13
hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap
tingkah laku. Dalam paradigma ini, interaksi adalah media terjadi perubahan tingkah
laku dalam lingkungan aktor,di mana hubungan fungsional terjadi pada proses tersebut. Hanya saja, pada paradigma ini, sifatnya lebih mekanik, yakni kurang
memiliki kebebasan, dibandingkan dengan paradigma lain, seperti paradigma defenidi sosial yang lebih dapat menginterpretasikan stimulus yang diterima dan
paradigma fakta sosial lebih kepada norma-norma, nilai-nilai, serta struktur sosial yang terdapat pada tingkah laku.
2.2 Gaya Hidup Pada Masyarakat Postmodern
Di era globalisasi saat ini, manusia tidak hanya sekedar sebagai pelaku ekonomi primer, sekunder dan tersier biasa. Akan tetapi hampir dalam ketiga
kebutuhan utama tersebut, manusia harus mengontrol setiap kegiatan ekonomi mereka. Namun, tidak jarang kita melihat, bahwa sebagian individu mengonsumsi
secara berlebih dan memiliki barang dan jasa yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya serta mengikuti fenomena yang muncul atau “booming” belakangan
ini. Manusia tidak bisa lepas sebagai konsumen utama dalam setiap proses kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk hidup yang
terus maju dalam pencapaian kebutuhan, untuk kelangsungan hidupnya. Sebagai konsumen, manusia akan mengalami perubahan sosial, terutama dalam tingkah
laku dalam kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard Tatik, 2008 : 5, hal tersebut merupakan perilaku konsumen, di mana konsumen secara langsung melakukan
tindakan dalam hal mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan
tersebut.
Dari sisi pemenuhan kebutuhan, konsumen memilih jenis kebutuhan yang disesuaikan dengan gaya hidup mereka. Gaya hidup menunjukkan pada
bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternative dalam satu
kategori jenis produk yang ada, berdasarkan perspektif ekonomi. sedangkan melihat dari perspektif pemasaran, tampak jelas bahwa konsumen yang memiliki
gaya hidup yang sama akan mengelompokkan dengan sendrinya ke dalam satu kelompok berdasarkan apa yang mereka minati untuk menghabiskan waktu
senggang dan bagaimana mereka membelanjakan uangnya. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya hidup terus mengalami perubahan baik di masyarakat
yang masih tradisional sampai kepada masyarakat modern, terutama pada masyarakat postmodern, ataupun gaya hidup akan barang konsumsi yang
cenderung modern ataupun berbalik ke tahap tradisional. Bagi pemilik modal, perubahan gaya hidup merupakan kesempatan bagi mereka untuk menciptakan
inovasi baru seperti produk-produk dan menyesuaikan produknya sesuai dengan
gaya hidup pasar yang dituju Tatik, 2008 : 73.
Menurut Kamar, istilah postmodernitas menunjuk pada suatu epos, jangka waktu, zaman atau masa, sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era
modern dalam suatu pemahaman sejarah. Postmodernisme sebagai bagian dari era
Universitas Sumatera Utara
15
globalisasi, mengarahkan manusia kepada budaya yang baru. Perkembangan postmodernisme tidak hanya mengarahkan pada sisi budaya, akan tetapi
intelektual, artistik dan akademik secara spesifik Mike, 2005 : 87-103. Postmodernisme menunjuk pada satu produk budaya dalam seni, arsitektur dan
sebagainya yang terlihat berbeda dengan produk budaya manusia modern. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya baru, serta
tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial Nanang, 2011: 112.
Menurut Gidden Mike, 2005 : 69, budaya postmodern dapat dihubungkan dengan pilihannya dengan strategi menengah yang mencoba untuk
melebihi dualitas objektifisme dan relativisme melalui perkembangan ‘ontologi potensial’ sebagai bagian dari teori strukturasinya.
Bagi Vattimo Mike, 2005 : 80, menekankan bahwa postmodern tidak hanya difahami sebagai yang mengartikan suatu perpecahan sejarah yang
menunjuk pada suatu gerakan di atas modernitas. Postmodernime melibatkan berbagai gagasan mengenai epoch postmetafisik dan epoch postmodern, dengan
penolakkan terhadap ide para modernis tentang perkembangan sejarah, atau titik pandang yang menyatukan yang dapat dihadapkan pada sejarah. Akibatnya selalu
ada akhir dari sejarah dan baru sekarang inilah kita dapat mengakui dan menerimanya. Kritik postmodernisme dan penolakkan atas meta-naratif
modernitas yang kesemuanya mencoba untuk memasukkan pengertian tentang koherensi dan daya meyakinkan dalam sejarah, menjauhkan kita dari
universalisasi menuju kekhususan pengetahuan lokal.
Universitas Sumatera Utara
16
Modernisme merupakan tahap awal yang dilalui sebelum memasuk babak awal postmodern. Hal ini dikemukakan oleh Smart George, 2007 : 629 ketika
membedakan tiga pendirian pemikiran mengenai postmodern, diantaranya : 1. Pendirian yang ekstrem menyatakan bahwa masyarakat modern telah
terputus dan sama sekali telah digantikan oleh masyarakat postmodern. 2. Pendirian yang menyatakan bahwa meski telah terjadi perubahan,
postmodernisme muncul dan terus berkembang bersama dengan modernism.
3. Pendirian Smart sendiri yang lebih memandang modernisme dan postmodern sebagai zaman.
Dampak dari modernisasi itu sendiri membawa perubahan terhadap masyarakat tradisional, ditandai dengan masuknya teknologi dan media massa.
Serta membentuk sistem startifikasi di dalam masyarakat. Pada masyarakat modern telah terjadinya pergeseran dalam peluang hidup di berbagai strata sosial.
Masyarakat modern mengalami proses diferensiasi dalam kelas sosial. Ketika sistem stratifikasi sosial terbentuk, maka kita tidak dapat memungkiri bahwa
terbentuk juga gengsi sosial di dalam masyarakat. Gengsi sosial atau prestise dapat diwujudkan dalam berbagai cara pada masyrakat modern. Gengsi sosial
tidak hanya sekedar dari cara berpakaian atau melalui berbagai atribut yang melekat di dalam diri seseorang, tetapi juga melalui bahasa yang dipakai dalam
berkomunikasi, tempat rekreasi, tempat belanja, tempat makan, serta merek baju yang digunakan Nanang, 2011: 96.
Universitas Sumatera Utara
17
Menurut Baudrillard, ini dikarenakan setiap individu dalam suatu masyarakat mengalami diferensiasi, diskriminasi sosial dan di setiap organisasi
struktural akan mendasarkan pada penggunaan dan distribusi harta kekayaan. Posmodernitas menurut Baudrillard adalah dunia yang penuh dengan
simbol dan citra. Termasuk dalam konsumsi. Ketika orang mengkonsumsi, maka yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai barang, namun citra atas barang tersebut.
Citra atas suatu barang yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bagaimana barang tersebut dapat mempengaruhi diri individu atau kelompok ketika
menggunakannya, dengan kata lain membawa status bagi orang yang memakainya. Dalam pandangan Baudrillard, kapitalisme akhir memanfaatkan
mesin hasrat tersebut untuk terus membelenggu masyarakat dalam jerat konsumerisme. Praktik-praktik konsumsi selanjutnya menjadi gaya hidup
masyarakat. Konsumsi menjadi cara pandang baru masyarakat. Menurut Baudrillard, masyarakat konsumsi merupakan konsep kunci
dalam pemikirannya untuk menunjukkan gejala konsumerisme yang sangat luar biasa dan telah menjadi bagian dari gaya hidup manusia modern melalui yang
menjadi objek konsumsi, yakni barang dan jasa. Masyarakat konsumsi menjadi topik diskusi oleh Baudrillard dengan melihat dampak dari globalisasi yang
semakin meluas di seluruh dunia. Terjadinya globalisasi, dipicu oleh adanya sistem kapitalisasi di berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik,
pendidikan dan lain sebagainya. Namun, dalam pembahasan kali ini paham kapitalisme diangkat berdasarkan sektor ekonomi, yang mempengaruhi pangsa
pasar di dunia Nanang, 2011 : 130.
Universitas Sumatera Utara
18
Baudrillard menghubungkan konsumsi dengan simbol-simbol sosial dalam masyarakat. Dalam pandangannya produk konsumsi, merupakan simbol status dan
kelas sosial seseorang. Musik klasik misalnya, hanya dinikmati orang-orang tertentu biasanya dari kelas atas. Konsumsi dibentuk oleh ide, simbol, selera,
yang kemudian secara tidak langsung maupun tidak menciptakan pembedaan dalam masyarakat. Bourdieu Mike, 2005 : 107 menyatakan bahwa pencarian
mereka akan perbedaan melalui gaya hidup, kehidupan yang sesuai dengan mode dan ekspresif, menjadikan dapat ditemukannya sikap yang khas oleh hampir
setiap orang, demikian juga permainan yang khas serta kekayaan batin yang sebelumnya merupakan ciri dari kaum intelektual.
Terkait dengan konsumsi yang terbentuk dari kapitalisasi, maka kita membahas mengenai startifikasi sosial. Startifikasi sosial membahas lapisan yang
terbentuk akibat konstruksi sosial. Di dalam startifikasi sosial, terbentuk pembagian lapisan atau yang pada umumnya disebut pembagian kelas.
Masyarakat yang berada dalam kelas sosial yang berbeda cenderung mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda, sebaliknya mereka yang berada dalam kelas
sosial yang sama cenderung mempunyai persamaan sikap. Menurut Tatik, 2008 ; 262-265 Di Indonesia, kelas sosial dibagi menjadi
tiga, yakni : 1.1 Kelas sosial atas, yang terdiri dari :
a. Atas atas b. Atas menengah
c. Atas bawah 2.1 Kelas menengah, yang terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
19
b. Kelas menengah c. Kelas pekerja
3.1 Kelas bawah, yang terdiri dari : a. Kelas bawah
b. Kelas bawah bawah Pembagian ini menggambarkan bahwa kelas sosial memiliki sifat yang
berjenjang, ada yang paling rendah, mengah dan tinggi. Kelas sosial bawah dikelompokkan lagi berdasarkan tingkat kemiskinananya yang
pengelompokkannya didasarkan pada kebijakkan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup kelas sosial kelompok ini.
Namun, setiap individu ataupun kelompok dapat mengalami perubahan posisi kelas. Hal ini menyatakan bahwa kelas sosial bersifat dinamis. Di mana
dalam segi ekonomi, konsumen dapat berubah menjadi lebih tinggi naik atau lebih rendah turun, yang disesuaikan dengan pola konsumsi dan gaya hidup
Tatik, 2008 : 262-265. Lapisan kelas tersebut juga dapat terbantahkan oleh Fenomena batu akik
belakangan ini, dimana tidak ada lagi sekat pembagian kelas, baik itu tinggi menengah maupun rendah, karena semua kelas dapat menyatu asalkan dalam satu
kepentingan yang sama yakni, penggemar batu akik. Maka dalam penelitian ini kita dapat lebih detail mengetahui apakah lapisan kelas juga bisa mempengaruhi
pada konsumsi batu akik yang akan saya teliti.
Universitas Sumatera Utara
20
2.3 Budaya Populer Mendefinisikan budaya populer adalah dengan mempertimbangkan