87 Masyarakat Juhar sama dengan masyarakat lainnya yang tidak sepakat dengan adanya
Penjajahan fisik yang sedang dialami oleh masyarakat pada waktu itu, meski hanya di perintah oleh raja urung untuk mengakui keberadaan Kolonial Belanda, akan tetapi
dampak yang di alami cukup menyengsarakan masyarakat. Karena, dalam adat masyarakat Karo tidak ada mengenal penjajahan ataupun memerintah orang lain. Semua
sudah tertata rapi dengan baik melalui sistem kekerabatan yang telah diterapkan oleh nenek moyang masyarakat Karo yang dipelihara baik oleh masyarakat Juhar secara turun
temurun.
3.4. Terbentuknya Kecamatan Juhar
Setelah di umumkannya Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta, rakyat Karo tidak ketinggalan untuk menyambut kemerdekaan dan
bedirinya sebuah negara bagi bangsanya itu. Merah-Putih yang menjadi bangsa dan negara yang baru merdeka itu segera berkibar di deluruh Tanah Karo. Dalam salah satu
rapatnya pimpinan BPI Barisan Pemuda Indonesia Cabang tanah Karo memutuskan mengeluarkan surat edaran mengenai pengibaran bendera nasional Sang Saka Merah
Putih setiap hari. Surat edaran itu kemudian disebarluaskan oleh pemerintah daerah sampai ke pedesaan di seluruh tanah Karo.
Akan tetapi sangat menarik bagaimana bedera itu dapat segera berkibar di seluruh tanah Karo. Cukup mengherankan dari mana kain Putih dan merah demikian banyaknya
dapat diperoleh. Karena kain termasuk salah satu bahan keperluan hidup yang paling sulit di peroleh selama pendudukan tentara Jepang. Tidak jarang orang menggunakan kain dari
Universitas Sumatera Utara
88 goni, malah karet, menjadi bahan pakaian. Begitu diperlukan kain untuk bendera
kelihatannya seperti tidak ada kesulitan. Selain pembentukan BPI dan pengibaran bendera, disusun pula pemerintahan
yang sesuai dengan tuntutan sebuah negara merdeka. Sebelum menyerahnya Jepang diketahui dengan pasti dan resmi kepala pemerintahan pendudukan Jepang untuk tanah
Karo, Gunseibu, telah menunjuk Ngerajai Meliala, raja urung sarinembah, sebagai Kepala Pemerintahan Tanah Karo.
Ngerajai Meliala seorang turunan bangsawan Karo yang memperoleh pendidikan kepamongprajaan dari MOSVIA Bandung. Jabatan sebagai kepala pemerintahan itu terus
berlanjut hingga awal pemerintahan Republik Indonesia. Dalam melakukan tugasnya sebagai Kepala Pemerintahan Republik dia dibantu oleh Nganah Tarigan, A Sutan
Soaloon, Tambaten Brahmana, dan Mbamba Bangun sebagai sekertaris. Pembenahan berupa penyesuaian pemerintahan dengan tuntutan demokrasi tidak
hanya berlangsung pada tingkat onderafdeling atau, yang sejak kemerdekaan menjadi, Kabupaten. Pembaharuan dan penyesuaian sampai ketingkat pemerintahan desa kuta.
Para pengulu diberhentikan dan digantikan oleh pejabat yang baru sesuai hasil pemilihan penduduk desa. Pada umunya tidak ada pengulu yang terpilih menjadi kepala kampung
Republik Indonesia. Para tokoh masyarakat menggantikan pengulu sebagai pemegang pemerintahan di pedesaan.
Demikian pula halnya pada tingkat di atas desa. Urung yang tadinya tingkat satuan daerah dan pemerintahan di atas desa mula-mula di ubah menjadi luhak dan
kedudukan raja urung Sebagai kepala pemerintahan digantikan oleh kepala luhak. Ada 17 luhak pada waktu itu, yaitu luhak-luhak:
Universitas Sumatera Utara
89
Sepuluhdua Kuta Kabanjahe yang dikepalai oleh Nahar Purba Telu Kuru Lingga yang dikepalai oleh Rajangangkat Sinulingga
Tiga Pancur dikepalai oleh Boncar Sembiring Si Empat Teran Naman dikepalai oleh Jeneng Ginting
Lima Senina dikepalai oleh Nembah Bangun Tiganderket dikepalai oleh Kendal Keliat
Namohaji dikepalai oleh Masa Sinulingga Liang Melas dikepalai oleh Nuuriken Ginting
Perbesi dikepalai oleh Molai Sebayang Juhar dikepalai oleh Pulung Tarigan
Sarinembah dikepalai oleh Ngembar Meliala Munte dikepalai oleh Sampang Ginting
Barusjahe dikepalai oleh Matang Sitepu Sukanalu dikepalai oleh Babo Sitepu
Ajinembah dikepalai oleh Janji Barus Sukapiring dikepalai oleh Negri Ginting
Universitas Sumatera Utara
90
Tengging dikepalai oleh Sukaraja Ginting
29
Tidak lama Ngerajai Meliala memegang kendali pemerintahan daerah itu oleh karena kemudian digantikan oleh seorang bupati yang diangkat setelah terpilih. Bupati
yang mengepalai pemerintahan itu ialah Rakutta Sembiring, seorang keturunan pengulu kepala desa Limang dan sewaktu bersekolah di Medan telah berkecimpung dalam
kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan kebangsaan. Dia terpilih dalam sebuah rapat umum yang diadakan digedung bioskop Rex Bioskop Kabanjahe. Dia dibantu
oleh Rambio M.Aritonang sebagai Patih. Selain pergantian kepala pemerintahan dari Ngerajai Meliala kepada Rakutta
Sembiring, Pembagian wilayah pemerintahan juga mengalami perubahan disesuaikan dengan Wilayah Republik yang lain. Kabupaten karo yang mencakup Tanah Karo dan
Deli Hulu terbagi dalam tiga kewedanaan, yaitu kewdanaan Kabanjahe, yang dikepalai oleh wedana Netap Bukit, Kewedanaan Tigabinanga dikepalai wedana Tama Sebayang.
Kewedanaan mencakup beberapa kecamatan. Dalam kewedanaan Kabanjahe tercakup kecamatan:
Kecamatan Kabanjahe dikepalai oleh Camat Nahar Purba Tigapanah dikepalai oleh Camat Jamin Karo Sekali
Barusjahe dikepalai Camat Matang Sitepu Simpang Empat dikepalai Camat Kendal Keliat
29
Payung, Bangun, Kolonel Maludin Simbolon, Liku- liku Perjuangannya dalam Membangun Bangsa, Jakarta: Sinar Harapan, 1996, hlm 261.
Universitas Sumatera Utara
91 Kewedanaan Tigabinanga membawahi kecamatan-kecamatan Tigabinanga
adalah:
Kecamatan Tigabinanga dikepalai oleh Camat Molai Sebayang Kecamatan Juhar dikepalai oleh Pulung Tarigan
Kecamatan Munte dikepalai oleh camat Ngembar Meliala Kecamatan Kutabuluh dikepalai camat Masa Sinulingga
Kecamatan Mardinding dikepalai oleh Camat Nuriken Ginting
Sementara kewedanan Deli Hulu Karo Jahe, Pancur Batu terdiri dari kecamatan- kecamatan:
Kecamatan Pancur Batu dikepalai oleh Camat Usman Deli Kecamatan Sibolangit dikepalai oleh Camat Dame Gurusinga
kecamatan kutalimbaru dikepalai oleh Camat Kelang Sinulingga Kecamatan Sibiru-biru dikepalai oleh Camat Selamat Tarigan
Kecamatan Namorambe dikepalai oleh Camat Jafar Ketaren
30
Pada Tahun 1945 utusan dari Pulung Tarigan tiba ke desa Juhar untuk mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk menyambut kedatangan utusan
tersebut, maka 3 pengulu desa Juhar melakukan musyawarah untuk mengumpulkan masyarakat di Balai yang ada di Juhar Tarigan. Setelah berkumpul, surat dari
30
Ibid, hlm 270.
Universitas Sumatera Utara
92 pemerintahan dari kewedanaan Tigabinanga yang berisi tentang pembenahan kecamatan
Juhar. Kabar kemerdekaan tersebut di sambut dengan gembira oleh masyarkat Juhar.
Setelah pembacaan proklamasi kemerdekaan tersebut, desa Juhar kemudian diangkat menjadi ibu kota Kecamatan Juhar. Adapun desa-desa yang tergabung dengan desa Juhar
pada saat pembentukan kecamatan Juhar adalah: Desa Namosuro, Jandi, Naga, Ketawaren, Lau Kidupen, Lau Lingga, Pernantin, Bekilang, Buluh Pancur, Kidupen,
Pasar Baru, Mbetung, Gunung Juhar, Segenderang, Batu Mamak, Nageri, Sugihen, Sukababo, Kuta Gugung, Keriahan dan Kuta Mbelin.
31
Sebagai bentuk kesediaan masyarakat Juhar mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, dalam pembenahan kantor-kantor yang dibutuhkan untuk Pemerintahan
membuat masyarakat Juhar dengan menyediakan lahan sebagai tempat dibangunnya kantor-kantor pemerintahan. Juhar Peranginangin merupakan perwakilan Desa Juhar
dengan memberikan lahan secara cuma-cuma untuk tempat mendirikan Kantor camat, kantor Polisi dan Militer. Sehingga dimulailah pemerintahan Republik Indonesia di desa
Juhar sebagai Ibu kota Kecamatan Juhar.
31
Ibid, hlm 272.
Universitas Sumatera Utara
93
BAB IV
PERANAN DESA JUHAR
4.1. Kondisi infrastruktur desa Juhar