05 3.45E-07 0.420665 0.540567 -0.00011 2.05E-06 -2.2E-05 6.99E-07 0.392718 0.575455 -3.6E-05 2.92E-07 -5.4E-06 9.88E-08 0.427623 0.554755 -2.9E-05 2.18E-07 -4.4E-06 7.35E-08 0.406924 0.551986 -2.8E-05 2E-07 -3.8E-06 6.76E-08 0.410316 0.518769 -3.1E-05 2.73E-07 -4E-06 9.19E-08 0.382765 0.595527 -4.4E-05 4.38E-07 -7.1E-06 1.49E-07 0.45952 0.561275 -4.4E-05 5.22E-07 -6.6E-06 1.77E-07 0.425269 0.520894 -2.8E-05 2.63E-07 -3.6E-06 8.85E-08 0.390121 0.510194 -2.6E-05 2.58E-07 -3.1E-06 8.64E-08 0.362364 0.525509 -2.6E-05 2.25E-07 -3.3E-06 7.57E-08 0.383839 0.57026 -4.5E-05 4.32E-07 -7.2E-06 1.47E-07 0.428586 0.551298 -1.6E-05 7.88E-08 -2E-06 2.65E-08 0.415296 0.510673 -1.8E-05 1.18E-07 -2E-06 3.94E-08 0.362845 0.567643 -1.5E-05 6.42E-08 -2.2E-06 2.17E-08 0.413095 0.491511 -2.2E-05 1.76E-07 -2.7E-06 5.9E-08 0.343682 0.469202 -4.9E-05 6.35E-07 -6.8E-06 2.14E-07 0.327529 0.519372 -0.00011 1.66E-06 -2.3E-05 5.68E-07 0.383348 0.496957 -0.0001 1.58E-06 -2E-05 5.39E-07 0.35527 0.545469 -9E-05 1.45E-06 -1.7E-05 4.94E-07 0.390906 0.454455 -0.00018 4.95E-06 -4E-05 1.7E-06 0.299867 0.477768 -0.00017 3.92E-06 -3.5E-05 1.34E-06 0.329906 0.501645 -0.00017 3.25E-06 -3.6E-05 1.12E-06 0.359941 0.489364 -0.00031 1.08E-05 -6.8E-05 3.71E-06 0.353292 0.532361 -4.5E-05 4.25E-07 -7.1E-06 1.44E-07 0.396353 0.575121 -5E-05 4.38E-07 -8.7E-06 1.49E-07 0.439113 0.541642 -5.3E-05 4.89E-07 -9.6E-06 1.67E-07 0.405632 0.549096 -1.9E-05 1.17E-07 -2.4E-06 3.93E-08 0.407427 0.437029 -1.9E-05 1.25E-07 -2.7E-06 4.21E-08 0.301027 0.579142 -1.7E-05 8.63E-08 -2.3E-06 2.91E-08 0.44314 0.594868 -1.6E-05 7.18E-08 -2.4E-06 2.43E-08 0.458866 0.626206 -1.4E-05 4.8E-08 -2.3E-06 1.63E-08 0.490204