Juhar Tarigan, Juhar Peranginangin dan Juhar Ginting

62 Tarigan, Peranginangin dan Ginting yang ada di desa Juhar, menetapkan masing-masing bagaimana untuk memberi tanah termasuk menjual tanah sesuai dengan teritorial yang telah di sepakati.

3.2. Juhar Tarigan, Juhar Peranginangin dan Juhar Ginting

Perkembangan desa Juhar dari segi penduduk cukup pesat. Karena di sebabkan oleh faktor kelahiran dan juga faktor pendatang yang menetap di desa Juhar. Seperti yang telah di bahas sebelumnya, Desa Juhar memiliki budaya yang masih di kembangkan berdasarkan tradisi-tradisi yang di warisi dari nenek moyang penduduk desa Juhar. Secara teritorial desa Juhar terbagi tiga berdasarkan kesepakatan pemuka merga- merga yang merupakan pendiri desa Juhar. Pembagian ini dilakukan agar tidak ada perselisihan yang bisa mengakibatkan konflik antar merga-merga yang ada di desa Juhar. Perselisihan yang dimaksudkan merupakan masalah tanah yang akan digarap, masalah ini dapat dihindarkan dengan cara membagi lahan yang ada sesuai dengan adat yang berlaku dan juga kesepakatan yang telah dibuat. kesepakatan ini berlaku hingga kegenerasi seterusnya yang menetap didesa Juhar. Desa Juhar terbagi atas tiga subwilayah yaitu juhar Tarigan, juhar Peranginangin dan juhar Ginting. Juhar Tarigan merupakan daerah yang mayoritas penduduknya merupakan merga Tarigan dan anak berunya, kemudian di susul dengan merga Peranginangin yang kemudian menetap di desa Juhar dan yang terakhir disusul oleh merga Ginting yang juga mendapatkan wilayah untuk bermukim di desa Juhar. Dari kondisi tersebut bisa dikatakan Desa Juhar merupakan daerah yang mempunyai subwilayah yang di bagi berdasarkan sistem adat yang berlaku. Dalam pemerintahannya, secara langsung merga-merga tersebut mengangkat pemimpin- Universitas Sumatera Utara 63 pemimpin adat mereka, pemimpin-pemipin tersebut biasa disebut dengan kampungkepala Desa setelah kemerdakaan Republik indonesia.  Juhar Tarigan Juhar Tarigan merupakan daerah yang mayoritas penduduknya merupakan klan merga Tarigan, daerah ini merupakan cikal bakal lahirnya desa Juhar secara keseluruhan. Juhar Tarigan diperkirakan berdiri ada pada Tahun 1700-an akan tetapi perkembangannya masih sangat lambat karena akses menuju desa Juhar pada waktu itu sangat susah, disebabkan karena masih terdiri dari hutan belukar, kemudian pada tahun 1800-an mulai ramai karena kedatangan dari daerah-daerah lainnya yang telah mulai mengetahui letak desa Juhar. Juhar Tarigan ini mempunyai luas wilayah sekitar 962 Hektar, yang daerahnya meliputi Bagian sebelah Utara desa Juhar. Di sebelah utaranya berbatasan dengan Juhar Ginting dan sebelah Barat dan selatan berbatasan dengan Juhar Peranginangin 18 . Daerah ini lah yang menjadi tempat berkumpulnya pemukiman merga Tarigan dengan membagi lahan-lahan tersebut secara turun-temurun untuk dikelola sebagai lahan pertanian dan juga sebagai tempat tinggal. Hingga saat ini di perkirakan kelompok merga Tarigan yang bermukim di daerah Juhar Tarigan merupakan Generasi ketiga. Meski demikian, mayoritas dari masyarakat desa Juhar Tarigan masih memiliki ikatan sodara antara satu dengan yang lainnya, karena masyarakat desa Juhar Tarigan pada umumnya betah untuk tinggal di daerah juhar Tarigan dan hanya sedikit yang merantau kedaerah lainnya. Adapun yang merantau 18 Hasil Wawancara dengan Tahar Tarigan, warga desa Juhar Tarigan, tgl 13 Maret 2011 pukul 19.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 64 keluar daerah disebabkan karena adanya faktor Pendidikan yang sudah dikenal mulai dari jaman kemerdekaan. Dari waktu yang cukup lama mendiami sebuah wilayah, klan merga Tarigan juga melakukan banyak hal untuk membangun daerah juhar Tarigan, dari pertanian hingga sektor ekonomi, masyarakat Juhar Tarigan secara perlahan-lahan mampu membangun daerahnya tersebut. Selain itu, salah satu bukti dari perkembangan masyarakat Juhar Tarigan adalah dengan membangun sebuah Balai sebagai simbol bagi masyarakat Juhar Tarigan. Pada Tahun 1960 masyarakat Juhar Tarigan secara bergotong royong membangun sebuah balai khusus untuk masyarakat Juhar Tarigan. fungsi Balai tersebut antara lain, untuk tempat kayu bakar, untuk tempat musyawarah dan juga digunakan sebagai lumbung Padi. Balai tersebut berada di tengah-tengah Juhar Tarigan dan menghadap kejalan umum desa Juhar. Balai tersebut di bangun pada saat Padiah Tarigan menjabat sebagai kepala desa untuk Juhar Tarigan. Balai tersebut di bangun tepat di mana pohon Juhar yang menjadi simbol desa Juhar berdiri. Setelah melakukan musyawarah dengan seluruh penduduk Juhar Tarigan maka, untuk membangun Balai tesebut bahan-bahannya diperoleh dari Pohon Juhar yang ada di tengah-tengah desa tersebut. Faktor lain yang menyebabkan pohon tersebut di tebang, karena sudah terlalu tua selain itu juga untuk mengantisipasi ketika pohon Juhar tersebut roboh ataupun tumbang, karena akan menimpa rumah masyarkat yang ada di sekitar pohon Juhar tersebut. Karena letak Pohon Juhar yang besar tersebut berada di wilayah Juhar Tarigan, maka yang berhak mengelola Pohon tersebut adalah merga Tarigan. Setelah semua Universitas Sumatera Utara 65 penduduk Juhar Tarigan menyetujui batang pohon Juhar tersebut digunakan untuk mendirikan Balai, masyarakat Juhar Tarigan, memulai penebangan hingga Balai tersebut berdiri. Semuanya dilakukan secara bergotong royong oleh merga Tarigan. Balai yang dibangun tersebut terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai mempunyai fungsi. Adapun fungsi dari masing-masing lantai adalah:  Lantai pertama : Digunakan sebagai tempat penyimpanan kayu bakar.  Lantai kedua : Digunakan sebagai tempat musyawarah untuk masyarakat Juhar Tarigan  Lantai ketiga : Digunakan sebagai lumbung Padi. Dengan adanya balai tersebut, maka sistem sosial yang diatur oleh adat membuat daerah Juhar Tarigan mempunyai perbedaan dengan daerah Juhar lainnya. Sejak berdirinya Juhar Tarigan tecatat beberapa nama yang menjadi pemerintah di daerah tersebut, mulai dari yang menjabat sebagai Raja Urung, kampung maupun kepala desa. Nama-nama yang pernah menjabat ketiga posisi diatas adalah sebagai berikut:  Narum Tarigan yang merupakan Raja Urung untuk desa Juhar pada waktu pemerintahan kolonial Pada Tahun 1920.  Padiah Tarigan Sebagai kepala Desa pada Tahun 1945-1969.  Pa Jenda Ras Tarigan menjabat kepala Desa pada Tahun 1960-1970.  Kapalen Tarigan menjabat sebagai Kepala Desa pada Tahun 1970-1978. 19 Dalam perkembangannya Juhar Tarigan terbagi juga menjadi tiga wilayah, yaitu Juhar Tarigan Sibayak, Juhar Tarigan Jambur Lateng dan Juhar Tarigan Rumah Jahe. Secara program keberadaan pemerintahan yang di terima masyarakat Juhar Tarigan tidak 19 Notulensi Sekretaris desa Juhar Ginting tanggal 19 Mei 1980. Universitas Sumatera Utara 66 mempunyai pengaruh yang besar, keberadaan pemerintahan sejak kemerdekaan hanya sebagai untuk kelengkapan administratif dari masyarakat Juhar Tarigan. Karena masih di sesuaikan dengan adat yang berlaku bagi masyarakat Juhar Tarigan.  Juhar Peranginangin Juhar Peranginangin merupakan teritorial adat dari merga Peranginangin yang ada di desa Juhar. Wilayah ini memiliki luas 952 hektar, dengan batas-batas wilayah sebagai beriktut:  Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Mbetung.  Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Juhar Tarigan, Desa Jandi.  Sebelah Barat : Berbatasan dengan Ginting.  Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kidupen, Desa Jandi. 20 Juhar Peranginangin terbentuk karena klan merga tersebut sudah lama bermukim di daerah Juhar. Termasuk juga sebagai merga yang ikut membuka daerah Juhar bersama dengan klan merga Tarigan. Merga Peranginangin datang ke daerah Juhar di perkirankan sekitar Tahun 1800-an dan sudah memiliki beberapa generasi di daerah Juhar. Juhar Peranginangin ini membawa anak berunya dan membangun pemukimannya di lahan yang termasuk cukup luas. Masyarakat Juhar Peranginangin memiliki sistem adat tersendiri sesuai dengan adat yang telah turun temurun. Dari kehidupan sehari-hari masyarakat Juhar Peranginangin merupakan petani sama seperti masyarakat daerah Juhar lainnya. Dalam segi pemerintahannya Juhar Peranginangin, pada saat pemerintahan Kolonial Belanda tidak ada tercatat apakah pernah ada yang menjadi Raja Urung dari 20 Kecamatan Juhar dalam Angka, op. cit, hlm 7. Universitas Sumatera Utara 67 klan merga Peranginangin untuk memerintah di desa Juhar. Akan tetapi sejak kemerdekaan Indonesia, Juhar Peranginangin memiliki pemerintahan desa yang sama dengan desa Juhar lainnya, hal ini dapat dilihat dari nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala desaKampung yaitu:  Kopon Pinem sebagai kepala kampung Tahun 1969-1978.  Sudin Pinem sebagai Kepala kampung Tahun 1978-1980. 21 Dalam pengangkatan Kepala kampung tersebut, sistem yang digunakan masih dengan mengangkat orang-orang yang dianggap berpengaruh dan memiliki Jasa terhadap desa Juhar Peranginangin tersebut.  Juhar Ginting Juhar Ginting merupkan Daerah teritorial adat yang ketiga di desa Juhar, Juhar Ginting meiliki luas wilayah 1352 Hektar. Adapun batas-batas wilayah Juhar Ginting sebagai berikut:  Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Gunung Juhar.  Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Juhar Tarigan.  Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sigenderang.  Sebelah Barat : Berbatasan dengan Juhar Peranginangin. 22 Juhar Ginting dibangun pada sekitar tahun 1800-an juga sama seperti dengan juhar Peranginangin yang telah memiliki generasi di desa Juhar. Juhar Ginting merupakan daerah teritorial adat yang terakhir di desa Juhar berdasarkan yang telah di sepakati oleh para pendahulu yang membuka daerah Juhar hingga menjadi sebuah desa. 21 Notulensi Sekretaris Desa Juhar Peranginangin tgl 14 November 1980. 22 Kecamatan Juhar dalam Angka, op. cit, hlm 8. Universitas Sumatera Utara 68 Dari keseluruhan masyarakat yang ada di Juhar Ginting, disamping bertani masyarakatnya juga memiliki lahan sawah yang cukup luas sehingga menjadi lumbung Padi bagi masyarakat Juhar. Karena Juhar Ginting dialiri oleh sebuah sungai kecil yang berasal dari pegunungan sehingga menjadi sumber irigasi bagi pertanian masyarakat Juhar Ginting. Dari pemerintahan yang ada, sejak Kemerdekaan Indonesia yang pernah menjabat sebagai kepala desa ataupun kepala kampung di Juhar Ginting, tercatat beberapa nama yaitu:  Pengarapen Ginting : 1945-1969  Ngusih Ginting : 1969-1991 Disamping itu, Juhar Ginting memiliki sistema adat tersendiri sebagai ciri khas yang telah diwarisi dari nenek moyang mereka. Juhar Ginting juga menjadi salah satu yang mampu membangun desa Juhar dengan keberadaannya di desa Juhar. Dengan perkembagan tersebut, Juhar Ginting juga terbagi dalam beberapa wilayah yaitu:  Juhar Ginting Rumah Berneh  Juhar Ginting Rumah Tanduk  Juhar Ginting Rumah Gugung  Juhar Ginting Sigerat Lembu 23 Dengan Perkembangan ketiga daerah teritorial adat tersebut, membuat desa Juhar semakin berkembang secara keseluruhan yang tidak terlepas dari kontribusi masyarakat Juhar Tarigan, Peranginangin dan Juhar Ginting. 23 Hasil Wawancara dengan Rezeki beru Tarigan tanggal 7 Maret 2011 pukul 15.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 69

3.3. Kedudukan Adat Bagi Masyarakat Desa Juhar