Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
5. Pemberian tugas kelompok: dalam tahap ini siswa diberi tugas berupa tugas di rumah yaitu praktikum fotosintesis.
6. Evaluasi tugas siswa. 7. Test hasil belajar
c. Observasi dan Interpretasi
Selama kegiatan pembimbingan berlangsung tim peneliti melakukan observasi dan hasil obsevasi dicatat dalam lembar observasi. Pada tahap ini peneliti membuat
catatan lapangan yang berfokus pada ketrampilan dan prosedur siswa dalam menyelesaikan soal dan tentang kemampuan guru dalam menerapkan Dimensi Belajar
di kelas. Dari hasil observasi dan interpretasi dapat disimpulkan bahwa siswa telah
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyelesaikan soal-soal Sains sesuai dengan konsep-konsep Dimensi Belajar. Dengan demikian, pada siklus 3 ini t 90
siswa telah mampu menyelesaikan tugas Sains secara optimal. Demikain pula guru telah mampu menerapkan tahap-tahap Dimensi Belajar secara benar
d. Refleksi
Mengingat kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini telah tercapai, maka siklus penelitian tindakan dihentikan.
Hasil penelitian tindakan dalam mata pelajaran Sains menunjukkan bahwa metode Dimensi Belajar dapat meningkatkan hasil pembelajaran secara signifikan.
Pada siklus 1 ternyata hanya kurang lebih 60 siswa yang menunjukkan kemampuan secara baik dalam mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan metode dimensi belajar. Pada
siklus 2 terjadi peningkatan jumlah siswa 75 yang mampu mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan metode dimensi belajar dengan baik, dan pada siklus 3 ternyata kurang
lebih 90 siswa telah mampu mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan metode dimensi belajar dengan baik. Terjadinya peningkatan kemampuan siswa secara bertahap dalam
mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan metode dimensi belajar dengan baik, sangat terkait dengan peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan metode dimensi
belajar. Temuan penelitian tindakan tersebut sejalan dengan beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa penerapan model Dimensi Belajar telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar bidang sains Waras, 2001. Demikain pula, metode
dimensi Belajar lebih akomodatif dalam meningkatkan kadar CBSA untuk situasi dan
Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
kondisi sekolah di Indonesia. Disamping itu tugas-tugas siswa dan kerangka kerja guru yang dikembangkan dengan model Dimensi Belajar akan memandu pembelajaran
berlangsung secara sistematis dan dinamis tanpa menambah beban guru untuk mempelajari teori-teori belajar tingkat tinggi secara langsung Marzano, 1994; Waras,
2001. Namun harus diakui bahwa efektivitas metode diemnsi belajar dalam
meningkatan hasil belajkar siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara guru dan ketersediaan media pembelajaran. Agar penerapan metode dimensi belajar efektif
maka guru harus betul-betul paham tentang hakekat, prinsip dan prosedur metode dimensi belajar. Demikian pula penerapan metode dimensi belajar menuntut adanya
media belajar yang memadai, sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. Jika seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah belaka maka penerapan metode
dimensi belajar tidak akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: l Penerapan metode Dimensi Belajar dalam pembelajaran Sains,
dapat meningkatkan hasil pembelajaran, hal ini terlihat pada siklus 3 dimana 90 siswa mampu menyelesaikan test hasil belajar sesuai standar kelulusan. Secara
operasional, hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan keterampilan dalam siswa dalam menyelesaikan soal-soal secara sistematis. ditinjau dari a Sikap dan Persepsi yang
Positif, b Pemerolehan dan Pengintegrasian Pengetahuan, c Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan, d Penggunaan Pengetahuan Secara Bermakna, 5
Kebiasaan Berpikir Positif, dan 2 Penerapan metode Dimensi Belajar dalam mata pelajaran Sains, mampu meningkatkan kinerjaketrampilan guru dalam mengajar
Sains. Sesuai dengan kesimpulan penelitan tindakan di atas, berikut disajikan
beberapa saran-saran yaitu: l Mengingat metode Dimensi Belajar cukup efektif diterapkan dalam matapelajaran Sains, maka bagi guru disarankan untuk menerapkan
metode Dimensi Belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, 2 Demikain pula karena metode Dimensi Belajar cukup efektif diterapkan dalam mata pelajaran Biologi,
maka disarankan untuk diterapkan pada mata pelajaran lain yang memiliki karakteristik yang sama.
Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, W., Kaluge, L.K Purwanto. 2003. Pembelajaran Inovatif Untuk Pemahaman Dalam Belajar Matematika dan Sains di SD, SLTP, dan SMU.
Laporan Penelitian Hibah Pasca. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas. Brooks, J.G Brooks, M.G. 1993. In Search of Understanding: The Case for
Constructivist Classroom. Alexandria: ASCD. Drost, J.I.G.M. 1998. Sekolah Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius
Universitas Sanatha Darma Gardner, H. 1991. The unschooled mind: How chilndern thing and how school
should teach. New York: Masic Books. Mangunwijaya, Y.B. 1998. Beberapa Gagasan Tentang SD Bagi 20 Juta Anak Dari
Keluarga Kurang Mampu. Dalam Sumaji Ed. Pendidikan Sains Yang Humanis. Yogyakarta: Kanisius Universitas Sanatha Darma
Marzano, R.J., et.al. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and
Curriculum Development Marzano, R.J., Pickering, D. McTighe. 1994. Assesing Student Outcomes:
Performance Assesment Using The Dimentions of Learning Models. Alexandria, Virginia, ASCD
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Hasil Belajar Mata Pelajaran sains. Jakarta: Puskur. Balitbang Depdiknas
Suyanto, K.K.E., Ibnu, S dan Susilo, H. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Makalah Disampaikan dalam Pelatihan Metodologi Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKP dan Penelitian Tindakan Kelas
PTK bagi Dosen-Dosen LPTK se- Indonesia pada tanggal 17-21 April 2006 di Makasar dan Surabaya.
Susilo, H., Laksono dan Ibnu, S. 2006. Prosedur Penelitian Tindakan. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan Metodologi Penelitian Untuk Peningkatan
Kualitas Pembelajaran PPKP dan Penelitian Tindakan Kelas PTK bagi Dosen-Dosen LPTK se- Indonesia pada tanggal 17-21 April 2006 di Makasar
dan Surabaya.
Tantra, D.K. 2006. Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan Metodologi Penelitian Untuk
Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKP dan Penelitian Tindakan Kelas PTK bagi Dosen-Dosen LPTK se- Indonesia pada tanggal 17-21 April 2006 di
Makasar dan Surabaya.
Waras, 2001. Pengembangan Strategi pembelajaran IPA dengan Pendekatan Dimensi Belajar. Malang. Lembaga Penelitian Univ Negeri Malang
Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU SD
BUDHI AKBAR DAN NURYANI Y. RUSTAMAN
UHAMKA, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Studi tentang kemampuan keterampilan proses sains KPS guru sekolah dasar SD dilakukan dengan melibatkan guru sekolah dasar lulusan S-1 PGSD n = 85 di
sejumlah kotakabupaten dari Propinsi DKI, Banten dan Jawa Barat sebagai subjek penelitian. Perangkat tes pengetahuan keterampilan proses sains KPS, perangkat tes
yang mengukur KPS, kuesioner tentang kesiapan dan kendala penyusunan soal KPS, dan rambu-rambu wawancara individual digunakan sebagai instrument penelitian.
Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan KPS responden tergolong rendah 48,1±11,4, khususnya pemahaman konsep KPS 43,8±13,4, sementara kemampuan
penggunaan KPS juga masih belum cukup baik.
Hampir seluruh guru SD 98 menyatakan siap untuk melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan KPS, bahkan 64 diantaranya mengaku sudah melaksanakannya, 32 kadang-kadang, hanya 4 yang belum mengimplementasikan KPS dalam pembelajaran
IPA. Masih ditemukan kesulitan dalam mewujudkan pembelajaran IPA dengan KPS. Dalam hal membuat alat penilaian KPS, kepada responden n=63 diberikan berbagai
kemungkinan faktor yang menjadi kendala. Pada skala10, faktor pemahaman jenis-jenis KPS paling menjadi kendala 4,8, berikutnya faktor pemahaman konsep dasar IPA
4,1, faktor penguasaan teknik penilaian 3,8, kemampuan bahasa tulis 3,6 dan faktor lain-lainnya 2,1. Kesiapan dan kesanggupan guru lulusan PGSD untuk menggunakan
KPS dalam pembelajaran IPA di SD belum ditunjang oleh kemampuannya yang diperoleh terutama dari perguruan tinggi almamater.
Kata kunci: Keterampilan proses sains, guru, PGSD
A. PENDAHULUAN