commit to user berpindah setelah beberapa waktu berjualan di tempat tersebut. 3 Pedagang
Menetap
static
, sifat layanan pedagang ini memiliki frekuensi menetap yang paling tinggi, dimana lokasi tempat usahanya permanen di suatu tempat seperti di
jalan atau ruang-ruang publik. Menurut waworoento dalam Widjajanti, 2000 :39- 40, bentuk sarana fisik berdagang yang digunakan oleh pedagang kaki lima
adalah : 1 Gerobakkereta dorong, bentuk ini terdiri dari 2 macam, yaitu gerobak yang beratap dan tidak beratap. 2 Pikulankeranjang, yaitu digunakan oleh PKL
keliling
mobile
ataupun semi menetap. 3 Tenda, bentuk ini terdiri dari beberapa gerobakkereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan
dilengkapi dengan kursi dan meja, biasanya dilengkapi dengan penutup. 4 Kios, menggunakan papan atau sebagian menggunakan batu bata, sehingga menyerupai
bilik semi permanen, yang mana pedagang bersangkutan juga tinggal di tempat tersebut, pedagang ini dikategorikan sebagai pedagang menetap. 5 Gelaranalas,
pedagang bentuk ini menggunakan alas berupa tikar, kain atau lainnya untuk menjajakan dagangannya. 6 Jongkomeja, sarana berdagang yang menggunakan
meja jongko dan beratap, sarana ini dikategorikan jenis PKL yang menetap.
2.1.7. Karakteristik Lokasi Aktivitas PKL
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Joedo dalam Widjajanti 2000:35, penentuan lokasi yang diminati sektor informal adalah sebagai berikut :
1 Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari. 2 Berada pada kawasan tertentu yang
merupakan pusat kegiatan perekonomian kota dan pusat non ekonomi perkotaan,
commit to user tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar. 3 Memiliki kemudahan untuk
terjadinya hubungan antara PKL dengan calon pembeli. 4 tidak membutuhkan ktersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum. Gejala aglomerasi yang terjadi
pada PKL terkait dengan teori lokasi yang dikemukakan oleh Palander dan Hoover dalam teori mengenai ketergantungan lokasi. Lokasi usaha lebih
ditentukan oleh penyebaran permintaan dan ketergantungan lokasi terhadap usaha lain yang sejenis Djojodipuro, 1992:119-120. Keuntungan yang tinggi akan
mengundang masuknya pedagang lain ke dalam lokasi tersebut. Hal ini akan menimbulkan persaingan dalam menguasai pasar seluas mungkin, tanpa
membanting harga tetapi dengan mengaturlokasinya terhadap saingannya. Adanya pengelompokan tersebut akan memudahkan pembeli dalam memilih barang
terbaik yang diinginkannya
2.2. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi dan perbandingan, penulis akan mengemukakan penelitian terdahulu yang topiknya sesuai dengan penelitian yang akan
dilaksanakan. Adapun referensi yang ditulis adalah sebagai berikut : Alosius Gunadi Brata 2004 dalam jurnal “Lembaga Penelitian
Universitas Atma Jaya” meneliti mengenai “Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Sektor Informal Perkotaan”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa modal
sosial mampu memberikan manfaat ekonomis bagi pelaku ekonomi informal perkotaan, dengan obyek penelitian pada pedagang angkringan di Yogyakarta.
Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan atau hubungan-hubungan sosial