BAB IV ANALISIS STRUKTUR TERHADAP NOVEL
SETEGUK AIR ZAM-ZAM KARYA MAULANA SYAMSURI
4.1 Tema
Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam karya sastra yang dapat dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Atar Semi 1988:34 mengatakan, tema itu
tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca. Tema yang terdapat dalam Novel Seteguk Air Zam-Zam Karya Maulana Syamsuri yaitu keluarga. Keinginan
sebuah keluarga mempunyai seorang anak. Penggambaran pengarang terhadap tokoh Bang Lindung sebagai suami Bu Nauli yang menginginkan anak dari istrinya sampai memakai cara
apa pun untuk mendapatkan anak dan sebaliknya keinginan Bu Nauli memberikan keturunan untuk suaminya.
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Padahal bu Nauli sudah amat merindukan kehadiran seorang bayi dalam hidupnya. Dia
sudah amat ingin menimang bayi. Dia sudah amat ingin memberikan asi kepada bayi yang lahir dalam rahimnya sendiri. Padahal perkawinannya sudah berlangsung lebih
delapan tahun. Berbagai usaha dan cara sudah ditempuh pasangan suami istri itu.” SAZZ, 2005:11
Tema tersebut merupakan persoalan yang paling menonjol dan memegang peranan penting dalam novel yang menjadi bagian dari jalan cerita. Tema yang membuat tokoh Bu
Nauli sebagai istri harus berusaha untuk mendapatkan seorang anak agar rumah tangga dia berjalan dengan baik. Tema dihubungkan dengan budaya masyarakat Mandailing yang
mengharuskan seorang wanita memberi keturunan kepada suami agar meneruskan marga suami. Budaya masyarakat Mandiling itu mengikat tokoh Bu Nauli dan Bang Lindung
berusaha untuk memperoleh seorang anak terutama laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Tokoh dan Penokohan
Menurut kamus Istilah Sastra Zaidan, 2007:206, tokoh merupakan orang yang memainkan peran dalam karya sastra. Dalam kaitan, tokoh dapat dihubungkan dengan
penokohan karena penokohan adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Penokohan dapat dilakukan melalui teknik
kisahan dan teknik ragaan. Watak dan sifat tokoh itu terlihat dalam lakuan fisik tindakan atau ujaran dan lakuan rohani renungan atau pikiran. Dikenal juga istilah tokohan yang
biasanya diterapkan pada kecenderungan utama karya sastra. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel SAZZ merupakan tokoh-tokoh yang memiliki
peranan penting. Tokoh-tokoh tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan.
Tokoh utama yaitu tokoh cerita baik pria maupun wanita yang memegang peran terpenting dan menjadi tonjolan setiap persoalan. Tokoh-tokoh dalam novel Sazz antara lain:
4.2.1 Bu Nauli Bu Nauli merupakan seorang guru perempuan yang mengajar dan bermukim di desa
Mandailing. Tokoh Bu Nauli memiliki sifat sabar, penuh dedikasi, loyal pada dunia pendidikan dan tidak pernah menuntut gaji istimewa.
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Siapa pula seseorang yang telah melatih puluhan kanak-kanak siswa es-de itu
membawakan sajak-sajak Willem Iskander yang amat terkenal di bumi Mandailing Godang itu, kalau bukan Bu Nauli, guru perempuan yang sudah hampir 10 tahun
bermukim di desa di kaki bukit itu dan tidak jauh dari desa itu mengalir sungai yang airnya jernih dan tenang?
Bu Nauli adalah seorang guru yang amat sabar, penuh dedikasi, loyal pada dunia pendidikan dan tidak pernah menuntut gaji istimewah.” SAZZ, 2005:3
Universitas Sumatera Utara
Dia merupakan wanita soleha yang selalu taat pada agama dan perintah suami. Dia selalu menjaga dan memelihara martabat diri dan kehormatan keluarga. Bu Nauli tidak pernah
melupakan sholat bila terdengar suara azan dari puncak menara mesjid. Itu dapat dilihat dari kutipan “Bu Nauli senantiasa melakukan solat, puasa, dan membaca Al Qur’an. Ayat kursi
tidak pernah lupa dibacanya.” 2005:43 Dia mau mengikut suami untuk berobat ke suatu tempat yang sebenarnya tidak ingin
dilakukannya karena tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Sungguh amat beda dengan Bu Nauli yang sama sekali tidak mempercayainya. Jauh di dasar hatinya yang paling dalam, dia tidak dapat menerima ritual itu. Sama sekali Bu
Nauli tidak percaya lelaki terbang ke Pusuk Buhit dalam sesaat. Juga tidak percaya sang dukun berdialog dengan roh-roh halus di bukit itu. Sulit untuk diterima akal sehat
Ompung Datu memetik tumbuhan ramuan di Pusuk Buhit yang terletak di Pulau Samosir dan harus menyeberangi Danau Toba. Lebih tidak percaya lagi Ompung Datu
mengatakan bahwa dalam dirinya melekat begu jahat. Dalam hati, Bu Nauli hanya mengucap istighfar berkali-kali bahkan ribuan kali.” SAZZ, 2005:45
Dia juga wanita yang tidak menginginkan suami untuk menikah lagi. Dia lakukan segala cara agar suaminya tidak berpaling darinya seperti mengangkat anak dan berusaha pergi ke
dukun maupun dokter.
4.2.2 Bang Lindung Bang Lindung merupakan suami dari Bu Nauli keturunan Batak Mandailing. Dia bekerja
sebagai petani dan seorang pria bertubuh tegar, kulit hitam, dan bersifat lembut kepada istri dan keras kepala.
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Bu Nauli terbangun karena sentuhan dan belaian tangan Bang Lindung, suaminya.
Lelaki di sisi Nauli adalah seorang pria bertubuh tegar, kulit hitam legam karena legam karena dibakar panas matahari sepanjang hari, tapi terhadap isteri dia selalu bersikap
lembut.” SAZZ, 2005:6
Universitas Sumatera Utara
Bang Lindung seorang muslim yang masih percaya pada hal-hal misktik. Kepercayaannya mengenai hal-hal mistik membuat dia tidak percaya akan Sang Pencipta dan
juga ilmu pengetahuan. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Bang Lindung harus ingat pernah terbaring sakit selama hampir tiga bulan.” “Penyebabnya adalah rokok”
“Siapa bilang?” “Dokter puskesmas”
“Bohong besar” “Lalu apa yang membuat Bang Lindung terbaring selama hampir tiga bulan?”
“Ompung Marlaut bilang ada orang yang dengki kepada kita. Karena aku seorang petani dan mendapatkan isteri seorang guru yang cantik. Malah ompung Marlaut bilang, yang
membuatku jatuh sakit adalah seorang laki-laki yang pernah jatuh hati padamu lalu ingin membuatku supaya cepat masuk liang kubur” SAZZ, 2005:22
Sikap keras kepala Bang Lindung membuat Bu Nauli hanya bisa diam dan patuh dengan apa yang dikatakannya. Dia selalu meyakini apa yang dianggapnya betul sehingga dia
selalu bertentangan dengan istrinya bila membicarakan masalah agama. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Yang menyembuhkan abang bukan bukan dukun itu, tapi dokter puskesmas,” Nauli meyakinkan suaminya.
“ Bukan tapi Ompung Marlaut” “Bukan. bukan”
“Terserah padamu, tapi aku yakin, Ompung Marlaut memang orang pintar.” “ingat masih ada dokter, Bang Lindung. Rokok dapat menyebabkan penyakit paru-paru,
juga dapat menyebabkan kanker dan kemandulan” “Akh, masa bodoh dengan ucapan dokter. Semua itu Cuma mengada-ngada”
Mobil terus meluncur. Nauli hanya termenung.” SAZZ, 2005:22
Bang lindung juga menikahi seorang janda yang bernama Tiurma karena dia tidak memiliki anak dari Nauli. Dia terpaksa melakukannya untuk memperoleh keturunan.
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Maafkan aku, Nauli. Kalau aku harus menikah lagi karena banyak famili memang
menghendaki aku punya keturunan..” “Lalu banyak famili juga meminta agar aku dilemparkan ke sungai sebagai benda
busuk?”
Universitas Sumatera Utara
“Tidak. Kau tetap sebagai istriku, Nauli. Aku tetap cinta kepadamu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. SAZZ, 2005:66
4.2.3 Tiurma Tiurma merupakan seorang janda cantik yang menjadi istri kedua dari Bang Lindung.
Dia juga wanita Batak yang berasal dari ibu yang nonmuslim di Tarutung. Dia memeluk agama Islam ketika dia berteman dengan wanita-wanita muslim. Namanya juga berganti
menjadi Tiurma Fauziah yang artinya wanita soleha yang memperoleh kemenangan. Namun, Tiurma tidak mendalami agama yang dipercayainya. Dia tidak pernah menjalani semua
ajaran agama yang dipeluknya sehingga dia jauh dari Tuhan. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Tiurma memang belum lama menjadi seorang muslimah, sebab sebelumnya gadis molek kelahiran Tarutung itu lahir dari rahim seorang ibu beragama nonmuslim.
Pergaulannya yang amat erat dengan gadis-gadis muslimah menyebabkan dia tertarik untukmemeluk agama Islam kemudian disahadatkan di Masjid Hidayah. Tapi hanya
samapai sebatas itu, padahal namanya sudah menjadi nama seorang muslimah, yakni Tiurma Fauziah yang bermakna wanita soleha yang memperoleh kemenangan.” SAZZ,
2005:76
Dia juga pernah menikah dengan Bang Pandapota ketika umurnya tujuh belas tahun. Dia memiliki masa lalu kelam. Dia baru mengetahui bahwa dia dijadikan istri ketiga oleh Bang
Pandapotan. Hal itu diketahuinya ketika dua minggu setelah dia berumah tangga, seorang wanita dan anak-anak mendatangi dia dan melemparnya dengan batu. Selanjutnya, dua
minggu kemudian datang seorang wanita lagi mendatangi dia dan menyiramnya dengan sambal. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Tapi siapa yang menduga, hanya dua minggu setelah perkawinannya dengan Bang Pandapotan, seorang perempuan dengan menggiring tiga orang anak yang masih kecil
menyerangnya dan melontarnya batu?. Ya, Tuhan. Bang Dapot ternyata sudah punya istri dan anak.
Tidak hanya itu, hanya seminggu setelah kepala Tiur berdarah terkena lemparan batu, seorang perempuan lainnya juga datang dan melontarkan kata-kata keji. Tidak hanya
melontarkan kata-kata keji, tapi juga melemparkan cabai yang sudah digiling halus ke muka Tiur yang dianggap telahmerusak rumah tangga orang lain. Perempuan beringas itu
Universitas Sumatera Utara
ternyata isteri kedua Bang Pandapotan. “tidak kusangka aku dinikahi Bang Dapot sebagai isteri ketiga,” Tiurma selalu mengeluh
panjang ketika ingat nasibnya yang malang. ” SAZZ, 2005:77
Dia juga merupakan seorang pembohong yang mengaku suaminya meninggal karena kecelakaan ketika bekerja di proyek bangunan jalan di Muara Sipongi, tetapi suaminya
meninggal karena dibunuh warga desa. Dia menjadi istri kedua Bang Lindung dan memiliki tokoh sembako di daerah tempat tinggal Bang Lindung.
4.2.4 Bang Pandapotan Bang Padapotan merupakan suami dari Tiurma. Dia memiliki badan yang besar dan
gagah. Dia juga merupakan seseorang terpandang yang memiliki sawah yang luas, ladang, dan sapi selusin di desa sekitar Sungai Aek Godang. Dia memiliki istri tiga orang. Wataknya
yang keras, kasar, dan sombong membuat dia menjadi laki-laki yang tidak pernah takut pada siapa pun.
Dia juga buronan polisi akibat menusuk warga desa yang tinggal dekat rumahnya. Kejadian itu diawali dengan pembakaran traktor milik Haji Sulaiman yang membuat dia
marah karena sapi miliknya tidak pernah digunakan atau disewa warga, melainkan warga lebih memilih traktor Haji Sulaiman.
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Tentu saja Bang Dapot merasa tidak senang dengan kehadiran traktor mini yang
dianggap telah mematikan rezekinya. Bang Dapot sangat marah. Dia nekad untuk membakar traktor milik Haji Sulaiman itu.
“Trakor itulah yang menyebabkan aku jatuh melarat. Traktor itu harus dibakar. Traktor itu harus jadi abu,” gerutu Bang Dapot ketika keluar dari rumah Tiur dengan membawa
bensin dan korek api” SAZZ, 2005:80-81
Dia masih mencintai Tiurma. Walaupun Tiurma sudah menikah lagi, dia tetap menjumpai Tiurma. Sikap Bang Pandapotan yang kasar membuat Tiurma takut. Dia
membuat Tiurma terusik dengan kehadiran yang selalu tidak dapat diduga.
Universitas Sumatera Utara
Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Kau semakin cantik, sayang,” lelaki itu memuji. Perempuan berdarah Batak Toba itu
memang paling cantik di antara tiga istrinya. Tiurma memang paling cantik di antara seribu perempuan. Dan Tiurma tidak berkata apa-apa.
“Di mana pun berada aku selalu teringat padamu. Sukar untuk melupakan dirimu, sayang..”
Tiur masih tetap diam. Jauh di dalam dasar hatinya dia berharap lelaki itu segera pergi. “Rasanya terlalu berat untuk meninggalkanmu.”
“”Aku mampu berdiri di atas kakiku sendiri, Bang Dapot.” “Rasanya aku tidak rela kau dalam pelukan orang lain, Tiur. Aku ingin kau adalah tetap
milikku” SAZZ, 2005:102
Bang Dapot juga lelaki yang hatinya keras. Dia selalu meminta uang dari Tiurma untuk mencukupi biaya dia kabur dari polisi. Rencananya untuk lari ke Pulau Jawa tidak pernah
terlaksana. Itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini,
“Demi Tuhan, Tiurma tidak menyadari, bahwa lelaki itu ada di sisinya ketika dia membuka lemari dan mengeluarkan dompet yang padat berisi uang. Tiba-tiba saja tangan
Bang Dapot yang amat kekar dan tegar itu merampas dompet itu dari tangan Tiurma. Sekejap saja dompet penuh uang itu sudah berpindah ke tangan Bang Dapot.” SAZZ,
2005:146
Tokoh bawahan adalah tokoh cerita yang memegang peranan penting. Tokoh-tokoh bawahan yang terdapat dalam novel SAZZ adalah Lolom Maimunah, Liat Matondang, Satrio,
Ronggur, Si Lokot, Tigor, Pintor, Ojak, Anggiat, dan Oloan yang merupakan siswa dari Bu Nauli. Selanjutnya, Ompung Datu Pangulu dari Samosir dan Ibu dari Bu Nauli.
4.3 Alur atau Plot