Pedagang Kaki Lima Kajian Teoritis 1. Modal sosial

commit to user

2.1.6. Pedagang Kaki Lima

Konsep sektor informal lahir pada tahun 1971 yang dipelopori oleh Keith Hart berdasarkan penelitiannya di Ghana. Kemudian konsep itu diterapkan dalam sebuah laporan oleh tim ILO tahun 1972 dalam usaha mencari pemecahan masalah tenaga kerja di Kenya. Menurut Ahmad 2002:73 sektor informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal kecil-kecilan yang memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, temapt tidak tetap berdiri sendiri, berlaku di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, lingkungan kecil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan. Keberadaan sektor informal dalam kegiatan perdagangan dan jasa merupakan suatu dikotomi karena disatu sisi sektor informal mampu menyerap tenaga kerja terutama pada golongan masyarakat yang memilki tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah serta modal kecil. Namun disisi lain sektor ini merupakan sektor yang tidak memiliki legalitas atau perlindungan hukum dan merugikan sektor formal karena menyebabkan permasalahan lingkungan kota. Seiring dengan perkembangan masyarakat, kegiatan sektor informal pun berkembang dan mengambil berbagai macam bentuk dan bidang pekerjaan yang ada, menurut Alisjahbana 2005:14 salah satu yang dominan dan menonjol aktivitasnya adalah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sebagai bagian sector informal perkotaan, istilah pedagang kaki lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles, Gubernur Jenderal pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu commit to user dari kata ” five feet ” yang berarti jalur pejalan kaki di pinggir jalan selebar 5 lima kaki. Ruang tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil sehingga disebut dengan pedagang kaki lima dalam Widjajanti, 2000:28. Kemudian muncul beberapa ahli yang mengemukakan defenisi dari pedagang kaki lima diantaranya menurut McGee 1977:28 menyebutkan PKL sebagai hawkers adalah orang-orang yang menawarkan barang-barang atau jasa untuk dijual di tempat umum, terutama jalan-jalan trotoar. Defenisi tidak termasuk PKL yang berpindah pindah dari satu rumah ke rumah lain menjual barangnya atau menawarkan jasanya. Pembagian tipe komoditas yang dijual PKL, oleh MCGee dan Yeung 1977:81 dibedakan 4 empat kelompok yakni : 1 Makanan yang tidak diproses dan semi olahan unprocessed and semi processed food . Makanan yang tidak diproses, termasuk makanan mentah seperti daging, buahbuahan atau sayuran. Sedangkan makanan yang semi olahan seperti beras. 2 Makanan siap saji Prepared food , yakni penjual makanan yang sudah dimasak. 3 Barang bukan makanan nonfood items , kategori ini terdiri dari barangbarang dalam skala yang luas, mulai dari tekstil hingga obat-obatan. 4 Jasa services , yang terdiri dari beragam aktivitas seperti jasa perbaikan sol sepatu dan tukang cukur. Berdasarkan sifat layanannya, MCGee Yeung 1977 :82-83 membagi ke dalam 3 tiga tipe, yaitu : 1 Pedagang keliling mobile , pedagang yang dengan mudah dapatmembawa barang daganngannya, mulai dari menggunakan sepeda atau keranjang. 2 Pedagang semi menetap semistatic , pedagang ini mempunyai sifat menetap sementara, dimana kios dan tempat usahanya akan commit to user berpindah setelah beberapa waktu berjualan di tempat tersebut. 3 Pedagang Menetap static , sifat layanan pedagang ini memiliki frekuensi menetap yang paling tinggi, dimana lokasi tempat usahanya permanen di suatu tempat seperti di jalan atau ruang-ruang publik. Menurut waworoento dalam Widjajanti, 2000 :39- 40, bentuk sarana fisik berdagang yang digunakan oleh pedagang kaki lima adalah : 1 Gerobakkereta dorong, bentuk ini terdiri dari 2 macam, yaitu gerobak yang beratap dan tidak beratap. 2 Pikulankeranjang, yaitu digunakan oleh PKL keliling mobile ataupun semi menetap. 3 Tenda, bentuk ini terdiri dari beberapa gerobakkereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan kursi dan meja, biasanya dilengkapi dengan penutup. 4 Kios, menggunakan papan atau sebagian menggunakan batu bata, sehingga menyerupai bilik semi permanen, yang mana pedagang bersangkutan juga tinggal di tempat tersebut, pedagang ini dikategorikan sebagai pedagang menetap. 5 Gelaranalas, pedagang bentuk ini menggunakan alas berupa tikar, kain atau lainnya untuk menjajakan dagangannya. 6 Jongkomeja, sarana berdagang yang menggunakan meja jongko dan beratap, sarana ini dikategorikan jenis PKL yang menetap.

2.1.7. Karakteristik Lokasi Aktivitas PKL