Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam dengan tersedianya peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia barang dan jasa yang murah untuk mendukung kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian nasional mengalami kemunduran, sektor informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi nasional sehingga roda perekonomian masyarakat tetap bertahan. Sebagian besar pekerja informal, khususnya di perkotaan terserap ke dalam sektor perdagangan, Pilihan yang diambil oleh masyarakat tersebut salah satunya dengan menjadi perdagang jalanan atau pedagang kaki lima PKL Perdagangan jalanan telah menjadi sebuah alternatif pekerjaan yang cukup populer, terutama di kalangan kelompok miskin kota. Hal ini terkait dengan cirinya yang fleksibel mudah keluar – masuk, modal yang dibutuhkan relatif kecil, dan tidak memerlukan prosedur yang berbelit-belit. Barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti sembako harganya membumbung tinggi mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, sedangkan angka pengangguran meningkat dan kebutuhan harus terbeli maka membuka commit to user lapangan pekerjaan sendiri dengan menjadi PKL dianggap masyarakat sebagai solusi yang tepat walaupun omzet penjualan tidak tentu dan relatif kecil, namun dapat meringankan beban hidup. Terlepas dari potensi ekonomi kegiatan perdagangan kaki lima, keberadaan pedagang kaki lima PKL kerap dianggap ilegal karena menempati ruang publik dan tidak sesuai dengan visi kota yang sebagian besar menekankan aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan kota. Mengingat peran PKL yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pedagangnya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak, untuk membantu penanganan PKL memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Sebagai salah satu elemen yang terkandung di dalam masyarakat sipil, modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat. Sebagaimana relasi sosial pada umumnya, yang hampir selalu melibatkan modal sosial, pada pelaku perdagangan PKL hal ini juga eksis. Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti ia juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. commit to user Modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena tidak dipakai, malainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur. Pendapat Marfai 2005 dalam artikelnya ” Angkringan, Sebuah Simbol Perlawanan ”, menyatakan bahwa angkringan sebagai bentuk kegiatan perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya perekonomian Indonesia menandakan berperannya modal sosial dalam perekonomian masyarakat. Kenapa disebut modal sosial, karena untuk memulai kegiatan angkringan biasanya dimulai dari informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai makanan, tempat tinggal dan informasi. Dalam taraf ini angkringan telah mampu memberikan simbol bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Selaras dengan itu, Brata 2004 mengatakan bahwa belakangan ini modal sosial merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji. Dalam laporan tahunannya yang berjudul Entering the 21st Century , misalnya, Bank Dunia mengungkapkan bahwa modal sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses pembangunan World Bank, 2000. Kegiatan pembangunan akan commit to user lebih mudah dicapai dan biayanya akan lebih kecil jika terdapat modal sosial yang besar. Dari uraian diatas telah membuat rasa ingin tahu penulis untuk mempelajari dan mencoba menganalisa modal sosial Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Ngawi kedalam bentuk tesis yang berjudul “Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Ngawi”.

1.2. Rumusan Masalah