Mata Pencaharian Penduduk Desa Juhar: Perkembangan dan Peranannya Sebagai Ibu kota Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo tahun 1945-1970.”Perkembangan dan Peranannya Sebagai Ibu kota Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo tahun 1945-1970.

44

2.3. Mata Pencaharian Penduduk

Berdasarkan produktif atau tidaknya, penduduk desa Juhar dapat dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang tidak produktif berdasarkan usia muda yaitu dibawah 25 tahun. kelompok ini dianggap masih dalam taraf pendidikan. Dengan demikian tidak dapat dibatalkan dalam peningkatan sosial ekonomi. kelompok yang lainnya adalah yang produktif berdasarkan usia 25 tahun ke atas dan tidak bersekolah lagi. Dalam usia 25 Tahun sudah dianggap memiliki penghasilan. Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia penduduk Desa Juhar memiliki mata pencaharian sebagai peetani. Adapun tanaman yang ditanami oleh masyrakat Juhar adalah Padi, Aren, Jagung, Ubi kayu. Akan tetapi pada masa penjajahan Kolonial Belanda, seluruh hasil panen tersebut di serahkan kepada Belanda sebagai imbalan yang di terima penduduk adalah hanya kebutuhan untuk makan. sehingga masyarakat tidak bisa menikmati hasil dari pertanian mereka, dengan kondisi tersebut hanya beberapa pihak yang mampu menikmati hasil tersebut hanyalah para kaki tangan Belanda yang merupakan raja Urung desa Juhar, penindasan tersebut melalui pajak yang dikenakan terhadap pemilik ladang dan seluruh warga desa Juhar. Pajak yang dikenakan untuk masyarakat Juhar berupa tanah untuk raja Urung beserta hasil Panen dari setiap lahan yang menghasilkan panen. Tanah yang di peroleh oleh raja urung tersebut biasanya di tetapkan ketika ada pembukaan lahan, juga setiap 10 dari hasil panen warga desa Juhar akan tetapi hasil panen tersebut terkadang di rampas seluruhnya oleh Kolonial Belanda ketika sedang mengalami situasi sulit ataupun dalam situasi perang. Universitas Sumatera Utara 45 Walaupun alamnya cukup subur dan menghasilkan berbagai tanaman yang laku di pasaran eksport, akan tetapi keuntungan itu hanyalah untuk Belanda saja karena hal tersebut merupakan tujuan utama kolonial Belanda untuk menjajah di seluruh wilayah Nusantara. Akan tetapi sebahagian masyrakat desa Juhar juga memiliki cara untuk menjual hasil-hasil pertanian mereka yaitu dengan melalui Hutan yang bisa tembus kedaerah Dairi maupun kedaerah Tiga Binanga. Demikian juga halnya ketika masa penjajahan Jepang, keadaan mata pencaharian masyarakat Desa Juhar semakin memprihatinkan, hal ini disebabkan keadaan masyarakat desa Juhar semakin tertekan dengan kejamnya sistem penjajahan Jepang yang lebih kejam dari pemerintahan Kolonial Belanda. Dengan masuknya Jepang kedaerah desa Juhar pada tahun 1943, banyak lahan-lahan pertanian ditinggalkan oleh penduduk desa Juhar karena melarikan diri sehingga lahan tersebut tidak terurus. Lahan-lahan yang masih produktif pun secara keseluruhan hasil panennya di serahkan oleh raja urung untuk tentara Jepang. Pada masa kemerdekaan tahun 1945, masyarakat Desa Juhar sudah mulai kembali membangun Desa Juhar. setelah terbunuhnya Raja Urung untuk desa Juhar, membuat masyarakat desa Juhar kembali mengolah lahan-lahan pertanian mereka yang sudah sempat ditinggalkan akibat adanya penjajahan. Tanaman yang biasanya dipanen seperti Padi darat dan Sawah, Jagung, Aren dan juga Ubi Kayu. secara perlahan ekonomi masyarakat Desa Juhar mulai bangkit. Disamping itu juga masyarkat desa Juhar sudah mulai bebas untuk melakukan perdagangan tanpa adanya pajak. Dengan kondisi Universitas Sumatera Utara 46 demikian pada tahun 1946 di Desa Juhar sudah memiliki Pasar tradisional yang diadakan sekali dalam seminggu 11 . Pasar tradisional di desa Juhar diadakan setiap hari selasa, dengan adanya pasar tradisional tersebut secara tidak langsung membuka peluang bagi masyarakat desa Juhar untuk membuka usaha-usaha dalam bentuk dagang terutama penduduk yang rumahnya berdekatan dengan pajak tradisional tersebut. Selain berdagang untuk desa Juhar, pedagang-pedagang tersebut juga berdagang kedaerah lain misalnya desa Tiga binanga, desa Munthe, bahkan juga kedaerah Dairi. Pada akhir tahun 1960-an jumlah pedagang yang membuka usaha dagang di desa Juhar masih sedikit jumlahnya, adapun barang-barang yang di dagangkan pada umumnya antara lain, kebutuhan pokok seperti Beras, Lauk, Minyak goreng, minyak tanah. Selain itu, barang-barang dagangan lainnya berupa alat-alat pertanian. Secara ekonomis para pedagang ini memiliki perkembangan karena disebabkan masyarakat desa Juhar lebih memilih berbelanja di desa Juhar dari pada daerah lain, karena selain faktor transportasi yang belum memadai masyarakat desa Juhar juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berladang sehingga keinginan ataupun waktu untuk bepergian sangat sedikit. Pembagian kerja bagi masyarakat desa Juhar dilakukan berdasarkan kedudukan sosial antara wanita dan pria ada perbedaan aktivitas. pada masa senggang ataupun sehabis dari ladang para ibu-ibu rumah tangga juga anak-anak biasanya menganyam tikar yang terbuat dari pandan. Tikar pandan anyaman tersebut banyak dihasilkan masyarakat desa Juhar, karena tumbuhan pandan sebagai bahan bakunya banyak ditemukan di desa Juhar, selain itu juga tikar pandan tersebut digemari banyak orang sehingga harga tikar 11 Hasil Wawancara dengan Sobat Peranginangin Warga Desa Juhar Peranginangin tgl 25 February 2011, pukul 19.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 47 tersebut lumayan menguntungkan. Kerajinan tangan tersebut mulai di gemari sejak tahun 1921. Selain itu masyarkat desa Juhar juga mengandalkan hasil-hasil dari tanaman palawija yang ditanami masyarakat dari awal dimulainya pertanian di desa Juhar tersebut. Tanaman palawija tersebut antara lain jagung, Ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan juga kacang kedelai. Akan tetapi rata-rata masyarakat desa Juhar lebih memilih menanam Jagung yang sangat memungkin untuk di tanami dan juga memiliki harga yang lebih stabil. Pada tahun 1960-an adalah masa kebangkitan perekonomian masyarakat desa Juhar, karena lahan-lahan pertanian sudah mulai di kelola masyarakat. Akan tetapi pada tahun 1970 ada perubahan yang menonjol bagi pertanian masyarakat desa Juhar, semula masyarakat desa Juhar masih bisa menanam jeruk akan tetapi karena perubahan iklim yang terjadi membuat tanaman jeruk tidak cocok lagi di tanami oleh masyarakat desa Juhar di lahan pertaniannya. Sebagai pengganti tanaman jeruk yang tak bisa tumbuh lagi, masyarakat desa Juhar kemudian mulai menanami tanaman cengkeh di lahan pertanian mereka. Masyarakat Juhar juga beternak dalam melengkapi usaha-usaha mata pencaharian mereka. Hewan berkaki empat pun kemudian mulai diternakkan guna untuk menyokong ekonomi rumah tangga masyarakat desa Juhar. Awalnya SapiLembu dan Kerbau merupakan hewan dimanfaatkan untuk membajak sawah masyarakat, karena populusinya cocok berkembang di daerah desa Juhar maka hewan tersebut salah satu hewan yang kemudian diternakkan. Selain itu, hewan peliharaan lainnya yang diternakkan oleh masyarakat desa Juhar adalah Universitas Sumatera Utara 48 KambingDomba, dan Babi. Hewan-hewan ini sangat mambantu perekonomian masyarakat desa Juhar termasuk juga untuk mencukupi kebutuhan disaat dilaksanakan pesta adat tanpa harus mendatangkan dari daerah lain.

2.4. Sistem Kepercayaan Masyarakat Desa Juhar.