22
Setiap tes objektif dapat digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran kosakata. Menurut Lado 1961
: 188 “The multiple-choice type of item has probably achieved its almost spectacular in voc
abulary tests”. Dapat diartikan bahwa tes yang paling baik untuk mengukur kosakata adalah yang berbentuk pilihan ganda,
karena pertanyaan pilihan ganda akan memberikan batasan yang jelas antara jawaban benar dan salah, sehingga penguasaan kosakata dapat diukur lebih
obyektif. Dalam tes ini, peserta didik hanya cukup memilih satu jawaban yang benar dari beberapa opsi yang ada. Pemilihan opsi pada tes pilihan ganda bisa
dilakukan dengan menyilang atau melingkari jawaban yang benar. Tes pilihan ganda mudah diperiksa, namun dalam penyusunannya cukup rumit dan memakan
banyak waktu karena luasnya materi yang akan diuji. Hal ini bisa diatasi dengan menentukan terlebih dulu cakupan materi yang akan diuji, menyiapkan kunci
jawaban dan standar penilaian yang ingin dicapai. Berdasarkan jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tes merupakan
proses yang penting dalam pembelajaran kosakata. Tes dapat mengukur pemahaman dan peguasaan kosakata peserta didik. Untuk penilaiannya dapat
dievaluasi dengan tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda mudah diikuti dan efektif bagi pembelajaran kosakata.
6. Kriteria Penilaian Keaktifan
Setiap peserta didik tentunya memiliki karakter yang berbeda. Di dalam kelas, terdapat peserta didik yang aktif, tanggung jawab, rajin, malas belajar,
ataupun cepat menyerah dalam belajar. Guru memiliki kendali yang besar dalam hal sejauh mana peserta didik mengekspresikan potensi mereka dan
23
menerapkannya dalam tugas sekolah sehari-hari. Guru dituntut bersikap profesional dalam mengamati dan menilai sikap peserta didik. Sudjana 2008: 61
menjelaskan bahwa keaktifan peserta didik dapat dilihat dari hal-hal berikut. 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, 2
terlibat dalam pemecahan masalah, 3 bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya, 4 berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah, 5
melaksanakan diskusi kelompok, 6 menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya, 7 kesempatan
menggunakan menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, peneliti menggunakan tiga indikator dengan maksud supaya penilaian keaktifan peserta didik saat
pembelajaran dapat terfokuskan. Tiga indikator yang digunakan peneliti dalam penilaian keaktifan peserta didik adalah sebagai berikut: 1 Bertanya kepada
peserta didik lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, yang dinilai dari indikator ini adalah peserta didik berani mengungkapkan
pendapat dan pertanyaan kepada guru atau peserta didik lain. 2 Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah, yang
dinilai dari indikator ini adalah peserta didik turut serta dan terlibat dalam mencari informasi terkait masalah yang dihadapinya secara pribadi ataupun dalam
kelompok. 3 Kesempatan menggunakanmenerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya, yang dinilai dari
indikator ini adalah peserta didik mengutarakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dalam penilaian keaktifan, peneliti memberikan skor rendah hingga tinggi
24
kepada setiap indikator yang diamati. Skor 0 diberikan kepada peserta didik yang tidak pernah melibatkan diri dalam semua indikator, skor 1 diberikan kepada
peserta didik yang terlibat meskipun jarang melakukan semua indikator, dan skor 2 diberikan kepada peserta didik yang selalu melibatkan diri dalam semua
indikator.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan pene litian ini adalah “Keefektifan
Penggunaan Media Pembelajaran Kartu Domino dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 5 Yogyakarta” yang
dilakukan oleh Vina Aprianingsih. Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan media pembelajaran kartu
domino dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 5 Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah pre-test post-test control group
design. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.Hasil analisis data menggunakan uji-t menghasilkan t hitung sebesar 4, 875 lebih besar
daripada t tabel sebesar 2, 000 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Nilai rata-rata akhir peserta didik pada kelas eksperimen sebesar 26, 21 lebih besar daripada nilai
rata-rata kelas kontrol sebesar 22, 96. Bobot keefektifan ditunjukkan dengan nilai gain kelas eksperimen sebesar 0,5 lebih besar daripada nilai gain kelas kontrol
sebesar 0,2. Darisini dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan kartu domino
lebh efektif daripada pembelajaran dengan media konvensional. Penelitian tersebuat dianggap relevan dengan penelitian berjudul “Upaya Peningkatan