Dengan disusunannya roda Pemerintahan Cirebon sampai ke desa-desa yang para pejabatnya diambil dari daerah sekitar.
Roda  pemerintahan  dijalankan  secara  sembunyi-sembunyi,  meskipun sembunyi-sembunyi pemerintahan kota Cirebon dapat berjalan dengan baik, uang
pajak bumi bisa dipungut  dan diatur oleh pemerintahan, jika pemerintah belanda menanyakan,  Kepala  Desa  menjawab  bahwa  mereka  tidak  berani  memungut
pajak,  takut  menjadi  korban  tindakan  kaum  gerilya.  Sawah
Titisara
52
Desa  bisa dilelangkan  sebagai  biasa  dan  uangnya  digunakan  oleh  Desa,  jika  ditanyakan
Pemerintahan  Belanda,  mereka  tidak  berani  melelangkan.  Uang  pajak  dan  hasil Titisara pada umumnya digunakan untuk perbekalan para pejuang.
2. Masuknya Tentara Belanda ke Kota Cirebon
Pemerintah Belanda berniat untuk menjajah kembali Indonesia pada 1943 saat  perang  di  Pasifik  Jepang  dan  Jerman  sudah  mulai  terdesak  oleh  pasukan
Sekutu. Pemerintah Belanda yang sudah kembali ke negerinya mengadakan wajib militer  dan  memanggil  sukarelawan  guna  membentuk  pasukan  untuk  keperluan
pertahanan Eropa, pertahanan Jerman, dan mengirim pasukan ke Australia untuk ikut  melawan  Jepang.    Tentara  tersebut  dilatih  di  Inggris.  Amerika  Serikat  pun
ikut membantu dengan perlengkapannya. Keengganan  pemerintah  Partai  Buruh  Australia  untuk  melatih  tentara
Belanda  dalam  jumlah  banyak,  ditambah  dengan  menyerahnya  Jepang  pada
52
Titisara  adalah  Tanah  desa  yang  hasilnya  untuk  membiayai  keperluan desa, atau disebut dengan istilah tanah Bengkok.
tanggal  15  Agustus  1945  kemudian  disusul  dengan  Proklamasi  Kemerdekaan Indonesia  pada  17  Agustus  1945,  mengacaukan  rencana  Belanda  untuk  kembali
ke Indonesia dengan tentaranya sendiri sebagai pihak yang menang. Tentara yang tersedia  baru  2  batalyon  KNIL  pada  awal  Oktober  1945.  Batalyon  pertama
dibentuk di Australia dari sekitar 1000 anggota eks-KNIL  yang dulu menyingkir ke  Australia  bersama  dengan  pembesar-pembesar  Belanda  setelah  pemerintah
Hindia Belanda menyerah kepada Jepang. Batalyon ini ikut tentara Australia menggempur Jepang di Balikpapan dan
Tarakan. Kemudian mereka datang ke Jakarta sebagai kesatuan Sekutu. Batalyon lainnya  terdiri  dari  kesatuan  yang  dulu  dikirim  ke  Australia  dari  Inggris,
sukarelawan  Suriname  dan  bekas  KNIL.  Kemudian  di  tahun-tahun  berikutnya kekuatan  tentara  Belanda  berangsur-angsur  bertambah  setelah  kesatuan-kesatuan
wajib  militer  dan  sukarelawan  di  bawah  komando  Jenderal  Spoor  datang  ke Indonesia.
53
Pemerintah Belanda berniat untuk berkuasa kembali mendekati kenyataan setelah  tentaranya  mengambil  alih  kota-kota  dan  daerah  yang  dikuasai  tentara
Sekutu.  Selanjutnya  proses  perundingan  dan  pertempuran  berlangsung  antara Belanda  dan  Indonesia  untuk  menentukan  nasib  bangsa  Indonesia.  Sepanjang
waktu  tersebut  tidak  ada  satu  hari  pun  berlalu  tanpa  adanya  tembak-menembak antara kedua belah pihak atau korban yang mati meskipun dalam periode gencatan
senjata.
53
Nugroho  Notosusanto,
Ichtisar  Sedjarah  Republik  Indonesia  1945- sekarang
Djakarta:  Departemen  Pertahanan  Keamanan  Pusat  Sedjarah ABRI,1971, hlm. 123.
Cara  menyelesaikan  pertikaian  melalui  perundingan  pemerintah  Belanda dan Indonesia mendasarkannya pada dua pola pemikiran yang bertolak belakang.
Apabila  kesepakatan  perundingan  tidak  tercapai  sesuai  dengan  ajaran  politik, maka  pihak  yang  merasa  kuat  cenderung  memaksakan  kehendaknya  terhadap
yang  lemah.  Belanda  merasa  mempunyai  tentara  yang  kuat,  selain  itu  keadaan keuangan yang saat itu hampir kosong sehingga Belanda merasa perlu menduduki
daerah  Indonesia  yang  kaya  akan  perkebunan  di  Jawa  dan  ladang  minyak  di Sumatera untuk memperoleh devisa.
54
Perang  Kemerdekaan  Indonesia  I  Belanda  dimulai  pada  Minggu  20  Juli 1947  dengan  menangkap  pembesar-pembesar  RI  di  Jakarta  dan  pengambilalihan
kantor-kantor  serta  gedung-gedung  penting  RI  oleh  pasukan-pasukan  Belanda. Sebelum  tanggal  21  Juli  1947  kegiatan  tentara  Belanda  disemua  sektor
pertempuran  meningkat  dengan  tajam.  Pada  hari  Minggu  semua  unsur  pasukan Belanda sudah siap di pintu-pintu keluar di seluruh garis demarkasi, dan paginya
tanggal 21 Juli 1947 semua pasukan Belanda melintasi garis demarkasi menyerbu masuk ke daerah-daerah RI.
Serangan  tentara  Belanda  ke  Desa  Mandala  Kabupaten  Cirebon,  untuk pertama  kalinya  dilakukan  pada  29  Juli  1947,  dengan  korban  dan  pasukan  Seksi
Karnadi, dua orang sersan muda gugur, yaitu Sersan Haroen dan Sersan Rasioen. Kedua  jenazah  pahlawan  bangsa  yang  gugur  dalam  usia  yang  masih  muda  belia
tersebut dimakamkan di Blok Bubulak Malem, tempat mereka gugur. Dengan rasa
54
Smit C.,
Dekolonisasi Indonesia
, Jakarta: Intermasa, 1976, hlm. 21.
duka  yang  amat  mendalam,  upaya  pemakaman  sederhana  tetapi  penuh  khikmat tanpa dihadiri oleh anggota keluarganya.
55
Pasukan  Belanda menyerbu dengan peralatan  yang lebih  modern. Setelah pesawat  tempur  menghujani  kubu-kubu  pasukan-pasukan  RI  dengan  tembakan-
tembakan,  Batalyon  pelopor  lalu  menyerbu  ke  depan.  Seluruh  gerakan  tersebut dilindungi  oleh  pesawat-pesawat  udara.  Penerobosan  Brigade  V  pimpinan
Kolonel Meijer di Bandung Timur diawali dengan tembakan yang gencar terhadap garis  pertahanan  Divisi  II  Gunungjati.  Tanpa  banyak  korban  mereka  mencapai
Tanjungsari  pada  hari  itu  juga,  dan  hari  berikutnya  Sumedang  jatuh  ke  tangan mereka.
56
Tentara  Indonesia  yang telah terusir dari kota-kota, menyusun tenaga dan kekuatan kembali kepedalaman desa-desa, kampung-kampung, dibukit-bukit, dan
di  pegunungan.  Kesatuan  tentara  dibawah  para  opsir  dapat  diatur  kembali, lengkap  dengan  persenjataannya,  kelompok-kelompok  tentara  yang  sudah
tersusun  kembali  itu  dengan  dibantu  oleh  rakyat  mengedakan  serangan  secara terus  menerus  terhadap  kedudukan  Belanda  di  kota-kota.  pembakaran  tempat-
tempat kediaman tentara Belanda berjalan secara teratur. Pada malam hari tentara dan  rakyat  melakukan  penyerangan  dan  pembakaran,  dan  pagi  harinya  mereka
kembali ke induk pasukannya .
57
55
Ike Pustakaningrat,Cirebon  di  Masa Revolusi: Dari  Linggarjati Hingga Masa  Pengakuan Kedaulatan,
Skripsi
, Fakultas  Sastra
,
Jakarta:  UI,  1987,  hlm. 68.
56
Nugroho Notosusanto,
op.cit
., hlm. 124.
57
Samawi,
25 Tahun Merdeka
, Yogyakarta, Kedaulatan Rakyat, hlm. 63.
Strategi  lainnya  yang  digunakan  pemerintahan  Belanda  adalah  dengan jalan  kekerasan  yaitu  agresi  militer.  Dengan  dalih  menjaga  keamanan  dari  kaum
pengacau  atau  adanya  tuduhan  pelanggaran  terhadap  perjanjian  yang  telah disepakati bersama, pasukan Belanda melakukan serangan terhadap wilayah yang
masih  di  kuasai  oleh  pemerintah  RI.  Akan  tetapi,  berbagai  upaya  dan  taktik Belanda  tersebut  mengalami  kegagalan,  karena  rakyat  RI  tetap  bersatu  padu
mempertahankan keutuhan negara kesatuan RI. Brigade  V  Belanda  yang  bergerak  dari  Bandung  dalam  dua  hari  telah
mencapai  Sumedang,  kemudian  pada  hari  ketiga  telah  sampai  Cirebon. Perlawanan kesatuan-kesatuan RI, ranjau-ranjau darat, rintangan jalan, dan taktik
bumi  hangus  tidak  banyak  menghambat  gerak  maju  pasukan  Belanda.  Setiap jembatan yang hancur dengan segera dapat mereka ganti dengan jembatan darurat.
Ada juga jembatan-jembatan penting yang tidak sempat dibumihanguskan karena kedatangan pasukan Belanda secara mendadak.
58
Masyarakat di daerah pendudukan baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan khususnya laki-laki yang sudah cukup dewasa setiap saat merasa gelisah
karena sering melihat orang yang ditangkap, disiksa, bahkan dibunuh oleh tentara Belanda. Situasi mencekam ini biasanya terjadi setelah Belanda merasa terganggu
oleh adanya gerilya dari para pejuang. Dalam operasi penggeledahan ke daerah-daerah perdesaan, setiap laki-laki
yang  dijumpai  pasti  ditangkap  untuk  dikumpulkan  di  suatu  tempat  guna pemeriksaan.  Pemeriksaan  dilakukan  dengan  cara  melihat  telapak  tangan  dan
58
Nugroho Notosusanto,
loc.cit
.
kaki.  Jika  tangan  dan  kakinya  halus,  tidak  kasar  ataupun  pecah-pecah  maka diidentifikasi  sebagai  TNI  atau  pejuang.  Tetapi  jika  tangan  dan  kakinya  kasar
maka  diidentifikasi  sebagai  petani.  Orang-orang  yang  teridentifikasi  sebagai pejuang  biasanya  ditangkap,  bahkan  banyak  diantaranya  yang  dibunuh.  Akan
tetapi orang yang teridentifikasi sebagai petani akan dilepaskan kembali. Akibat  dari  peristiwa  tersebut,  maka  setiap  kali  ada  operasi  tentara
Belanda  para  laki-laki  berusaha  lari  untuk  menyelamatkan  diri.  Mereka  tidak berani  untuk  tidur  di  rumah  karena  tentara  Belanda  sering  mengadakan  operasi
pada  malam  hari.  Para  pemuda  lebih  merasa  aman  jika  tidur  di  kebun  karena apabila  sewaktu-waktu  Belanda  melakukan  operasi,  mereka  dapat  langsung
melarikan diri. Keadaan  yang  semakin  sulit  menumbuhkan  persatuan  di  masyarakat
Cirebon  semakin  erat.  Status  sosial  tidak  menjadi  jurang  pemisah  di  antara mereka.  Kepedulian  dari  orang-orang  kaya  terhadap  orang-orang  miskin  begitu
besar.  Sebagai  contoh  mereka  sering  memberikan  makanan  dan  pakaian  kepada orang  yang  tidak  mampu,  apalagi  terhadap  pengungsi  mereka  tidak  segan-segan
menjamu dengan makanan yang cukup enak.
59
59
Sulendraningrat. P.S,
op.cit
., hlm. 52.
42
BAB III TERBENTUKNYA PASUKAN KANCIL MERAH DI CIREBON
A. Awal Tentara Belanda di Cirebon
Persetujuan  Renville  yang  di  tandatangani  pada  17  Januari  1948  dalam pelaksaannya menimbulkan permasalahan, yang pada pokoknya bersumber pada:
a. Mengenai  pemerintahan  federal  sementara,  Belanda  berpendapat
bahwa  pemerintah  itu  harus  dipimpin  oleh  wakil  tinggi  mahkota Belanda,  sedangkan  pihak  RI  berpendirian  pemerintahan  federal
sementara  harus  bersifat  nasional,  jadi  seluruhnya  harus  terdiri  dari rakyat Indonesia.
b. Mengenai  hubungan  luar  negeri  dengan  negara-negara  lain,  pihak
Belanda menuntut agar pihak RI tidak melakukan hubungan langsung, dengan kata lain pihak RI harus menghapuskan hubungan dengan luar
negeri . c.
Mengenai TNI, pemerintah RI tetap berpegang teguh pada pernyataan dari  anggota-anggota  komisi  jasa-jasa  baik  diantaranya  Graham,
bahwa  RI  selama  RIS  belum  dibentuk  tetap  berhak  atas  ketentraman, terkenallah kata-
kata Graham kepada Delegasi RI “YOU ARE WHAT YOU ARE”, sedangkan pihak Belanda berpendirian bahwa TNI harus
dibubarkan.
60
60
Dinas  Sejarah  TNI-AD,
Sejarah  TNI-AD  1948-1973
,  Bandung:  Dinas Sejarah Angkatan Darat,1978, hlm. 1.