commit to user 2.
Pembeli
No Nama
Alamat Pekerjaan
1. Deden
Jl. Muh. Ilyas No.23 Ngawi PNS
2. Aditya
Perumahan Lawu Indah Gg. II No. 13 Ngawi
Wiraswasta
3. Satuan Polisi Pamong Praja
Sebagai informan dari Satuan Pamong Praja adalah Pegy Yudho, S.STP, M.Hum selaku Kepala Seksi Operasional.
4. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar
Sebagai Informan dari Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar adalah Drs. Setianto selaku Kepala Bidang Perdagangan
4.4. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima
Modal Sosial pada Pedagang Kaki Lima akan dilihat dari indikator- indikator modal sosial yang ada. Merujuk pada Ridell, 1997 dalam Suharto,
2007, ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan
trust
, norma-norma
norms
dan jaringan-jaringan
networks
. Setelah dilakukan penelitian dilapangan dan dari hasil wawancara kepada informan akan dijabarkan bagaimanakah kondisi
modal sosial pedagang kaki lima dilihat dari parameter yang ada.
4.4.1. Kepercayaan
Seperti dikatakan oleh Fukuyama 2002 kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam modal sosial, dengan kepercayaan orang-orang akan dapat
commit to user bekerjasama secara efektif. Kepercayaan pada Pedagang Kaki lima bisa
digolongkan menjadi 2, kepercayaan kepada sesama pedagang serta kepercayaan kepada pembeli. Kepercayaan kepada sesama pedagang dapat dilihat dari kegiatan
sehari-hari Pedagang Kaki Lima. Salah satu kepercayaan yang terlihat adalah pada proses pinjam meminjam. Pinjam meminjam dapat berupa meminjam barang
dagangan atau peminjaman uang. Seperti petikan hasil wawancara dengan Mbah Jo yang mengatakan :
“ Pinjam meminjam itu sudah biasa mbak, kalau saya kehabisan barang dagangan karena klarisan laris ya pinjam punya tetangga dulu, nanti saya ganti
kalau sudah selo waktu luang. Kalau pinjam uang ya juga pernah, gak bisa selalu njagakne mengandalkan koperasi. Karena kebutuhan gak bisa
disemayani ditunda-tunda”
Pinjam meminjam dapat berupa barang atau uang. Meminjam barang sudah merupakan hal biasa bagi para pedagang, karena barang dagangan yang
dipersiapkan oleh pedagang tidak terlalu banyak. Sehingga ketika pembeli ramai kadang kala harus meminjam barang dagangan terlebih dahulu kepada pedagang
yang lain. Barang yang dipinjam biasanya berupa bahan baku seperti gula, kopi, atau mie instan yang biasanya selalu ada di pedagang yang lain. Pinjam
meminjam uang juga terjadi antar Pedagang Kaki Lima. Para pedagang tidak bisa hanya mengandalkan koperasi karena kebutuhan tidak bisa diprediksi kapan
datangnya sedangkan uang tidak selalu tersedia di koperasi, salah satu jalan keluarnya adalah meminjam kepada sesame pedagang.
Fukuyama 2002 berpendapat bahwa kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, dan
kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan
commit to user anggota yang lain dari komunitas itu. Ada tiga jenis perilaku dalam komunitas
yang mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan kooperatif. Karena kepercayaan sosial, termasuk kejujuran, sangat penting untuk
menumbuhkan kebajikan-kebajikan individual Fukuyama, 2002. Membangun kepercayaan pembeli juga merupakan modal bagi pedagang
kaki lima, kepercayaan dibangun dengan menjaga kualitas barang dagangan serta pernyataan jujur dari para pedagang mengenai kualitas barang dagangannya.
Kepercayaan tersebut akan dijaga demi keberlangsungan hubungan antara pedagang dengan pembeli. Sehingga jika kepercayaan dapat dibina maka
membuat pedagang memiliki banyak pelanggan tetap, karena jalinan hubungan pembeli dengan pedagang tidak hanya pemenuhan kebutuhan ekonomi semata
tetapi lebih kepada jalinan kepercayaan antara pedagang dengan pembeli. Seperti dikatakan Deden
“ Saya percaya dengan yang dikatakan pedagang, kalau barangnya bagus bilang bagus kalau kurang bagus bilang kurang bagus. Seperti kemaren pas saya
mau beli es degan pedagangnya bilang degannya gak terlalu bagus tapi karena sudah percaya dan hubungan sudah dekat dengan pedagang ya saya tetap beli
disitu, gak enak mbak kalau beli di tempat lain. Sungkan, sudah kenal dekat
soale.”
4.4.2. Norma