Pada perkembangannya dewasa ini, semiotik kerap digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media. Hal tersebut berdasarkan asumsi
bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna
tunggal. Kenyataannya, teks media selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa teks media
membawa kepentingankepentingan tertentu– juga kesalahankesalahan tertentu– yang lebih luas dan kompleks Sobur, 2004:95.
Semiotik membuat kita sadar dan berhatihati bahwa nilainilai budaya yang kita pakai untuk memahami dunia, adalah sebuah konvensikonvensi atau
kesepakatan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh anggota dari budaya, dimana kita menjadi bagiannya. Semiotik mengingatkan kita bahwa tidak
ada hal yang alami mengenai nilainilai budaya kita. Nilainilai budaya adalah konstruksi sosial yang tidak hanya sangat beragam seiring perjalanan waktu tetapi
juga sangat berbeda dari satu budaya ke budaya lain.
2.1.8. Penampakan Ideologi dalam Studi Semiotik
Volosinov menyatakan, “whenever a sign present, ideology is present too” Hall, 1977;Susilo, 2000; Sobur, 2004:93. Ideologi adalah harta yang
terpendam dalam proses semiotik. Bukan ideologi dalam arti bentuk teoritis yang besar, semacam susunan filsafat yang diterima secara umum, tetapi ideologi
dalam arti semiotik: titik tolak perorangan untuk interpretasi. Peranan ideologi
dalam semiosis kurang nyata, bahkan sering secara praktis tidak kelihatan dan menyelinap Sudjiman Zoest, 1992:103 104.
Living in a world of increasingly visual signs, we need to learn that even the most realistic signs are not what
they appear to be. By making more explicit the codes by which signs are interpreted we may perform the valuable
semiotic function of denaturalizing signs. In defining realities
signs serve
ideological functions.
Deconstructing and contesting the realities of signs can reveal whose realities are privileged and whose are
suppressed. The study of signs is the study of the construction and maintenance of reality. To decline such
a study is to leave to others the control of the world of meanings
which we
inhabit Chandler,
http:www.aber.ac.ukmediaDocumentsS4Bsem01.html
, 24 Oktober 2009.
Hidup di dalam sebuah dunia tandatanda visual yang semakin bertambah banyak, kita perlu mempelajari
bahwa tandatanda yang paling realistis sekalipun tidak seperti yang tampak di penglihatan kita. Dengan
membuat kodekode untuk menginterpretasikan tanda tanda itu semakin eksplisit kita mungkin bisa
menampilkan atau menyuguhkan fungsifungsi semiotic yang bernilai untuk proses denaturalisasi tandatanda.
Dalam mendefinisikan realitarealita, tandatanda atau signs memiliki atau menampilkan fungsifungsi
ideologis.
Dengan mengdekonstruksi
dan membandingkan realitarealita dari tanda dapat
memunculkan realitarealita milik siapa yang diutamakan dan milik siapa yang ditekan. Studi mengenai tanda
tanda adalah studi mengenai konstruksi dan pemeliharaan realitas. Dengan mengabaikan studi
semacam itu, kita membiarkan pihak lain untuk
mengendalikan dunia dari artiarti yang kita diami. Studi semiotik mengajarkan untuk lebih kritis dalam menerima setiap
terpaan pesan. Karena setiap pesan mengandung maksudmaksud terentu,
meskipun oleh pengirim pesan tidak dimaksudkan demikian. Namun jika kesalahpahaman makna dari pesan itu tidak dihiraukan, maka akan menyebabkan
sebuah pelanggengan terhadap suatu kesalahpaham, dan tentunya memiliki dampak terhadap pihakpihak tertentu bahkan cenderung merugikan salah satu
pihak.. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada bertahannya suatu ideologi dalam masyarakat.
Menurut Susilo 2000:24, suatu teknik yang menarik dan memberikan hasil baik untuk masuk ke dalam titik tolak berpikir ideologis yang terdapat pada
suatu kebudayaan tertentu adalah mempelajari mitos. Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang
memainkan peranan penting dalam kesatuankesatuan budaya Sobur, 2004:128. Kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti
konotasikonotasi yang terdapat di dalamnya van Zoest, 1991:70. Salah satu cara adalah mencari mitologi dalam teksteks semacam itu Sobur, 2004:129.
Media massa menciptakan mitologimitologi atau ideologiideologi sebagai sistem konotatif sekunder dengan mencoba memberikan pesanpesan.
Pada level denotatif, pesanpesan itu mengekspresikan maknamakna yang primer atau “natural”. Sementara pada level konotatif, pesan itu menyembunyikan malna
makna sekunder atau “ideologis” Sumartono, 2003; Trifonas, 2003:vi.
2.1.9. Lirik Lagu dalam Kajian Semiotik