Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Kau semakin cantik, sayang,” lelaki itu memuji. Perempuan berdarah Batak Toba itu
memang paling cantik di antara tiga istrinya. Tiurma memang paling cantik di antara seribu perempuan. Dan Tiurma tidak berkata apa-apa.
“Di mana pun berada aku selalu teringat padamu. Sukar untuk melupakan dirimu, sayang..”
Tiur masih tetap diam. Jauh di dalam dasar hatinya dia berharap lelaki itu segera pergi. “Rasanya terlalu berat untuk meninggalkanmu.”
“”Aku mampu berdiri di atas kakiku sendiri, Bang Dapot.” “Rasanya aku tidak rela kau dalam pelukan orang lain, Tiur. Aku ingin kau adalah tetap
milikku” SAZZ, 2005:102
Bang Dapot juga lelaki yang hatinya keras. Dia selalu meminta uang dari Tiurma untuk mencukupi biaya dia kabur dari polisi. Rencananya untuk lari ke Pulau Jawa tidak pernah
terlaksana. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Demi Tuhan, Tiurma tidak menyadari, bahwa lelaki itu ada di sisinya ketika dia membuka lemari dan mengeluarkan dompet yang padat berisi uang. Tiba-tiba saja tangan
Bang Dapot yang amat kekar dan tegar itu merampas dompet itu dari tangan Tiurma. Sekejap saja dompet penuh uang itu sudah berpindah ke tangan Bang Dapot.” SAZZ,
2005:146
Tokoh bawahan adalah tokoh cerita yang memegang peranan penting. Tokoh-tokoh bawahan yang terdapat dalam novel SAZZ adalah Lolom Maimunah, Liat Matondang, Satrio,
Ronggur, Si Lokot, Tigor, Pintor, Ojak, Anggiat, dan Oloan yang merupakan siswa dari Bu Nauli. Selanjutnya, Ompung Datu Pangulu dari Samosir dan Ibu dari Bu Nauli.
4.3 Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra yang memperrlihatkan kepaduan koherensi tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat,
tokoh, tema, atau ketiganya. Dalam cerita yang sesungguhnya, alur atau plot selalu ada, baik dalam cerita rekaan
Universitas Sumatera Utara
modern yang eksperimental. Menurut U. U. Hamidy 1983: 26, “alur atau plot suatu cerita rekaan dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita dari bagian-bagian lain cerita itu
disangkutkan sehingga cerita itu kelihatan menjadi suatu bangunan yang utuh.” Alur atau Plot yang terdapat dalam novel SAZZ karya Maulana Syamsuri yaitu alur
maju. Pengarang memaparkan kondisi daerah Mandailing. Dia menceritakan tokoh secara jelas. Tokoh Bu Nauli dihubungkan dengan tokoh lain yaitu Bang Lindung sebagai suami
yang memiliki konflik belum memiliki keturunan. Konflik itu mulai memuncak ketika 10 tahun pernikahan belum dikaruniai anak sehingga pihak keluarga meminta tokoh Bang
Lindung menikah lagi. Tokoh Bang Lindung menikah dengan tokoh yang bernama Tiurma janda cantik dari Tarutung. Tiurma memiliki masa lalu kelam bersama suami lamanya Bang
Pandapotan. Dalam cerita, Tokoh Bang Pandapotan terus mengejar Tiurma sehingga Tiurma memiliki anak dengan Bang Pandapotan. Hal tersebut tidak diketahui oleh Bang Lindung
hingga suatu hari kejadian yang ditutupi tokoh Tiurma terungkap bahwa anak yang dilahirkannya bukan anak Bang Lindung, melainkan anak dari Bang Pandapotan. Akhir
cerita, Bang Pandapotan ditangkap polisi dan Tiurma jauh miskin. Sedangkan Tokoh Bang Lindung diceritakan telah bertobat dan Bu Nauli hamil.
Dalam novel SAZZ, pengarang juga memakai alur sorot balik atau menceritakan kembali kejadian dari awal. Penceritaan itu dilihat dari Tiurma mengenang masa lalunya dan
bagaimana Bang Pandapotan meninggal. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Tiurma tidak akan lupa dari kenangan masa silam yang teramat mains tapi sekaligus juga teramat pahit ketika remaja dulu. Usianya masih tujuh belas tahun ketika seorang
lelaki itu adalah Pandapotan, yang biasa disapa oleh warga desa itu dengan Bang Dapot.” SAZZ, 2005:77
“Masih jelas melintas di benaknya bayang-bayang wajah suaminya yang selalu murung karena usahanya menyewakan selusin sapi-sapi untuk membajak sawah mulai suram.
Dari hasil menyewakan selusin sapi untuk membajak sawah itulah Bang Dapot dapat memberi nafkah tiga orang isterinya, juga dari hasil ladangnya.” SAZZ, 2005:78
Universitas Sumatera Utara
4.4 Latar atau Setting