Karakteristik Petani Tembakau di Kabupaten Pamekasan

V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU

5.1. Karakteristik Petani Tembakau di Kabupaten Pamekasan

Tembakau bukan tanaman yang asing dan merupakan tanaman idola bagi masyarakat atau petani Madura. Tanaman tembakau memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga hampir seluruh masyarakat Kabupaten Pamekasan memprioritaskan usahatani tembakau sebagai mata pencarian utama di musim kemarau. Komoditas tersebut sebagian besar dipasarkan pada pasar lokal, Nasional maupun Internasional, khususnya pada pabrik rokok Gudang Garam, Sampoerna, Djarum, dan lain-lain. Hal ini karena tembakau Pamekasan memiliki cita rasa tersendiri dan biasanya digunakan sebagai bahan campuran dari tembakau yang ada di tempat lain. Usahatani tembakau di Kabupaten Pamekasan terdapat pada tiga lokasi yang berbeda yaitu di sawah, tegalan dan pegunungan dan dimasing-masing lokasi terdapat dua sistem usahatani yaitu dengan ITRS dan ITRK. Berdasarkan kondisi tersebut, masing-masing petani tembakau memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Sebaran umur petani tembakau sampel dapat dilihat dalam Tabel 7, dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar petani-petani tembakau di Kabupaten Pamekasan masih berada dalam usia yang produktif, kondisi ini sangat menguntungkan karena dengan tingkat usia ini petani-petani akan lebih mudah untuk menerima inovasi-inovasi yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas tembakau mereka. Masih banyaknya petani yang berusia produktif, menunjukkan bahwa usahatani tembakau dianggap sebagai usahatani yang secara ekonomi sangat menjanjikan. Hal ini berkebalikan dengan 71 usahatani komoditas lain terutama usahatani padi, dimana sebagian besar petani- petaninya berusia diatas 55 tahun. Pada daerah-daerah sentra produksi padi masyarakat yang berusia produktif lebih memilih untuk bekerja pada sektor non pertanian, karena mereka menganggap bahwa usahatani padi merupakan usahatani yang tidak banyak memberikan keuntungan. Tabel 7. Sebaran Umur Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 Umur Petani Tahun Jumlah Petani pada Setiap Sistem Usahatani PK PS TK TS SK SS Persentase Orang 20-40 23 26 40 19 31 28 37.11 41-60 43 46 30 51 32 37 53.11 60 9 3 5 5 12 10 9.78 Keterangan : PK pegunungan kemitraan, PS pegunungan swadaya, TK tegal kemitraan, TS tegal swadaya, SK sawah kemitraan, SS sawah swadaya Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar petani hanya berpendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar. Petani ini sebagian besar terdapat pada daerah pegunungan, karena pada areal pegunungan jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas sangat terbatas. Sedangkan petani di areal sawah rata-rata memiliki pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Menurut sejumlah hasil penelitian, ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani menjadi salah satu faktor yang dapat mereduksi inefisiensi teknis atau dengan kata lain tingkat inefisiensi berhubungan negatif dengan tingkat pendidikan Bravo dan Pinhiero, 1997 ; Myusa et al., 2005. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin mudah untuk memahami inovasi- inovasi yang disampaikan kepada mereka dan mereka lebih mudah tertarik untuk mencoba inovasi baru yang ditawarkan. Gambaran tingkat pendidikan petani Tembakau dapat dilihat dalam Tabel 8. 72 Tabel 8. Sebaran Pendidikan Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah Petani pada Setiap Sistem Usahatani PK PS TK TS SK SS Persentase Orang SD 46 39 34 35 22 24 44.44 SLTP atau sederajat 17 20 21 25 35 29 32.67 SLTA atau sederajat 12 16 20 15 18 22 22.89 Penguasaan luas lahan yang digunakan oleh petani untuk usahatani tembakau sebagian besar kurang dari satu hektar dan sebagian besar status kepemilikannya adalah milik sendiri Tabel 9. Penguasaan lahan atau ukuran usahatani akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dicapai oleh petani. Semakin luas ukuran usahatani, maka semakin kecil ukuran produktivitasnya. Menurut Ellis 1988, terdapat enam alasan yang dapat menjelaskan kondisi ini yaitu : pertama, intensitas penggunaan lahan yaitu semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin rendah intensitas penggunaannya. Kedua, komoditas yang diusahakan pada usahatani luas cenderung lebih bersifat ekstensifikasi. Ketiga, petani pada umumnya akan berlomba-lomba untuk bermukim di lahan yang subur, sehingga konsentrasi petani yang tinggi pada lahan subur menyebabkan semakin rendahnya penguasaan lahan. Dengan kata lain, petani kecil banyak terkonsentrasi pada lahan yang subur. Keempat, akses petani kecil terhadap irigasi umumnya besar. Kelima, hasil empiris menyatakan bahwa petani kecil banyak melakukan tumpang sari guna menjamin kepastian pendapatan atau mengantisipasi bila terjadi kegagalan panen pada salah satu komoditas yang ditanam. Keenam, intensitas penggunaan tenaga kerja seringkali berhubungan negatif dengan luas areal usahatani dalam artian usahatani kecil menggunakan 73 faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 Luas Lahan Ha Jumlah Petani Sampel Pada Setiap Sistem Usahatani PK PS TK TS SK SS Persentase Orang 0.5 17 4 17 34 6 21 22.00 0.5 – 1 58 20 53 41 23 38 51.78 1 51 5 46 16 26.22

5.2. Usahatani Tembakau di Pegunungan dan Dataran Rendah