sehingga hasrat libidinal subjek individual terus-menerus mengumandangkan kebahagiaan memiliki anak. Kehadiran anak diyakini akan menepiskan kedukaan.
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Bu Nauli selalu termenung. Selalu terbayang di pelupuk matanya betapa indahnya
menimang bayi, memberinya asi, menidurkannya diiringi dendang “bue-bue” atau meninabobokkan serta mengajaknya bermain-main setelah berusia dua atau tiga tahun.”
SAZZ, 2005:15
5.2.2 Subjek Transindividual
Subjek transindividual dalam novel SAZZ karya Maulana Syamsuri ditemukan kutipan yang mengandung kritik sosial dan kemanusiaan. Kutipan-kutipan itu dihubungkan dengan
fakta sosial. Fakta sosial itu dijalin dengan sandaran kritik sosial dan kemanusiaan sehingga subjek transindividual memiliki kemungkinan lebih luas dalam melakukan kritik yang
seimbang. Hal ini relevan dengan fakta kemanusiaan sebagai hasil usaha manusia mencapai keseimbangan hidup dengan alam sekitarnya. Dengan demikian, struktut sosial yang
dihasilkan subjek transindividual akan lebih harmonis dan saling menguntungkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Subjek transindividual SAZZ dapat dikenal melalui aktivitas tokoh. Aktivitas tersebut merupakan perwujudan aktivitas fisik dan verbal suatu kelompok masyarakat. Aktivitas yang
menonjol adalah kritik terhadap pemegang kekuasaan dan kekayaan serta pemakluman terhadap nasib orang miskin dan tertindas. Di antara kedua pihak yang bertentangan kondisi
inilah subjek transindividual melakukan aktivitas kolektifnya, sehingga dapat mengakomodasikan diri dalam struktur masyarakat yang mengalami kerusakan moral.
Pengakomodasian diri menjadi cara hidup yang dipilih subjek transindividual dalam novel SAZZ karya Maulana Syamsuri. Hal ini disebabkan kesulitan subjek transindividual
melakukan asimilasi dalam kondisi sosial yang tidak dielaborasikan. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
Universitas Sumatera Utara
“Nauli hanya tersenyum. Dia tidak pernah merasa iri meski pun tingkat kehidupan sahabatnya jauh lebih baik. Nauli sudah cukup bahagia meskipun hidup sederhana
sebagai guru di desa dan suaminya cuma pemilik mobil tua yang selalu mengangkut hasil panen. Bu Nauli merasa cukup bahagia kalau hari minggu menerima uang storan dari
suaminya setelah mobil tua itu dicarter oleh warga desa untuk menghadiri pesta di desa lain yang jauh letaknya.” SAZZ, 2005:33
Aktivitas itu memperlihatkan subjek individual yang merupakan bagian dari subjek kolektif merasa bahagia hidup sederhana di dalam masyarakat desa. Kehidupan sederhana
merupakan akibat penolakan subjek transindividual berasimilasi dalam struktur masyarakat yang hidup mewah.
Perwujudan subjek transindividual dapat dilihat dari keberadaan subjek kolektif sebagai kehadiran bersama dalam persoalan lingkungan hidup. Masyarakat desa yang masih menjaga
lingkungan disekitarnya dan melestarikan lingkungan dalam novel SAZZ menjadi wujud kebersamaan di dalam masyarakat. Perwujudan tersebut mengakibatkan terciptanya alam
desa yang masih indah dan terawat. Hal itu dikarenakan masyarakat desa memiliki nilai tanggung jawab bersama.
5.3 Pandangan Dunia