Letnan I Samadikun dijadikan sebuah nama jalan di daerah Cirebon untuk mengenang jasanya.
83
Pada 7 Januari 1946 keluar penetapan Pemerintah yang menyatakan bahwa atas nama Tentara Keamanan Rakyat diganti menjadi Tentara Keselamatan
Rakyat, dan disusul dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 26 Januari 1946 bawa TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia, maka Angkatan Laut
diganti menyesuaikan diri dari TKR Laut menjadi TRI Laut.
84
B. Terbentuknya pasukan Kancil Merah
Pasukan Kancil Merah adalah nama samaran Pasukan Siliwangi yang berkedudukan di wilayah Cirebon dengan komandannya yang bernama Letnan
Abdoel Kadir. Pasukan Kancil Merah, merupakan salah satu pasukan gerilya yang memiliki persenjataan yang lengkap dengan jumlah personil yang cukup banyak
sekitar 43 orang serta dikenal dengan kedisiplinan dan keberaniannya. Sekitar bulan Maret 1948 setelah Abdoel Kadir kembali dari Yogyakarta beliau
mengadakan pertemuan dengan teman-teman pejuangnya yang masih berada disekitar pinggiran Kota untuk berkumpul di Sunyaragi di antaranya terdiri dari
kawan-kawan pejuang antara lain : Eddy Hamzah, Eddy Yusuf, M.S. Djanaka, Abdoellah Marsoedi, Soeta, Misnen, Tadi, Ahmad Koelidi, Kemis, Kaim, dan
Rais.
85
83
Lihat lampiran 6, hlm. 106.
84
Kosah, dkk,
op.cit.
, 72.
Mereka merumuskan untuk mengorganisir kembali kegiatan Gerilya di pinggiran kota dengan nama Pasukan Kancil Merah. Berikut organisasinya:
Nama Pangkat
Jabatan Abdoel Kadir
LETDALetnan Dua Ketua
Eddy Hamzah PELDAPembantu Letnan Dua Wakil
M.S. Djanaka SERMASersan Mayor
Kepala Staf I Eddy Yusuf
SERKASersan Kepala Kepala Staf I
Targani SERKASersan Kepala
Komandan Regu I Abdoellah Marsoedi
PRATUPrajurit Satu Anggota
Soeta SERDASersan Dua
Anggota Misnen
PRATUPrajurit Satu Anggota
Tadi PRATUPrajurit Satu
Anggota Ahmad Koelidi
PRATUPrajurit Satu Anggota
Kemis PRATUPrajurit Satu
Anggota Kaim
PRATUPrajurit Satu Anggota
Rais PRATUPrajurit Satu
Anggota Saleh
PRATUPrajurit Satu Anggota
Radi PRATUPrajurit Satu
Anggota Kusen
SERTUSersan Satu Komandan Regu II
Sarma PRATUPrajurit Satu
Anggota Sobari
PRATUPrajurit Satu Anggota
85
Sulendraningrat, P.S,
Sejarah Cerbon
, Jakarta: Balai Pustaka, 1978, hlm. 51.
Anwar PRATUPrajurit Satu
Anggota Rosidi
PRATUPrajurit Satu Anggota
Sadikin PRATUPrajurit Satu
Anggota Samari
PRATUPrajurit Satu Anggota
Toam PRATUPrajurit Satu
Anggota Madrais
PRATUPrajurit Satu Anggota
Kamsi SERTUSersan Satu
Komandan Regu III Soedigdo
PRATUPrajurit Satu Anggota
Amat PRATUPrajurit Satu
Anggota Tjaroem
PRATUPrajurit Satu Anggota
Naim PRATUPrajurit Satu
Anggota Tjasmita
PRATUPrajurit Satu Anggota
Djata PRATUPrajurit Satu
Anggota Akin
PRATUPrajurit Satu Anggota
Karna PRADAPrajurit Dua
Anggota Hoesen
PRADAPrajurit Dua Anggota
Moenadi PRADAPrajurit Dua
Anggota Kosim
SERTUSersan Satu Komandan Regu IV
Soenar PRADAPrajurit Dua
Anggota Haroen
PRADAPrajurit Dua Anggota
Rasioen PRADAPrajurit Dua
Anggota Soemitra
PRADAPrajurit Dua Anggota
Sajoem PRADAPrajurit Dua
Anggota Soetisna
PRADAPrajurit Dua Anggota
Soekanta PRADAPrajurit Dua
Anggota
86
dengan kekuatan satu paket senjata lengkap 1 regu yang terdiri: 1
pucuk PM 1 pucuk Owengun
2 pucuk Steyer 3 pucuk Karibijn Jepang
1 pucuk L.E 1 pucuk FN pistol 9 mm
1 pucuk Stangun 1 pucuk pistol Buldog
2 pucuk pistol Colt 38 9 buah Granat tangan
1 pucuk Vieker Setelah keadaan wilayah dipinggiran Kota sudah dapat di yakinkan aman
beberapa hari kemudian Abdoel Kadir dan teman-teman pejuangnya yang tergabung dalam Pasukan Kancil Merah mendapat kontak dengan KPRM melalui
Madradji dan Wiratna Sutarjo bahwa daerah Pasukan Kancil Merah menjadi daerah sektor IV KPRM, Pembagian ini berdasarkan perintah dari Kapten
Mahmud Pasha dengan susunan organisasinya sebagai berikut: Komandan
: Abdoel Kadir Kepala Staf Umum
: Eddy Hamzah Kepala Staf Khusus dan Kepala Intelegen
: Eddy Yusuf
86
Panitya Penelitian Monumen Perjuangan Kotamadya Cirebon,
loc.cit
., hlm. 54.
Kapala Teritorial : M.S. Djanaka
Kepala Pembekalan : Perim Sutisna Kepala Perlengkapan : Sajoem
Koordinator Pemerintahan Sipil : R. Amami. dan M.S. Djanaka Urusan Dapur Pasukan: Akmal
Komandan Regu I : Djoemhari Satoh yang berkedudukan di wilayah
Cirebon BaratCideng Komandan Regu II
: Radi yang berkedudukan di wilayah Cirebon SelatanCempaka
Komandan Regu III : A. Latif yang berkedudukan di Cirebon KotaKayu malang
Komandan Regu IV : Saleh
yang Berkedudukan
di Cirebon
TimurGambiran
87
Bergabungnya pasukan KPRM dangan pasukan Kancil Merah membuat kedua pasukan ini semakin kuat dan berfungsi sebagai kesatuan tempur untuk
melawan tentara Belanda dengan maksud mengusai kembali kota Cirebon dan sekitarnya, yang sempat di kuasai oleh Belanda pada 6 Agustus 1948.
88
87
Marhayono,
op.cit
., hlm. 25.
88
Panitya Penelitian Monumen Perjuangan Kotamadya Cirebon,
loc.cit
., hlm. 56.
Kedudukan pasukan induk selalu berpindah-pindah antara lain di daerah: Sunyaragi, Kayumalang, Tanjakan, Majasem, Grenjeng, Cileres-Pegambiran,
Pompongan, Comberan, Kalikoa, dan Ciledug. Pada saat itu kegiatan Pasukan Gerilya diarahkan untuk melakukan penembakan terhadap mobil-mobil Belanda
pada jarak dekat, biasanya para Pasukan Gerilya berada didaerah berbukit dan pegunungan Gronggong, biasanya dilakukan di jalan-jalan yang diapit
pegunungan, jembatan atau tanjakan dimana mobil-mobil biasanya akan mengurangi kecepatannya, jalan keluar masuknya perkampungan tidak luput dari
pantauan Pasukan Gerilya. Berikut strategi gerilya: Para Gerilyawan biasanya bersembunyi dengan baik dan tidak mudah
untuk membedakan Gerilyawan dengan keadaan medan, biasanya Gerilyawan menduduki tempat-tempat yang tinggi. Biasanya para
Gerilyawan melakukan penembakan-penembakan terhadap mobil yang tidak berlapis baja. Oleh karena itu senjata senapan dan senapan mesin
terbidik dengan baik yang dilakukan secara tiba-tiba, baik dari arah depan maupun belakang yang dilakukan dengan jarak dekat, maka akibatnya
sangat merugikan pihak Belanda. Biasanya serangan-serangan yang dilakukan oleh para gerilyawan dilakukan pada malam hari.
Pemasangan kawat secara melintang di jalan-jalan: biasanya dipergunakan kawat telepon, meskipun tidak telalu kuat, akan tetapi kawat tersebut
hampir tidak tampak dan dapat menimbulkan bahaya yang besar bagi para penumpang mobil bak terbuka.
Pohon-pohon yang dengan sengaja ditumbangkan dan di letakkan begitu saja di jalanan, pembersihan terhadap rintangan-rintangan sedemikian rupa
tersebut akan memakan yang lumayan lama, dikarenakan berpuluh-puluh pohon yang ditumbangkan dalam jarak beberapa kilometer. Pada saat itu
lah para gerilyawan melakukan penembakan-penembakan dari jarak jauh. Pengrusakan jembatan-jembatan ini biasanya dilalukan 4 sampai 5 buah
jembatan dalam semalam, biasanya para gerilyawan melakukan pengrusakan jembatan jarang sekali menggunakan alat-alat peledak untuk
merusaknya, cara yang paling banyak dilakukan mengambil papannya dan tiang-tiang jembatanya, jembatan-jembatan yang terbuat dari kayu
biasanya mereka siram dengan minyak tanah lalu membakarnya. Dalam waktu yang singkat jembatan-jembatan semacam itu lenyap seluruhnya.
Penanaman ranjau dijalan-jalan, biasanya para gerilyawan-gerilyawan menaburkan paku yang berukuran 3-5 cm, di tengah jalan, biasanya
penanaman ranjau paku ini dilakukan pada malam hari, dan dilakukan pada jalan-jalan menuju masuk wilayah kota.
gerakan-gerakan militer antara lain, pembegalan, penculikan, penyergapan, sabotase jembatan
untuk memperlambat gerak pasukan Belanda
.
dan kontak senjata dengan pihak Belanda.
89
89
Ibid.,
hlm. 60.
C. Arti dari Nama Kancil Merah