25
Analisis mengenai judul penulis dapat dikaitkan bahwa budaya populer dikarenakan adanya media massa yang menyalurkan informasi mengenai batu
akik yang dapat mengenyampingkan budaya populer mainstream dan memasukkan batu akik dalam budaya populer yang baru.
2.4 Teori Fetisisme Komoditas
Fetisisme pada komoditas merupakan rangkaian dari proses konsumsi pada produk setelah perilaku konsumsi menjadi bersifat konsumtif dan berkembang
menjadi gaya hidup Mulvey, 1993; 1996. Fetisisme berkaitan erat dengan konsumtivisme, atau kondisi di mana seorang individu, sebagai konsumen,
mengkonsumsi barang di luar kebutuhan riilnya. Dalam perspektif Teori Kritis, fetisisme mengacu pada konsep yang
dikembangkan oleh Karl Marx ketika menganalisis mengapa individu yang terdominasi dapat menerima dan mengadopsi kepercayaan yang dapat mendukung
dan mereproduksi status quo kapitalisme. Tesis Marx ini selajutnya dikembangkan menjadi terfokus pada operasionalisasi berbagai komoditas yang
dihasilkan kapitalis dalam membentuk kepercayaan individu yang terdominasi. Bagi Marx, cara seorang individu menerima dan mengalami dominasi kapitalis,
berbeda dari cara bagaimana sistem kapitalisme itu bekerja Marx, dalam Lloyd, 2008. Dengan demikian, berbeda dengan teori dominasi atau hegemoni sistem
kapitalisme, dalam Teori Fetisisme Komoditas, yang menjadi fokus adalah bagaimana kapitalisme bekerja membentuk kepercayaan pada tataran individu.
Fetisisme terjadi apabila konsumsi individu terhadap suatu produk tidak berada
Universitas Sumatera Utara
26
pada level yang dibutuhkan, tetapi pada level di mana individu tersebut bahkan tidak mengetahui fungsi utama produk tersebut.
Pada fetisisme komoditas, kebutuhan seorang individu didominasi dan dikaburkan oleh suatu objek kenikmatan atau kepuasan semu yang diperoleh dari
komoditas tersebut Ripstein, 1987. Dalam relevansinya dengan kapitalisme, fetisisme menjadi salah satu pondasi yang menyebabkan kapitalisme tetap
bertahan dan abadi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bourdieu 1989 melalui teori distingsi sosialnya bahwa status quo kapitalisme dipertahankan oleh
perilaku individu-individu di dalamnya melalui cara konsumsi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Akar konseptual Teori Fetisisme Komoditas berasal dari
pemikiran Karl Marx. Komodifikasi bisa berfungsi mengamankan dominasi modal ekonomi. Menurut Marx, asal mula fetisisme komoditas adalah hasil usaha
kerja manusia yang diobjektifikasi. Hubungan antara produsen dengan keseluruhan usaha mereka sendiri
dihadirkan sebagai suatu hubungan sosial sosial yang tidak hanya terjadi di antara produsen itu sendiri, tetapi juga di antara berbagai hasil produksi mereka. Hasil-
hasil usaha tersebut menjadi sebuah komoditas yang seolah menjelma sebagai entitas otonom dan menjalin relasi sosial di antara mereka. Berbagai komoditas
tersebut seolah memiliki wujud jiwa yang nyata, memiliki sifat dapat ditangkap sekaligus tidak dapat ditangkap oleh kemampuan indrawi. Meskipun sebenarnya
perwujudan komoditas tersebut hanyalah pendefinisian manusia yang mengambil wujud fantastis dari suatu hubungan di antara benda-benda hasil produksi
tersebut. Inilah yang disebut Marx sebagai fetisisme, yang merekatkan manusia
Universitas Sumatera Utara
27
pada hasil-hasil kerja ketika diproduksi sebagai komoditas Marx, 1963 dalam Strinati, 2007: 63.
Fetisisme komoditas merupakan cara bagaimana produsen menunjukkan bahwa asas pertukaran dapat memaksakan kekuatannya secara khusus dalam
dunia benda-benda budaya Adorno, 1991, dalam Strinati, 2007. Dalam kapitalisme, asas pertukaran akan selalu mendominasi asas manfaat karena roda
eksistensi kapitalis selalu berputar di sekitar produksi, konsumsi, dan pemasaran komoditas. Konsekuensinya, diperlukan suatu kondisi di mana masyarakat merasa
bahwa konsumsi yang dilakukan merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Cara yang dilakukan kapitalis untuk mempertahankan eksistensinya
melalui fetisisme komoditas ialah mendominasi kebutuhan-kebutuhan riil manusia dengan ‘kebutuhan’ semu untuk melakukan pertukaran yaitu dengan
mengkonsumi berbagai komoditas yang dihasilkan para produsen kapitalis tersebut. Dengan demikian, dalam fetisisme komoditas, asas pertukaran
mengaburkan sekaligus mendominasi asas manfaat dengan cara menyamarkan dirinya sebagai objek kenikmatan Strinati, 2007.
Menurut Bourdieu, pola konsumsi individu dalam masyarakat kapitalis modern ini dapat mereproduksi kapitalisme dalam dua jalan. Pola konsumsi yang
terus menerus itulah yang membangun terjadinya fetisisme. Bourdieu menyebutkan bahwa yang diciptakan fetisisme sebenarnya tak lebih dari
differensiasi sosial antara kelas atas dan kelas menengah dan jarak sosial antara keduanya selamanya dikendalikan oleh pihak yang berkuasa, yaitu kelas atas.
Dengan demikian, differensiasi sosialmelalui fetisisme ini menjadi kontributor utama dalam kelanggengan dominasi kapitalis.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang