commit to user tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar. 3 Memiliki kemudahan untuk
terjadinya hubungan antara PKL dengan calon pembeli. 4 tidak membutuhkan ktersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum. Gejala aglomerasi yang terjadi
pada PKL terkait dengan teori lokasi yang dikemukakan oleh Palander dan Hoover dalam teori mengenai ketergantungan lokasi. Lokasi usaha lebih
ditentukan oleh penyebaran permintaan dan ketergantungan lokasi terhadap usaha lain yang sejenis Djojodipuro, 1992:119-120. Keuntungan yang tinggi akan
mengundang masuknya pedagang lain ke dalam lokasi tersebut. Hal ini akan menimbulkan persaingan dalam menguasai pasar seluas mungkin, tanpa
membanting harga tetapi dengan mengaturlokasinya terhadap saingannya. Adanya pengelompokan tersebut akan memudahkan pembeli dalam memilih barang
terbaik yang diinginkannya
2.2. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi dan perbandingan, penulis akan mengemukakan penelitian terdahulu yang topiknya sesuai dengan penelitian yang akan
dilaksanakan. Adapun referensi yang ditulis adalah sebagai berikut : Alosius Gunadi Brata 2004 dalam jurnal “Lembaga Penelitian
Universitas Atma Jaya” meneliti mengenai “Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Sektor Informal Perkotaan”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa modal
sosial mampu memberikan manfaat ekonomis bagi pelaku ekonomi informal perkotaan, dengan obyek penelitian pada pedagang angkringan di Yogyakarta.
Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan atau hubungan-hubungan sosial
commit to user informal, turut menentukan proses menjadi pedagang angkringan, termasuk dalam
hal penentukan lokasi berdagang. Dari penelitian ini didapat bahwa modal sosial berperan penting dalam mempererat hubungan mereka dan mampu mengurangi
kekhawatiran terhadap resiko yang mereka hadapi saat bekerja. Selain itu adanya efek bola salju yaitu kesempatan bertambahnya jumlah pelanggan dan dari
hubungan dengan pelanggan, pedagang ankringan mendapat informasi untuk usahanya.
Penelitian Fafchamps dan Minten 1999 memperoleh kesimpulan bahwa akumulasi modal sosial terbukti memberikan peran yang sangat nyata dalam
bisnis. Dengan kata lain,
return to social capital
dalam usaha perdagangan cukup besar. Fafchamps dan Minten menyatakan : “
Hence, we conclude that a large part of the effect of bussiness experience on performane seems to come from the
accumulation of social capital overtime and less from the development of other types of expertise
”. Pengukuran modal sosial memperlihatkan tumbuhnya nilai tambah
margins or value added
secara signifikan di atas kepemilikan sarana, kapital tenaga kerja
labor capital, human capital,
dan ketrampilan manajemen. Dua hal penting yang membangun modal sosial adalah jumlah pedagang lain yang
dikenal dan jumlah orang yang siap membantu jika menghadapi permasalahan. Selain itu, hubungan bukan keluarga
non-family networks
terbukti lebih berperan dibandingkan hubungan keluarga
family networks
.
commit to user
2.3. Kerangka Konseptual