Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
Semarang, 7 Februari
dapat membantu pemulihan tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.
Penelitian di Indonesia mengenai kultur jaringan melati sudah pernah dilakukan. Koensoemardiyah 1989, menggunakan daun Jasminum sambac AIT. Sebagai eksplan telah
memperoleh kalus dengan menambahkan zat pengatur tumbuh 2,4-D 0,5 mgl dan vitamin formula RT sebanyak 50 mll media. Purbaningsih 1995 melaporkan bahwa kalus dapat diinduksi dari
batang antar ruas ke dua, baik Jasminum sambac L W Ait dan Jasminum grandiflorum L. Pertumbuhan kalus dari Jasminum sambac L W Ait yang terbaik diperoleh pada media MS
dengan penambahan NAA 1 mgl, BAP 0,5 mgl dan yeast ekstrak 5. Sedangkan pada Jasminum grandiflorum L. dengan penambahan NAA 1,5 mgl dan BAP 0,5 mgl tanpa penambahan yeast
ekstrak dapat menghasilkan induksi kalus terbaik. Melati gambir Jasminum grandiflorum L. memiliki keistimewaan yakni batangnya yang
kokoh didukung dengan sistem perakaran yang kuat. Untuk perbaikan kualitas tanaman dengan cara grafting, melati jenis ini sangat cocok digunakan sebagai batang bawah root stock. Baik
tidaknya batang bawah akan sangat berpengaruh dengan pertumbuhan batang atas nantinya Widiarsih et al 2008 Grandiflorum L. sehingga diperoleh panjang akar maksimal dan jumlah
akar terbanyak.
B. Rumusan Masalah
Dapatkah senyawa IBA mampu menginduksi akar dari stek batang melati gambir.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh hormon IBA terhadap induksi akar dari stek batang melati secara
in vitro. 2. Untuk mengetahui konsentrasi hormon IBA yang paling efektif untuk menginduksi akar dari
stek batang melati secara in vitro.
D. Manfaat Penelitian
Dengan didapatkan data dan informasi dari penelitian ini dihatapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh hormon IBA yang paling optimal untuk induksi akar dari stek batang
melati gambir secara in vitro. Hal ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan jenis melati guna menyediakan batang bawah yang baik. Selain itu, perbanyakan dengan kultur in vitro ini dapat
menjadi acuan untuk menyediakan bibit melati dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang relatif singkat.
METODE PENELITIAN
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
Semarang, 7 Februari
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di laboraturium kultur jaringan FMIPA Universitas Negeri Semarang, selama + 4 bulan Juni – September 2008.
B. Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah nodus ke 3 dari ujung ranting atau cabang Jasminum grandiflorum L.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA sebesar I
1
=0 mgl, I
2
=2 mgl, I
3
=4 mgl, I
4
=6 mgl, I
5
=8 mgl dan I
6
=10 mgl yang ditambahkan ke dalam media MS. 2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah panjang akar dan jumlah akar yang terbentuk.
3. Variabel kendali adalah komposisi medium MS, suhu, cahaya dan PH.
D. Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL 1 perlakuan terdiri dari 6 taraf konsentrasi hormon IBA yang berbeda, masing-masing taraf diulang
sebanyak lima kali sehingga diperlukan 6 x 5 = 30 unit percobaan. Masing-masing botol kultur ditanami 1 eksplan
E. Alat dan Bahan