Strukturalisme Genetik Landasan Teori

semacam itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta dan kelompok manusia Goldmann dalam Faruk, 1999:15. 2.1.2.3 Pandangan dunia Pandangan dunia merupakan Istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lainnya Goldmann dalam Faruk, 1999:16 . Pandangan dunia ini dibagi berdasarkan kesadaran yang nyata dan kesadaran yang mungkin untuk mengkaji novel SAZZ.

2.1.3 Karya Sastra

Sastra sebagai lembaga sosial yang menggunakan bahasa dalam menampilkan kehidupan masyarakat menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra adalah hasil ciptaan pengarang untuk menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat di dalam kehidupan sehari- hari.

2.2 Landasan Teori

Sebuah penelitian yang bersifat objektif harus memiliki landasan teori. Landasan teori merupakan dasar sebuah penelitian. Landasan teori diharapkan mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan.

2.2.1 Strukturalisme Genetik

Strukturalisme Genetik adalah teori atau pendekatan yang lahir sebagai reaksi dari Universitas Sumatera Utara pendekatan strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Strukturalisme genetik berkembang karena teori struktural murni tidak mampu mengkaji karya sastra di luar karya sastra itu sendiri. Hal itu dikarenakan, strukturalisme murni memiliki kekurangan. Menurut Teuw 1984:15, strukturalisme murni memiliki 4 kelemahan, yaitu 1. Analisis struktur karya sastra belum merupakan teori sastra, malahan tidak berdasarkan teori sastra yang tepat dan lengkap, bahkan merupakan bahaya untuk mengembangkan teori sastra yang sangat perlu. 2. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing, tetapi harus dipahami dalam rangka sistem sastra dengan latar belakang sejarah. 3. Adanya struktur yang objektif pada karya sastra makin disangsikan, peranan pembaca selaku pemberi makna dalam interpretasi karya sastra makin ditonjolkan dengan segala konsekuensinya untuk menganalisis struktur. 4. Analisis yang menekankan otonomi karya sastra juga dapat menghilangkan konteks dan fungsinya, sehingga karya sastra itu menaragadingkan dan kehilangan relevansi sosialnya. Kelemahan-kelemahan strukturalisme murni menjadikan strukturalisme genetik menjadi teori yang mampu merekonstruksi pandangan dunia pengarang dan unsur-unsur yang membangun karya sastra seperti tema, alur atau plot, latar atau setting, tokoh dan penokohan, sudut pandang atau point of view, dan gaya bahasa. Strukturalisme genetik bertolak belakang dengan pendekatan struktur lain karena pendekatan lain lebih memusatkan perhatiannya terhadap otonomi sastra sebagai karya fiksi tanpa mengaitkan unsur-unsur lain yang ada di luar struktur signifikansinya. Berbeda pula dengan strukturalisme genetik karena genetik karya sastra adalah asal-usul karya sastra yang pengarang dan kenyataan sejarahnya turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan. Hal inilah yang menjadikan karya itu dapat dikaji secara luas tanpa harus terfokus pada strukturnya saja. Menurut Umar Junus Jabrohim, 2001:61, “pendekatan strukturalisme genetik Goldmannlah yang paling kuat untuk memberikan tekanan nilai kepada sebuah karya Universitas Sumatera Utara sastra yang mempunyai dasar teori yang jelas.” Goldmann membangun kategori-kategori yang saling bertalian satu sama lain. Kategori- kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, dan pandangan dunia pengarang.

2.3 Tinjauan Pustaka