Kondisi infrastruktur desa Juhar

93 BAB IV PERANAN DESA JUHAR

4.1. Kondisi infrastruktur desa Juhar

Setelah terbentuknya kecamatan Juhar, unsur masyarakat maupun pemerintah pada tahun 1945 secara bertahap membenahi infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat maupun pemerintah. Pembenahan yang dilakukan adalah untuk mendukung kesiapan desa Juhar sebagai ibu kota kecamatan. Setelah terbentuknya kecamatan Juhar, pengadaan kantor-kantor pemerintahan masih berjalan lambat dan hanya menggunakan apa yang ada. 32 Perubahan yang terjadi tidak terlalu nampak, dari jaman penjajahan hingga jaman kemerdekaan. Secara fisik desa Juhar hanya mengandalkan keberadaan kondisi bangunan yang ada dan belum ditentukan bagaimana gambaran pengembangan tata ruang dari desa Juhar setelah terbentuknya pemerintahan kecamatan Juhar. Akan tetapi dengan lahan yang luas dan tersedia, arah pembangunan infrastruktur desa Juhar mulai ditentukan untuk menghadapi situasi perkembangan desa Juhar kedepannya tanpa mengganggu teritorial adat yang berlaku bagi seluruh masyarakat desa Juhar. Pengaspalan jalan-jalan tersebut merupakan hasil dari Repelita I rencana pembangunan lima tahun dari pemerintahan orde baru. Selain jalan-jalan, bangunan infrastruktur lainnya yang merupakan bagian dari repelita tersebut adalah sekolah dasar yang dibangun di wilayah Juhar Peranginangin. Dengan berdirinya sekolah dasar tersebut sarana pendidikan mulai dibenahi di daerah desa Juhar. Jika dibandingkan dengan 32 Winangun. Y. W. Wartaya, op. cit, hlm 45. Universitas Sumatera Utara 94 penduduk kecamatan yang termasuk kedalam Kabupaten Karo, Pendidikan masyarakat masih tergolong rendah, pendidikan belum maju di daerah Juhar karena sarana pendidikan formal yang masih kurang. Ketiadaan sarana pendidikan ini mengakibatkan masyarakat yang mau menyekolahkan anaknya harus keberastagi maupun Kabanjahe juga kota Medan sehingga jarak yang akan di tempuh cukup jauh. Hal ini disebabkan oleh minimnya transportasi sehingga anak-anak yang ingin sekolah harus berjalan kaki, dan faktor jarak yang cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki kedaerah lainnya turut menghambat kemajuan pendidikan. Berdirinya sekolah dasar di desa Juhar tidak serta merta langsung membuat pendidikan berkembang, malahan awalnya tersendat-sendat. Sebab perhatian yang dicurahkan oleh orang tua terhadap kemajuan sekolah si anak tidak dilakukan sepenuhnya dan bahkan pihak orang tua merasa lebih senang jika sianak turut serta bekerja diladang membantu orangtuanya 33 . Dengan demikian salah satu nilai-nilai yang penting untuk diserap oleh penduduk desa Juhar adalah bidang pendidikan. Seiring dengan berkembangnya zaman masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi suatu masyarakat, sebab tanpa pendidikan masyarakat tersebut pasti akan mengalami perkembangan yang sangat lambat jika dibandingkan dengan penduduk daerah lainnya yang tingkat pendidikan masyrakatnya lebih tinggi. Setelah pemerintah membangun Sekolah Dasar di desa Juhar pada 1970, kemudian setelah adanya proses perubahan berfikir masyarakat, sekolah Dasar kemudian menjadi terasa sangat kurang. Kurangnya sarana pendidikan ini adalah akibat adanya 33 Sajogoyo dan Pujiwati Sajogya, Sosiologi Pedesaan, Jilid I, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm 158. Universitas Sumatera Utara 95 faktor pertambahan penduduk secara alamiah serta migrasi penduduk dari daerah lain. Untuk mengatasinya pemerintah kemudian membangun sebuah Sekolah Dasar yang berada di wilayah Juhar Peranginangin. Dengan demikian pendidikan akan diharapkan berkembang di desa ini. Umumnya para murid-murid Sekolah Dasar ini jika telah selesai mengecap pendidikan tingkat dasar, orang tuanya akan menyekolahkan ke Berastagi atau Kabanjahe untuk melanjutkan pendidikan, dan bahkan banyak diantara mereka menitipkan anak- anaknya pada kerabat-kerabat mereka yang berada di kota medan walupun masih tingkat Sekolah Menengah Pertama 34 . Untuk mengatasi agar tenaga-tenaga pendidik betah mengajar di desa ini, pemerintah kemudian membangun perumahan guru-guru diatas tanah milik rakyat yang diberikan secara Cuma-Cuma. Kerelaan masyarakat menghibahkan tanah miliknya sudah merupakan suatu keikhlasan sebagai wujud dari sikap kepedulian mereka terhadap pendidikan. Dari antusiasnya mereka menyekolahkan anaknya dapat dilihat dari jumlah murid Sekolah Dasar yang ada di desa Juhar. Pada saat pertama sekali didirikan sekolah pada tahun 1970 jumlah yang bersekolah hanya 32 orang saja. Sebelum adanya sarana kesehatan yang memadahi di desa Juhar, setiap anggota masyarakat yang mengalami maupun yang sedang menderita sakit masih mengandalkan pengobatan-pengobatan yang dilaksanakan secara tradisional, yang diramu dari jenis daun tumbuh-tumbuhan yang telah diyakini dn diwarisi secara turun-temurun untuk dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Bahkan kadang-kadang apabila jenis penyakit yang diderita dalam keadaan yang cukup parah, sering dimanfaatkan peranaan seorang dukun untuk dapat menyembuhkannya. 34 Hasil Wawancara dengan Beramuli Pinem tanggal 14 April 2011 pukul 20.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 96 Salah satu jenis daun-daunan yang dianggap oleh masyarakat dapat menyembuhkan luka yang tersayat adalah sejenis ilalang, yang oleh masyarakat setempat lazim disebut “bulung sabi-sabi”, sedangkan untuk penyidap penyakit malaria diyakini dapat disembuhkan dengan cara meminum air daun kates yang telah direbus. Demikian juga halnya dengan para penderita penyakit syaraf suatu kurang waras, untuk menyembuhkannya diyakini oleh masyarakat akan dapat dilakukan seorang dukun. Terlepas dari pada dapat sembuh atau tidak masalah pengobatan yang dilakukan secara tradisional ini perlu kiranya diteliti oleh ahli-ahli kimia atau ahli medis 35 . Sesuai dengan perkembangan zaman, para penduduk yang menderita sakit selain dari pada berobat secara tradisional banyak juga yang berobat kerumah Sakit, akan tetapi karena sarana kesehatan seperti Puskesmas Pusat kesehatan masyarakat belum ada di desa Juhar sehingga terpaksa berubat ke Kabanjahe atau Berastagi. Terjadinya perubahan sistem pengobatan ini adalah akibat dari pada semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat berkat adanya bimbingan-bimbingan yang dilakukakan oleh petugas kesehatan di desa ini serta pengaruh dari pada para pendatang yang memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan moderen yang lebih luas. Dengan semakin tingginya kesadaran masyrakat akan arti pentingnya kesehatan, maka atas usul masyarakat desa Juhar kepada pemerintah, dibangunlah sebuah puskesmas, sebagai realisasinya pada tanggal 17 Agustus 1979, bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, diresmikanlah pemakaian puskesmas tersebut oleh Bupati Daerah tingkat II Kabupaten Karo. Dengan demikian semenjak berdirinya Puskesmas tersebut masyarakat dapat memanfaatkannya dan tidak harus pergi ke Kabanjahe maupun Berastagi jika menderita suatu penyakit, kecuali jika harus menjalani 35 Sajogoyo dan Pujiwati Sajogyo, op. cit, hlm 160. Universitas Sumatera Utara 97 opname dan menderita penyakit yang cukup parah. Letak puskesmas ini berada di wilayah Juhar peranginangin dan berada di pinggir jalan raya kecamatan Juhar. Selain dari pada dimanfaatkan oleh penduduk yang berada di desa Juhar, keberadaan Puskesmas ini juga dimanfaatkan oleh desa-desa tetangganya seperti desa Mbetong, Keriahen dan seluruh desa yang ada di kecamatan Juhar. Selain dari melayani pasien di puskesmas, petugas-petugasnya sering melakukan kegiatan lapangan dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan ke desa-desa yang lain. Petugas kesehatan ini juga sering ke lapangan untuk menerapkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Kesehatan Gigi, Imunisasi, Penanggulangan Disentri, kebersihan lingkungan dan lain-lain. Salah satu agenda yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ini adalah menjalankan Program Nasional Keluarga Berencana. Program ini sangat sulit untuk dikembangkan di tengah-tengah masyarakat desa terutama bagi masyarakat Karo, sebab fktor sosial budaya yang dimiliki suku Karo, yang berhak untuk meneruskan keturunan adalah berdasarkan sistem Patrilineal. Apabila masyarakat belum mendapatkan keturunan laki-laki, maka program KB tidak akan dilaksanakannya, akan tetapi apabila setiap anggota masyarkat sudah mendapat keturunan secara lengkap, baik keturunan laki-laki maupun perempuan maka program KB tersebut dapat di terima dan ditetapkan oleh mereka. Dengan meningkatnya kesedaran seluruh masyarakat terhadap pemeliharan kesehatan, sebenarnya tidak dapat di pisahkan dari aktivitas yang secara intensif dilakukan oleh tenaga paramedis dari puskemas tersebut dengan cara memberikan penyuluhan. Sebagai realisasinya masyarakat mulai menata lingkungan secara bersih sebagai faktor yang dominan untuk menata kesehatan yang sempurna dengan cara tidak Universitas Sumatera Utara 98 membiarkan binatang peliharaan berkeliaran serta mendirikan jamban, untuk menuju ke arah terpeliharanya kesehatan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik dan lancar, serta tercapainya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi maupun budaya di desa Juhar.

4.2. Hubungan dengan desa Lainnya