perlawanan yang dilakukan oleh para petani dengan meninggalkan desa mereka untuk sementara dan tidak akan pulang kembali sebelum musim tanam padi tiba.
Imigrasi sementara yang dilakukan petani dan rakyat ini untuk menghindari sakit hati dari para petani, petani dengan diam-diam membuat semua peraturan
pemerintah tidak bisa berjalan.
47
B. Keadaan Umum Cirebon Pasca Perang Kemerdekaan II
1. Keadaan Pemerintahan Cirebon
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Otonomi yang tadinya hilang, di gunakan kembali dan Komite-Komite Nasional Indonesia KNI Daerah
dengan badan-badan eksekutifnya dijelmakan.
48
Undang-undang Tahun 1945 tentang Pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah merupakan Undang-
undang pertama dalam suasana kemerdekaan mengenai pemerintahan daerah. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan
dibagi lebih kecil lagi dengan daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan Daerah BPD oleh karena itu di daerah pemerintahan akan bersendi
atas dasar permusyawaratan.
49
47
Ibid.,
hlm. 49 .
48
Udin Koswara,
Sejarah pemerintahan Karesidenan Cirebon
, Cirebon: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Cirebon, 2000, hlm. 27.
49
Ibid.,
hlm
.
46.
Adapun tugas dari KNID adalah: a
Menyatakan kehendak rakyat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
b Mempersatukan barbagai lapisan masyarakat Indonesia sehingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. c
Membantu keselamatan dan ketentraman rakyat. d
Membantu pimpinan dalam meyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia dan kesejahteraan umum.
50
Dalam hal ini KND menjadi badan legeslatif dengan dipimpin oleh Kepala Daerah. Sebagai kelanjutan dari undang-undang ini ditetapkan pembagian daerah
dalam pemerintahan daerah tingkat lebih rendah yaitu: Karesidenan, Kota dan Kabupaten. Provinsi Jawa Barat terbagi dalam lima Karesidenan, yaitu
Karesidenan Banten, Karesidenan Jakarta, Karesidenan Priangan, dan Karesidenan Cirebon. Kota dan Kabupaten yang termasuk dalam Karesidenan
Cirebon adalah Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan kota Cirebon.
51
Pada awal bulan Juli 1947 disusunlah Pemerintahan RI dari pusat sampai desa-desa. Pusat Pemerintahan karisidenan Cirebon, berada di Ciwaru, Kabupaten
Kuningan, sedangkan Pemerintahan Kabupaten Cirebon sampai ke desa-desa selalu berpindah-pindah tempat yang dianggap aman dari sasaran Militer Belanda.
50
M. Halwi Dahlan,
Op.cit
.,196.
51
Ekadjati, Dr. Edi S,
Sejarah Revolusi Kemerdekaan Jawa Barat,
Jakarta: Depdikbud, 1981, hlm. 85.
Dengan disusunannya roda Pemerintahan Cirebon sampai ke desa-desa yang para pejabatnya diambil dari daerah sekitar.
Roda pemerintahan dijalankan secara sembunyi-sembunyi, meskipun sembunyi-sembunyi pemerintahan kota Cirebon dapat berjalan dengan baik, uang
pajak bumi bisa dipungut dan diatur oleh pemerintahan, jika pemerintah belanda menanyakan, Kepala Desa menjawab bahwa mereka tidak berani memungut
pajak, takut menjadi korban tindakan kaum gerilya. Sawah
Titisara
52
Desa bisa dilelangkan sebagai biasa dan uangnya digunakan oleh Desa, jika ditanyakan
Pemerintahan Belanda, mereka tidak berani melelangkan. Uang pajak dan hasil Titisara pada umumnya digunakan untuk perbekalan para pejuang.
2. Masuknya Tentara Belanda ke Kota Cirebon