Pelayanan Keperawatan Holistik Pelayanan Keperawatan Paripurna Pelayanan Keperawatan Secara Berkelanjutan Continuity of Care

Bentuk aktivitas pada pencegahan sekunder adalah; 1 menemukan kasus sedini mungkin; 2 melakukan penjaringan kasus; 3 memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru; 4 bekerjasama dengan perawat komunitas lain; 5 melibatkan keluarga dalam pemberian obat; 6 melakukan pengawasan ketat pada pasien kasus bunuh diri; 7 menempatkan pasien ketempat yang aman;’ 8 melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan; 9 memfasilitasi kelompok pasien, keluarga, dan kelompok masyarakat pemerhati, dan; 10 melakukan tindak lanjut. Fokus pelayanan adalah pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Sasarannya adalah anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktivitas pada pencegahan tersier adalah; 1 program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat; 2 program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri; 3 program sosialisasi, keagamaan, rekreasi, dan; 4 program pencegahan stigma yaitu anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap gangguan jiwa.

2.7.2 Pelayanan Keperawatan Holistik

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultur dan spiritual, yaitu : a. Aspek fisik dikaitkan dengan organ tubuh yang dialami oleh anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya. Universitas Sumatera Utara b. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat dimana memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut. c. Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suamiisterianak, keluarga dekat, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, harta benda serta adanya konflik yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial. d. Aspek budaya kultur dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat dipergunakan sebagai system pendukung sosial dalam mengatasi bebagai permasalahan yang ditemukan. e. Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai agama yang kuat di masyarakat yang dapat diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi masalah.

2.7.3 Pelayanan Keperawatan Paripurna

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan yang lengkap jenjang pelayanannya yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, pelayanan kesehatan jiwa integrative dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya. Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Pelayanan Keperawatan Secara Berkelanjutan Continuity of Care

Menurut FKUI dan WHO 2006, pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus dari kondisi sehat sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah sakit dimana saja orang berada, dari dalam kandungan sampai lanjut usia. Tujuan pelayanan adalah meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam memelihara kesehatan jiwa. 2.8 Landasan Teori Motivasi dan disiplin yang rendah terkait dengan rendahnya prestasi kerja petugas CMHN untuk penanganan masalah penderita gangguan jiwa. Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada teori motivasi Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa motivasi merupakan serangkaian kondisi intrinsik yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan motivasi, sehingga menghasilkan prestasi yang baik dan jika tidak ada menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan pekerja bersifat netral dalam melakukan pekerjaannya faktor ini dinamakan motivation factor yang disebut juga dengan satisfier atau instrinsic motivation. Motivasi intrinsik dalam penelitian ini meliputi: a Tanggung jawab, b Prestasi yang diraih, c Pengakuan orang lain, d Pekerjaan itu, e Kemungkinan pengembangan, f Kemajuan. Sedangkan ketika hygienes faktor buruk pekerjaan tidak memuaskan, namun hygienes faktor baik hanya menghilangkan ketidakpuasan dan faktor tersebut tidak dengan sendirinya menyebabkan orang Universitas Sumatera Utara menjadi sangat puas. Faktor ini dinamakan disatisfier atau ekstrinsic motivation. Motivasi ekstrinsik dalam penelitian ini meliputi: a Gaji, b Keamanan dan keselamatan kerja, c Kondisi kerja, d Hubungan kerja, e Prosedur perusahaan f Status. Menurut Hasibuan 2005, disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada seorang karyawan. Disiplin petugas CMHN dalam penelitian ini, yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat waskat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Menurut Heidjrachman 1990, prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Prestasi petugas CMHN dalam penelitian ini, yaitu: a Kuantitas kerja, b Kualitas kerja, c Keandalan, d Inisiatif, e Kerajinan, f Kehadiran. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Landasan Teori Sumber : Herzberg dalam Hasibuan 2005 dan Heidjrachman 1990 Motivasi Intrinsik a. Tanggung jawab b. Prestasi c. Pengakuan orang lain d. Pekerjaan itu sendiri e. Kemungkinan Pengembangan f. Kemajuan Ekstrinsik a. Gaji b. Keamanan dan keselamatan kerja c. Kondisi kerja d. Hubungan kerja e. Prosedur perusahaan. f. Status Disiplin a. Tujuan dan Kemampuan b. Teladan Pimpinan c. Balas Jasa d. Keadilan e. Pengawasan Melekat f. Sanksi Hukuman g. Ketegasan h. Hubungan Kemanusiaan Prestasi a. Kuantitas Kerja b. Kualitas Kerja c. Keandalan d. Inisiatif e. Kerajinan f. Kehadiran Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Konsep