Masalah Psikososial Kerangka Konsep Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Analisis Data

perubahan pada dirinya, 4 bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil; 5 mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap orang lain, dan; 6 mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2.5 Masalah Psikososial

Masalah Psikososial yaitu stiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis maupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial. FKUI dan WHO, 2006 Menurut FKUI dan WHO 2006, ciri-ciri masalah psikososial adalah sebagai berikut : 1 Cemas, Khawatir berlebihan, takut ; 2 Mudah tersinggung; 3 Sulit kosentrasi; 4 Bersifat ragu-ragu merasa rendah diri; 5 Merasa kecewa; 6 Pemarah dan agresif; 7 Reaksi fisik seperti : jantung berdebar, otot tegang; 8 Sakit kepala.

2.6 Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi dengan baik sehingga fungsi dalam kehidupan sehari-hari terganggu. Gangguan ini sering juga disebut sebagai gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai gangguan saraf Harmoko, 2010. Menurut FKUI dan WHO 2006, gangguan jiwa adalah sindroma atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan dengan distress atau penderitaan Universitas Sumatera Utara dan menimbulkan hendaya pada satu atau lebih fungsi dari kehidupan. Gangguan jiwa terjadi karena adanya perubahan pada fungsi jiwa sehingga menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubunganberbicara dengan orang lain dan tidak mau makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas. Mulai dari yang diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Dan adapula yang dapat diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan lingkungannya Harmoko, 2010. APA American Psychiatric Association dalam Videbeck 2008, mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas yaitu kerusakan pada satu atau lebih fungsi yang penting atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan. Menurut FKUI dan WHO 2006, ciri-ciri gangguan jiwa adalah sebagai berikut : 1 Marah tanpa sebab; 2 Mengurung diri; 3 Tidak mengenal orang; 4 Bicara kacau; 5 Bicara sendiri; 6 Tidak mampu rawat diri. Universitas Sumatera Utara

2.6.1 Rentang Sehat dan Sakit Jiwa Rentang Sehat dan Sakit Jiwa

Respon Adaptif Respon Maladaptif Sehat Jiwa Masalah Psikososial Gangguan Jiwa Pikiran Logis Pikiran kadang menyimpang Waham Persepsi akurat Ilusi Halusinasi Emosi kosisten Reaksi emosional Ketidak mampuan mengendalikan emosi. Prilaku sesuai Prilaku kadang tidak sesuai Ketidakteraturan Hubungan sosial memuaskan Menarik diri Isolasi sosial Sumber : Stuart dan Sundeen, 1998 Gambar 2.1 Rentang Sehat dan Sakit Jiwa 2.6.2 Penyebab Gangguan Jiwa Gangguan jiwa bukanlah suatu keadaan yang mudah untuk ditentukan penyebabnya. Banyak faktor yang saling berkaitan yang dapat menimbulkan gangguan jiwa pada seseorang. Faktor kejiwaan kepribadian, pola pikir dan kemampuan untuk mengatasi masalah, adanya gangguan otak, adanya gangguan bicara, adanya kondisi salah asuh, tidak diterima dimasyarakat, serta adanya masalah dan kegagalan dalam kehidupan mungkin menjadi faktor-faktor yang dapat mnimbulkan adanya gangguan jiwa. Faktor-faktor diatas tidaklah dapat berdiri sendiri; tetapi dapat menjadi satu kesatuan yang secara bersama-sama menimbulkan gangguan jiwa Harmoko, 2010. Banyak sekali faktor yang dapat mencetuskan gangguan jiwa; maka petugas kesehatan kadangkala tidak dapat dengan mudah menemukan penyebab dan Universitas Sumatera Utara mengatasi masalah yang dialami oleh pasien. Disamping itu tenaga kesehatan sangat memerlukan sekali bantuan dari keluarga dan masyarakat untuk mencapai keadaan sehat jiwa yang optimal bagi pasien.

2.6.3 Dampak Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa pada seorang pasien dapat menimbulkan adanya berbagai kondisi antara lain Harmoko, 2010 sebagai berikut : a. Gangguan Aktivitas Hidup Sehari-hari Adanya gangguan jiwa pada seseorang dapat memengaruhi kemampuan orang tersebut dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti kemampuan untuk merawat diri seperti mandi, berpakaian, merapikan rambut dan sebagainya; atau berkurangnya kemampuan dan kemauan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya; seperti tidak mau makan, minum, buang air berak dan kencing serta diam dengan sedikit gerakan. Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut; maka akhirnya dapat juga menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit; atau timbul penyakit yang lainnya. b. Gangguan Hubungan Interpersonal Disamping berkurangnya kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari; seorang pasien gangguan jiwa juga kadang mengalami penurunan kemampuan melakukan hubungan komunikasi dengan orag lain. Pasien mungkin tidak mau berbicara, tidak mau menapat orang lain atau menghindar dan memberontak manakala didekati orang lain. Disamping itu mungkin juag pasien tidak mau membicarakan dengan terang-terangan apa yang difikirkannya. Universitas Sumatera Utara c. Gangguan PeranSosial Dengan adanya gangguan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain; maka tentu saja berakibat pada terganggunya peran dalam kehidupan; baik dalam pekerjaannya sehari-hari, dalam kegiatan pendidikan, peran dalam keluarga sebagai ayah, ibu, anak dan peran dalam kehidupan sosial yang lebih luas dalam masyarakat. Berbagai keadaan yang timbul akibat gangguan jiwa akhirnya dapat merugikan kepentingan keluarga, kelompok dan masyarakat; sehingga peran serta aktif dari seluruh unsur masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi gangguan jiwa. 2.7 CMHN Commnunity Mental Health Nursing CMHN Community Mental Health Nursing atau disebut juga dengan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas KKJK merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa yang diakibatkan oleh berbagai stresor yang dihadapi individu, baik karena bencana alam, konflik sosial, maupun tindak kekerasan FKUI dan WHO, 2006. Untuk dapat mengimplementasikan kegioatan CMHN ini dilakukan pelatihan khusus kepada perawat yang bekerja di puskesmas yaitu Community Mental Health Nursing Training. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat secara komprehensif, holistik, paripurna, dan kontinusm sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal FKUI dan WHO, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.7.1 Pelayanan Keperawatan Komprehensif

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang difokuskan pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa dan pencegahan tersier pada gangguan jiwa dengan proses pemulihan. a. Pencegahan Primer Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Sasarannya adalah anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Bentuk kegiatan pada pencegahan primer adalah; 1 pendidikan kesehatan dalam bentuk stimulasi perkembangan, sosialisas, manajemen stress, persiapan menjadi orang tua, 2 program dukungan social, diantaranya memberikan informasi cara mengatasi kehilangan, menggerakkan dukungan masyarakat, melatih keterampilan, 3 pencegahan penyalahgunaan obat, dan; 4 program pencegahan bunuh diri. b. Pencegahan Sekunder Pelayanan keperawatan sekunder berfokus pada deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Sasarannya adalah masyarakat yang beresikomemperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa. Universitas Sumatera Utara Bentuk aktivitas pada pencegahan sekunder adalah; 1 menemukan kasus sedini mungkin; 2 melakukan penjaringan kasus; 3 memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru; 4 bekerjasama dengan perawat komunitas lain; 5 melibatkan keluarga dalam pemberian obat; 6 melakukan pengawasan ketat pada pasien kasus bunuh diri; 7 menempatkan pasien ketempat yang aman;’ 8 melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan; 9 memfasilitasi kelompok pasien, keluarga, dan kelompok masyarakat pemerhati, dan; 10 melakukan tindak lanjut. Fokus pelayanan adalah pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Sasarannya adalah anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktivitas pada pencegahan tersier adalah; 1 program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat; 2 program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri; 3 program sosialisasi, keagamaan, rekreasi, dan; 4 program pencegahan stigma yaitu anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap gangguan jiwa.

2.7.2 Pelayanan Keperawatan Holistik

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultur dan spiritual, yaitu : a. Aspek fisik dikaitkan dengan organ tubuh yang dialami oleh anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya. Universitas Sumatera Utara b. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat dimana memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut. c. Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suamiisterianak, keluarga dekat, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, harta benda serta adanya konflik yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial. d. Aspek budaya kultur dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat dipergunakan sebagai system pendukung sosial dalam mengatasi bebagai permasalahan yang ditemukan. e. Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai agama yang kuat di masyarakat yang dapat diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi masalah.

2.7.3 Pelayanan Keperawatan Paripurna

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan yang lengkap jenjang pelayanannya yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, pelayanan kesehatan jiwa integrative dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya. Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Pelayanan Keperawatan Secara Berkelanjutan Continuity of Care

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus dari kondisi sehat sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah sakit dimana saja orang berada, dari dalam kandungan sampai lanjut usia. Tujuan pelayanan adalah meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam memelihara kesehatan jiwa. 2.8 Landasan Teori Motivasi dan disiplin yang rendah terkait dengan rendahnya prestasi kerja petugas CMHN untuk penanganan masalah penderita gangguan jiwa. Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada teori motivasi Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa motivasi merupakan serangkaian kondisi intrinsik yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan motivasi, sehingga menghasilkan prestasi yang baik dan jika tidak ada menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan pekerja bersifat netral dalam melakukan pekerjaannya faktor ini dinamakan motivation factor yang disebut juga dengan satisfier atau instrinsic motivation. Motivasi intrinsik dalam penelitian ini meliputi: a Tanggung jawab, b Prestasi yang diraih, c Pengakuan orang lain, d Pekerjaan itu, e Kemungkinan pengembangan, f Kemajuan. Sedangkan ketika hygienes faktor buruk pekerjaan tidak memuaskan, namun hygienes faktor baik hanya menghilangkan ketidakpuasan dan faktor tersebut tidak dengan sendirinya menyebabkan orang Universitas Sumatera Utara menjadi sangat puas. Faktor ini dinamakan disatisfier atau ekstrinsic motivation. Motivasi ekstrinsik dalam penelitian ini meliputi: a Gaji, b Keamanan dan keselamatan kerja, c Kondisi kerja, d Hubungan kerja, e Prosedur perusahaan f Status. Menurut Hasibuan 2005, disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada seorang karyawan. Disiplin petugas CMHN dalam penelitian ini, yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat waskat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Menurut Heidjrachman 1990, prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Prestasi petugas CMHN dalam penelitian ini, yaitu: a Kuantitas kerja, b Kualitas kerja, c Keandalan, d Inisiatif, e Kerajinan, f Kehadiran. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Landasan Teori Sumber : Herzberg dalam Hasibuan 2005 dan Heidjrachman 1990 Motivasi Intrinsik a. Tanggung jawab b. Prestasi c. Pengakuan orang lain d. Pekerjaan itu sendiri e. Kemungkinan Pengembangan f. Kemajuan Ekstrinsik a. Gaji b. Keamanan dan keselamatan kerja c. Kondisi kerja d. Hubungan kerja e. Prosedur perusahaan. f. Status Disiplin a. Tujuan dan Kemampuan b. Teladan Pimpinan c. Balas Jasa d. Keadilan e. Pengawasan Melekat f. Sanksi Hukuman g. Ketegasan h. Hubungan Kemanusiaan Prestasi a. Kuantitas Kerja b. Kualitas Kerja c. Keandalan d. Inisiatif e. Kerajinan f. Kehadiran Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan keterbatasan peneliti maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel independen X Variabel dependen Y Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Motivasi X 1 Disiplin X 2 Prestasi Kerja Petugas CMHN Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei explanatory, yang bertujuan menganalisis pengaruh motivasi dan disiplin terhadap prestasi kerja petugas CMHN Community Mental Health Nursing di Kabupaten Aceh Barat. Survei explanatory adalah penelitian yang dirancang untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel- variabel melalui pengujian hipotesa Singarimbun, 1989.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Barat, dengan melihat kecenderungan masih tingginya kasus gangguan jiwa yang belum mandiri dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama 5 lima bulan terhitung mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2011. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas CMHN Community Mental Health Nursing di Kabupaten Aceh Barat, yaitu sebanyak 48 orang.

3.3.2 Sampel

Seluruh populasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 48 orang petugas CMHN. Universitas Sumatera Utara 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer dihimpun melalui wawancara langsung dengan petugas CMHN berpedoman kepada kuesioner penelitian, meliputi data motivasi, disiplin dan prestasi kerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Aceh Barat dan petugas CMHN terkait dengan data motivasi, disiplin dan prestasi kerja.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer berupa kuesioner, sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 petugas CMHN di Kabupaten Nagan Raya. 1. Uji validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur instrumen dalam mengukur suatu data Ghozali, 2005. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dalam kuesioner dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor r masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment Correlation, dengan kriteria ; a. Bila r-hitung r-tabel maka pertanyaan valid b. Bila r-hitung r-tabel maka pertanyaan tidak valid Universitas Sumatera Utara a Uji Validitas Variabel Motivasi Hasil uji validitas variabel bebas dan terikat sebagai berikut : a. Motivasi Intrinsik Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa seluruh variabel motivasi intrinsik indikator a tanggung jawab, b prestasi yang diraih, c pengakuan orang lain, d pekerjaan itu, e kemungkinan pengembangan, f kemajuan, sebanyak 22 soal mempunyai nilai koefisien korelasi r 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel motivasi intrinsik valid Lampiran-2. b. Motivasi Ekstrinsik Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa seluruh variabel motivasi intrinsik indikator a Gaji, b Keamanan dan keselamatan kerja, c Kondisi kerja, d Hubungan kerja, e Prosedur perusahaan f Status., sebanyak 14 soal mempunyai nilai koefisien korelasi r 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel motivasi ekstrinsik valid Lampiran-2. c. Disiplin Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa seluruh variabel disiplin indikator: tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat waskat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan, sebanyak 14 soal Universitas Sumatera Utara mempunyai nilai koefisien korelasi r 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel disiplin valid Lampiran-2. c Uji Validitas Prestasi Kerja Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa seluruh variabel prestasi kerja, sebanyak 22 soal mempunyai nilai koefisien korelasi r 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel kinerja valid Lampiran-2. b. Uji Reliabilitas Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Ghozali, 2005. Untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai r-hasil alpha cronbach dengan r-tabel : a. Bila r-alpha cronbach r-tabel maka pertanyaan reliabel b. Bila r-alpha cronbach r-tabel maka pertanyaan tidak reliabel Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui bahwa motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, disiplin dan prestasi kerja mempunyai nilai r-alpha cronbach 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan yang diuji reliabel Lampiran-2. Universitas Sumatera Utara 3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas Variabel bebas Independent Variable dalam penelitian ini meliputi variabel motivasi dan disiplin: 1 Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seorang petugas melakukan suatu perbuatankegiatan, yang berlangsung secara sadar karena hal-hal yang ingin diperoleh dari tindakan tersebut, petugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petugas CMHN. 2 Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seorang petugas mentaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku, petugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petugas CMHN.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat Dependent Variable dalam penelitian ini adalah prestasi kerja. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh petugas melalui kecakapan atau kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan, petugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petugas CMHN. 3.6 Metode Pengukuran Metode pengukuran menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner yang sekaligus panduan untuk memperoleh data-data variabel motivasi, disiplin dan prestasi kerja petugas CMHN. Universitas Sumatera Utara

3.6.1 Pengukuran Variabel Bebas

Pengukuran variabel bebas motivasi dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Motivasi No Variabel Jumlah Indikator Indikator Kategori Range Skala Ukur 1 Motivasi X 1 36 1. Intrinsik a. Tanggung jawab b. Prestasi c. Pengakuan orang lain d. Pekerjaan itu sendiri e. Kemungkinan Pengembangan

2. Ekstrinsik a. Gaji

b. Keamanan dan keselamatan c. Kondisi kerja d. Hubungan kerja e. Prosedur. f. Status a.Tinggi b.Sedang c.Rendah 86-108 61-85 36-60 Interval Sedangkan aspek pengukuran variabel bebas disiplin dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Disiplin No Variabel Jumlah Indikato r Indikator Kategori Range Skala Ukur 2 Disiplin X 2 14 a. Tujuan dan Kemampuan b. Teladan Pimpinan c. Balas Jasa d. Keadilan e. Pengawasan Melekat f. Sanksi Hukuman g. Ketegasan h. Hubungan Kemanusiaan a. Baik b.Cukup Baik c. Tidak Baik 33-42 23-32 14-22 interv al Universitas Sumatera Utara

3.6.2 Pengukuran Variabel Terikat

Aspek pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Pengukuran Variabel Prestasi Kerja No Variabel Jumlah Indikator Indikator Kategori Rang e Skala Ukur 3 Prestasi Kerja Y 22 Tupoksi program CMHN a. Baik b.Cukup Baik c. Tidak Baik 52-66 37-51 22-36 Interva l

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi: a. Analisis univariat, yaitu untuk menjelaskan setiap variabel penelitian dengan penyajian dalam tabel distribusi frekuensi. b. Analisis bivariat, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan terikat, dengan menggunakan uji chi square pada taraf uji nyata α = 0,05 c. Analisis multivariat, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dilakukan dengan menggunakan uji regresi linear berganda pada tingkat kepercayaan 95 α=0,05 dengan persamaan: Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 Y = Prestasi kerja + μ b X = Konstanta 1 X = Motivasi 2 b = Disiplin 1 -b 2 μ = error of term = Koefisien regresi Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian