Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU SD
BUDHI AKBAR DAN NURYANI Y. RUSTAMAN
UHAMKA, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Studi tentang kemampuan keterampilan proses sains KPS guru sekolah dasar SD dilakukan dengan melibatkan guru sekolah dasar lulusan S-1 PGSD n = 85 di
sejumlah kotakabupaten dari Propinsi DKI, Banten dan Jawa Barat sebagai subjek penelitian. Perangkat tes pengetahuan keterampilan proses sains KPS, perangkat tes
yang mengukur KPS, kuesioner tentang kesiapan dan kendala penyusunan soal KPS, dan rambu-rambu wawancara individual digunakan sebagai instrument penelitian.
Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan KPS responden tergolong rendah 48,1±11,4, khususnya pemahaman konsep KPS 43,8±13,4, sementara kemampuan
penggunaan KPS juga masih belum cukup baik.
Hampir seluruh guru SD 98 menyatakan siap untuk melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan KPS, bahkan 64 diantaranya mengaku sudah melaksanakannya, 32 kadang-kadang, hanya 4 yang belum mengimplementasikan KPS dalam pembelajaran
IPA. Masih ditemukan kesulitan dalam mewujudkan pembelajaran IPA dengan KPS. Dalam hal membuat alat penilaian KPS, kepada responden n=63 diberikan berbagai
kemungkinan faktor yang menjadi kendala. Pada skala10, faktor pemahaman jenis-jenis KPS paling menjadi kendala 4,8, berikutnya faktor pemahaman konsep dasar IPA
4,1, faktor penguasaan teknik penilaian 3,8, kemampuan bahasa tulis 3,6 dan faktor lain-lainnya 2,1. Kesiapan dan kesanggupan guru lulusan PGSD untuk menggunakan
KPS dalam pembelajaran IPA di SD belum ditunjang oleh kemampuannya yang diperoleh terutama dari perguruan tinggi almamater.
Kata kunci: Keterampilan proses sains, guru, PGSD
A. PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menegaskan Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Depdiknas, 2006. IPA memiliki cara-cara khusus dalam melakukan observasi, berpikir, bereksperimen
dan memvalidasi yang menampilkan aspek mendasar tentang hakikat IPA dan mencerminkan bagaimana IPA berbeda dari sekedar pengetahuan Rustaman, 2003.
Menurut Paolo dan Marten Iskandar dan Hidayat, 1997 untuk anak-anak, IPA
Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
didefinisikan sebagai mengamati apa yang terjadi; mencoba memahami apa yang diamati; mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi;
dan menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Oleh karenanya Permendiknas No. 22 menyatakan bahwa pembelajaran
IPA di SDMI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
Depdiknas, 2006. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP berkonsekuensi
pada keleluasaan sekolah dalam mengembangkan kurikulum. KTSP merupakan paradigma baru dalam pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada
setiap satuan pendidikan dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah Mulyasa, 2006. Peran Pemerintah, dalam hal ini Badan Standar Nasional
Pendidikan BSNP adalah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan penyusunan kurikulum operasional di tingkat satuan pendidikan
sekolah. Pada tingkat sekolah, guru berperan sebagai perencana dan pelaksana
kurikulum. Semangat otonomi dalam pengelolaan kurikulum harus mampu dijawab guru dengan kemampuan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang
berkualitas. Sebagai jaminannya, UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, serta
sehat jasmani dan rohani Depdiknas, 2006. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK sangat berkepentingan dalam mewujudkan amanah tersebut,
terutama terkait dengan pemilikan kualifikasi akademik dan kompetensi calon guru yang menjadi produknya.
Berpatokan kepada bentuk pembelajaran dan ruang lingkup IPA yang ditetapkan Standar Isi, guru IPA SD dituntut untuk menguasai konsep IPA sekaligus mampu
membelajarkannya. Adapun bentuk pembelajaran IPA yang dikehendaki adalah melalui pemberian pengalaman langsung yang mengembangkan keterampilan proses dan sikap
ilmiah siswa. Saat ini pemerintah sudah menetapkan syarat menjadi guru sekolah dasar adalah
memiliki kualifikasi akademik tingkat sarjana. Pada saat calon guru mencapai level ini, mereka diharapkan memiliki kompetensi profesional, pedagogik, personal dan sosial
yang memadai untuk mengajar di SD.
Prosiding Seminar Nasional Biologi ISSN Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
Dalam kaitan dengan penyiapan calon guru SD, Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD adalah LPTK yang sangat diandalkan. Kenyataan saat ini
menunjukkan guru-guru produk PGSD S-1 dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia sudah banyak berkiprah di lapangan. Untuk itu penulis tertarik untuk menelusuri
kemampuan keterampilan proses guru SD yang bertugas di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang berlatar belakang pendidikan S-1 PGSD dari Universitas
Terbuka, UPI, UNJ dan perguruan tinggi lainnya. Untuk itu dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimanakah kemampuan keterampilan proses sains guru SD?”
Untuk menuntun ke arah jawaban permasalahan tersebut disusun pertanyaan- pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah pemahaman konsep keterampilan
proses sains guru SD? Bagaimanakah kemampuan menggunakan keterampilan proses sains guru SD? Bagaimanakah tanggapan guru mengenai kesiapan dan pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan menggunakan KPS di SD? Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala untuk melaksanakan pembelajaran IPA dengan KPS? Faktor-faktor
apakah yang menjadi kendala dalam membuat alat penilaian KPS? Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA di SD, meliputi mengamati, melakukan percobaan, mengelompokkan, menafsirkan membuat inferensi,
meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan. Adapun konsep-konsep IPA yang terkait dengan kemampuan keterampilan proses yang diukur
dibatasi hanya untuk materi biologi yang terdapat dalam kelas 4, 5 dan 6 sekolah dasar SD.
B. KAJIAN PUSTAKA Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA