Adanya penggemar semu Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tren Batu Akik di Kota Medan

63

4.4.4 Adanya penggemar semu

Penggemar merupakan seseorang yang menggandrungi ataupun menyukai suatu barang ataupun komoditas yang bersifat materil dan juga sesuatu yang bersifat non materil. Tetapi terkadang ada saja kita lihat penggemar yang bersifat semu atau latah. Seperti pada penggemar batu akik sering kita temui belakangan terakhir, mengapa dikatakan penggemar semu karena adanya kisaran waktu yang tidak terlalu lama yang menyebabkan tingkat kebosanan masyarakat sehingga tidak lagi menyukai batu akik. Dapat dikatakan lagi penggemar semu tidaklah dapat kita bedakan secara kasat mata pada waktu batu akik diatas trennya, tetapi dapat kita lihat sekarang dikala batu akik tidak lah menjadi tren lagi. Mulai dari tingkat konsumsinya yang sudah menurun bahkan sudah tidak lagi menggunakan batu akik. Hal ini ditambahkan Pada fetisisme komoditas, kebutuhan seorang individu didominasi dan dikaburkan oleh suatu objek kenikmatan atau kepuasan semu yang diperoleh dari komoditas tersebut Ripstein, 1987. Dalam relevansinya dengan kapitalisme, fetisisme menjadi salah satu pondasi yang menyebabkan kapitalisme tetap bertahan dan abadi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bourdieu 1989 melalui teori distingsi sosialnya bahwa status quo kapitalisme dipertahankan oleh perilaku individu-individu di dalamnya melalui cara konsumsi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Akar konseptual Teori Fetisisme Komoditas berasal dari pemikiran Karl Marx. Komodifikasi bisa berfungsi mengamankan dominasi modal ekonomi. Universitas Sumatera Utara 64 Dengan kata lain pendapat ini lebih menguatkan akan keberadaan penggemar semu. Adapun hal ini juga terungkap dari salah satu informan yakni Tengku Zulpayan 57 Tahun : “…kemunculan batu akik cukup fenomenal belakangan ini meskipun sekarang menurut saya sudah sangat menurun, semua memang berawal karena sifat orang kita yang latah atau ikut- ikutan, sehingga tanpa mengetahui fungsi, kegunaannya, kepentingannya dan harganya. itu terjadi bukan hanya di jawa, tetapi di medan sendiri juga terjadi, kita bandingkan dengan kondisi sekarang yang sudah menurun, nah orang-orang yang menyukai diawal itu lah yang gak bisa kita prediksi, kita lihat dia menggemari ternyata tidak, Cuma ikut-ikutan saja.” Hasil wawancara 14 Juli 2016 Hal demikian juga ditambahkan oleh salah satu informan yang juga merupakan pimpinan di Grand Palladium Mall yakni Albert Simanjuntak 45 Tahun : ”...pada awal kita memang terkejut melihat peningkatan batu akik, kita juga melihat mesyarakat cenderung ketagihan batu, tapi tidak semua masyarakat menyukai, banyak yang Cuma ikut-ikutan saja, masyarakat dibutakan oleh batu akik tanpa melihat kemampuan mereka sehingga berdampak ke sekarang batu akik sangat menurun drastis, menurut saya kemarin banyak yang Cuma ikut- ikutan saja, ikut tren dan sebagainya tetapi kita lihat sekarang terjadi seperti seleksi alam yang tersisa ya Cuma orang yang benar-benar menggemari, meskipun ada saja yang bertambah dari sebelum batu akik populer.” Hasil wawancara 17 Juli 2016 Universitas Sumatera Utara 65 Dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa diawal kepopuleran batu akik banyak dari kita tertipu oleh kasat mata, dimana banyak orang yang kita lihat menggemari batu akik, ternyata hanyalah penggemar semu, yang cenderung ikut- ikutan dalam tren batu akik.

4.4.5 Banyak ditemukannya batu akik palsu