Kajian Terdahulu KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

tersebut kemudian dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding cooding sheet yang dibuat berdasarkan lima kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Analisis data; Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan tabel tabulasi yang dilakukan secara deskriptif.

D. Kajian Terdahulu

Penelitian tentang partai Islam, khususnya Partai Keadilan Sejahtera PKS banyak, kalau tidak dibilang melimpah, dilakukan oleh para peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu penyebabnya adalah bahwa partai Islam, terkhusus partai politik yang berakar dari gerakan Islam telah menjadi fenomena di ujung masa pemerintahan Orde Baru. Di antara penelitian tersebut antara lain: Pertama, penelitian berjudul: Thinking Globally, Acting Locally: Analyzing the Islamist Activism of Indonesia’s Prosperous Justice Party PKS from a Social Movement Theory Perspective. Penelitian dilakukan oleh Burhanuddin Muhtadi di The Australian National University yang sub tesisnya telah diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul “Dilemma PKS” Jakarta: Gramedia, 2012. Studi ini mencari jawaban mengapa PKS lahir dan bagaimana proses kelahiran PKS? Untuk menjawabnya diperhatikan proses-proses dan faktor-faktor organisasional yang mungkin menyebabkan dan memfasilitasi kemunculan partai ini. Dalam perspektif ranah gerakan sosial, teori-teori formasi dan pembentukkan gerakan digunakan sebagai pisau analisis. Pertanyaan kedua adalah bagaimana PKS menyampaikan pesan ideologinya secara jelas yang kemudian diterima oleh kelompok sasaran? Studi ini meneliti sejumlah isu non-Islamis nasional maupun internasional seperti pemberantasan korupsi dan isu Palestina yang gencar disuarakan dalam aksi-aksi kolektifnya. Dan pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana strategi elektoral PKS dalam mengembangkan pangsa pasar elektoral mereka dengan mendeklarasikan diri sebagai partai terbuka. Studi ini menggunakan pendekatan integrasi gerakan sosial yang mengkaji tiga faktor penting: political opportinities kesempatan politik, mobilising structure struktur mobilisasi atau resource mobilisation mobilisasi sumberdaya, dan framing processes proses pembingkaian. Studi ini menggunakan dua sumber utama yakni penelitian pustaka dan lapangan. Penelitian pustaka dilakukan dengan meneliti sejumlah buku, artikel, laporan penelitian, jurnal, tesis, desertasi, dan semacamnya. Juga dilakukan melalui eksplorasi elektronik internet dan media cetak surat kabar dan majalah yang berhubungan dengan subjek studi. Sedangkan sumber utama adalah penelitian lapangan field research yang dilakukan di Jakarta, dan sejumlah basis politik PKS di Depok, Padang, Bandung, Bekasi, dan Tangerang. Teknik penelitian menggunakan Besaran-N, Analisis Level-Nasional dengan menggunakan metode analisis peristiwa-protes protest-event yang biasa dipakai dalam penelitian gerakan sosial. Penelitian lapangan yang dilakukan selama dua bulan di Jakarta, penelitian ini menggunakan dua harian nasional yakni Kompas dan Republika. Pengumpulan data dari dua koran ini menjangkau rentang waktu 27 tahun 1980-2007. Penelitian ini merumuskan kesimpulan bahwa sebagai partai Islamis, PKS melipatgandakan dukungan elektoral hingga 600 persen, dari 1,3 persen pada 1999 menjadi 7,34 persen pada 2004. Berangkat dari sintesis pendekatan dalam teori gerakan sosial yang bersifat integral penelitian ini membuktikan bahwa PKS: 1 hadir dari kondisi sosial dan politik yang sedang bergolak yang kemudian menciptakan struktur kesempatan politik yang kondusif bagi munculnya gerakan; 2 memanfaaatkan kesempatan sosial dan politik dengan mengonsolidasikan dan meningkatkan sumberdaya organisasi dan jejaring komunikasinya dalam rangka menopang keberlangsungan gerakan; dan 3 secara sadar dan subjektif menanggapi terbukanya kesempatan politik dan peningkatan kapasitas organisasi dan jejaring dengan memobilisasi para kader dan simpatisan yang memiliki gagasan, ideologi, pemahaman, dan kegelisahan yang sama. Kedua, Yedi Purwanto 2009, menulis penelitian berjudul Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009. Studi kasus yang meneliti Partai politik Islam di Indonesia PPP, PKS, PBB ini menguraikan isu kepemimpinan yang berhubungan dengan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Objektif kajianpersoalan kajian hipotesis mengenai partisipasi politik umat Islam Indonesia pada pemilihan presiden tahun 2004 dan hubungannya dengan masa depan partai politik Islam. Oleh karena itu, pembahasan mengenai teori partisipasi dan peranan umat Islam terhadap demokrasi perlu didahulukan pembahasannya. Penelitian ini menggunakan teori Stuktural Fungsional yang menjelaskan hubungan realitas tertinggi ideal dengan realitas fisikal yang dibingkai oleh kegiatan conditioning dan controlling. Hubungan realitas tertinggi dengan realitas fisikal dibentuk oleh empat media subsistem, yaitu subsistem kebudayaan, subsistem sosial, subsistem kepribadian, dan subsistem perilaku organik. Selanjutnya hasil kajian menujukkan peranan umat Islam dalam pemilihan presiden tahun 2004 dapat dikelompokkan menjadi dua: 1 kelompok Muslim yang menggunakan hak pilihnya dengan bertindak sebagai gladiator, kegiatan transisi, atau kegiatan petaruh; dan 2 kelompok Muslim yang melakukan tindakan apatis mereka memilih untuk tidak memilih dan lebih dikenal sebagai kelompok Golput. Perubahan yang terjadi di tubuh partai-partai Islam begitu cepat sehingga kurang tersosialisasikan kepada publik. Kesan yang muncul kemudian adalah bahwa politisi muslim-santri cenderung inkonsisten antara pernyataan dengan tindakan politik yang mereka lakukan. Inkonsistensi ini bisa dijadikan alasan oleh para pendukungnya untuk tidak memilih lagi partai-partai tersebut pada Pemilu yang akan datang, yaitu Pemilu 2009. Kekalahan pasangan Megawati-KH.Hasyim Muzadi pada pemilihan presiden putaran kedua merupakan kekalahan pihak Muslim santri alias Muslim nasionalis. Pasangan ini didukung sejumlah kiyai tradisionalis dan moderenis, tetapi kalah. Ini diartikan bahwa Muslim santri sudah tidak lagi ditaati oleh masyarakatnya. Ketiga, Jan Woischnik dan Philipp Müller menulis penelitian berjudul Islamic Parties And Democracy In Indonesia Insights From The World’s Largest Muslim Country. Penelitian ini dilakukan di Indonesia pada tahun 2013. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: apakah jenis partai-partai Islam yang berpartisipasi dalam demokrasi di Indonesia, dan bagaimana karakteristik program- program dan ideologi-ideologinya? Apakah arti berakhirnya era otoriter Soeharto 1998 dan terbukanya era reformasi bagi partai-partai politik Islam? Dan bagaimana mereka berkembang sejak itu? Apakah partai politik Islam harus melihatnya sebagai tantangan atau kesempatan bagi demokrasi Indonesia? Dan apakah pengalaman Indonesia dengan partai Islam ditawarkan ke dunia Arab meskipun berbeda secara budaya dan politik. Penelitian ini menemukan bahwa sampai dengan Pemilu 2004, kampanye PKS sangat kuat untuk memperkenalkan hukum syariah. Tetapi setelah itu strategi partai terfokus isu-isu perlawanan terhadap korupsi. Sedangkan PPP tetap dipilih oleh umumnya orang Nahdlatul Ulama NU dan pemilih dari kelompok menengah. Partai Islam ini terus berupaya membedakan dirinya dengan partai-partai Islam lainnya dengan mengedepankan program Islamis. Kekuatan partai Islam juga dianggap masih mengakar di tengah masyarakat. Ini diindikasikan dari hasil beberapa pemilihan kepala daerah di beberapa provinsi yang menunjukkan bahwa partai Islam masih memiliki kekuatan yang harus diperhitungkan setidaknya di beberapa daerah. Di antara calon kepala daerah yang memenangkan pemilihan gubernur di tingkat provinsi yaitu Gatot Pujo Nugroho di Provinsi Sumatera Utara, dan Ahmad Heryawan di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini juga menjelaskan, bahwa keberadaan partai politik Islam membuat sejumlah besar hukum dan regulasi yang menunjukkan keuntungan bagi mayoritas pemeluk Islam di Indonesia, memberikan jaminan bagi pelaksanaan ide- ide yang bersumber dari ajaran Islam dan menempatkannya pada bagian penting dalam negara dan sistem sosial Indonesia. Namun pada saat yang sama partai-partai Islam tidak mendapatkan keuntungan dari kecenderungan Islamisasi dalam masyarakat secara keseluruhan. Maksudnya, mereka mengklaim bahwa hukum dan regulasi yang berorietnasi Islam adalah hasil kerja mereka, namun mereka tidak dapat menerjemahkan perkembangan ini ke menjadi mobilisasi politik—nyatanya partai oposisi yang lebih mendapat manfaat. Salah satu alasannya dapat ditemui dalam program partai nasionalis-sekuler tradisional yang mengarahkan inisiatif program partai yang strategis untuk memungkinkan agama memainkan peran lebih besar dalam kehidupan publik. Selama 15 tahun setelah Indonesia mengenal demokrasi, peluang pun muncul untuk membangun hubungan antara Islamis dengan partai Islam dan partai-partai Islam dan inti dari kepercayaan. Namun Jan Woischnik dan Philipp Müller meragukan partai-partai Islam yang ketat memegang ajaran Islam sesuai dengan bentuk-bentuk pemerintahan demokrasi. Mereka menyebutnya dengan self-fulfilling atau sekedar memenuhi syarat demokrasi yang selanjutnya mereka sebut dengan “dilema demokrasi”. Kaum Islami disebut sebagai aktor antidemokrasi yang secara substansial melemahkan kemapanan demokrasi. Mereka memandang hal ini sebagai ancaman demokrasi karena aktor yang mereka sebut itu memiliki akses mengembangkan pengaruhnya dan memiliki kesempatan membentuk masa depan. Dari tiga kajian yang pernah dilakukan tentang partai politik Islam yang diuraikan di atas, Burhanuddin Muhtadi melakukan penelitian untuk mencari jawaban mengapa PKS lahir dan bagaimana proses kelahiran PKS. Dia menggunakan pendekatan integrasi gerakan sosial dan menyimpulkan bahwa PKS yang lahir dari kondisi yang bergolak kemudian menciptakan struktur kesempatan politik kondusif dan memanfaaatkan kesempatan dengan meningkatkan sumberdaya organisasi, kemudian secara sadar memobilisasi para kader dan simpatisan yang memiliki gagasan, ideologi, pemahaman, dan kegelisahan yang sama. Sedangkan Yedi Purwanto yang menggunakan teori Stuktural Fungsional meneliti PPP, PKS, PBB dalam isu kepemimpinan yang berhubungan dengan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Objektif kajianpersoalan kajian hipotesis mengenai partisipasi politik umat Islam Indonesia pada pemilihan presiden tahun 2004 dan hubungannya dengan masa depan partai politik Islam. Hasil penelitian menujukkan peranan umat Islam dalam pemilihan presiden tahun 2004 adalah menggunakan hak pilihnya dengan bertindak sebagai gladiator, kegiatan transisi, atau kegiatan petaruh, dan melakukan apatis dengan tidak menggunakan hak pilih. Sementara penelitian Jan Woischnik dan Philipp Müller tentang partai Islam di negera Islam terbesar di dunia. Penelitian ini menemukan bahwa sampai dengan Pemilu 2004, kampanye PKS sangat kuat memperkenalkan hukum syariah, tetapi setelah itu strategi partai terfokus isu-isu perlawanan terhadap korupsi. Sedangkan PPP tetap dipilih oleh umumnya orang Nahdlatul Ulama NU dan pemilih dari kelompok menengah. Selain itu juga menjelaskan, bahwa keberadaan partai politik Islam membuat sejumlah besar hukum dan regulasi yang menunjukkan keuntungan bagi mayoritas pemeluk Islam di Indonesia, memberikan jaminan bagi pelaksanaan ide-ide yang bersumber dari ajaran Islam dan menempatkannya pada bagian penting dalam negara dan sistem sosial Indonesia. Akan halnya dalam disertasi ini meneliti tentang partai politik Islam dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip komunikasi Islam PKS dan PPP dalam Pemilu Legislatif 2014. Penelitian ini menggunakan teori atribusi untuk menjelaskan komunikasi politik elit partai Islam dalam kampanye. Selain itu mengetahui strategi komunikasi politik serta pemahaman elit partai Islam dalam Pemilu Legislatif 2014. Persamaan penelitian ini dengan tiga penelitian yang disebutkan di atas adalah sama- sama meneliti tentang partai politik Islam di Indonesia. Jika penelitian Burhanuddin Muhtadi mengambil angle gerakan partai Islam, maka Yedi Purwanto meneliti tentang masa depan partai Islam dalam kaitan isu kepemimpinan dan partai politik Islam, dan Jan Woischnik dengan Philipp Müller meneliti partai Islam di negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia Indonesia dengan persoalan penerapan hukum-hukum syariat Islam.

E. Kerangka Pemikiran