DasarAnggaran Rumah Tangganya semata. Karena sangat sulit untuk menggolongkan partai yang tidak menggunakan azas Islam sebagai
platform-nya namun kental berbasis massa umat Islam seperti PKS.
4. Tujuan Elektoral; Merupakan tujuan dalam Pemilu 2014 yakni
memperoleh suara sebanyak-banyaknya dari khalayak pemilih di Indonesia.
36
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menjawab pertanyaan tentang pemahaman para praktisi partai
Islam tentang prinsip-prinsip komunikasi Islam di dalam dunia politik. Untuk ini diperlukan mengeksplorasi prinsip-prinsip komunikasi
Islam yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan membandingkannya rumusan langkah-langkah penerjemahan prinsip-prinsip tersebut ke
dalam dunia politik oleh para praktisi partai politik Islam. Dunia politik yang dimaksud adalah konteks demokrasi yang mensyaratkan
partai politik berlabuh pada logika elektoral yang berlaku saat sekarang ini.
37
Melalui perspektif pendekatan tafsir, menjadi suatu hal
36 Pening untuk menjadi catatan bahwa sering terjadi “pertentangan” antara tujuan elektoral dengan tujuan idealisme partai Islam. Jika tujuan elektoral bertumpu pada sebanyak-
banyaknya perolehan suara semata, maka pada tujuan idealisme partai Islam terikat prinsip-prinsip yang Islami. Burhanuddin Muhtadi memberi catatan pada apa yang disebutnya sebagai “Islam
poliik”. Meminjam deinisi Quintan Wiktorowicz yang menyebut “akivisme Islam” adalah mobilisasi perjuangan dan gagasan untuk mendukung cita-cita kaum Muslim. Secara lebih jelas terlihat
perbedaan antara “Islam poliik” yang memiliki kekentalan unsur poliik dengan “akivisme Islam” yang merupakan usaha atau perjuangan untuk kepeningan umat Islam. Walaupun pada dasarnya
deinisi yang disampaikan Wiktorowicz ini secara kolekif memasukkan juga gerakan-gerakan dakwah, bahkan kelompok terorisme., namun ada kesamaan gerakan untuk perjuangan kepeningan Islam
dalam terminologi “akivisme Islam”.
37 Logika elektoral yang dimaksud adalah keniscayaan demokrasi yang meniikberatkan pada perolehan suara terbanyak dalam Pemilu, yang pada prakiknya tak bisa menghindari
pragmaisme poliik yang pada akhirnya menimbulkan penyakit kronis yang sulit sembuh. Ini pula yang menyebabkan dunia poliik lebih cenderung profan. Pada sisi lain Islam sebagai ajaran yang
kafah melingkupi berbagai bidang hidup tak terkecuali dunia poliik. Oleh karenanya ajaran Islam dan dunia poliik sering diasumsikan berhadap-hadapan karena iik tekanannya yang masing-masing
berbeda. Jika poliik menekankan pada kuanitas, maka Islam lebih menekankan pada kualitas Lihat Q.S.Yunus: 99, yang arinya: Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya
yang penting untuk digunakan sebagai pisau analisis untuk mendekati ayat-ayat yang berkenaan dengan prinsip-prinsip komunikasi Islam.
2. Tujuan yang kedua ini untuk menjawab rumusan masalah yang kedua
tentang cara partai-partai politik Islam mengimplementasikan prinsip- prinsip komunikasi Islam tersebut dalam melancarkan komunikasi
politiknya di Pemilu Legislatif 2014 sehingga diterima oleh khalayak yang menjadi bakal konstituen bagi PKS dan PPP?
3. Tujuan penelitian ketiga adalah mencaritau strategi komunikasi politik
PKS dan PPP dalam Pemilu 2014 untuk tujuan elektoralnya. Apakah implementasinya sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi Islam atau
tidak. Seperti dirumuskan oleh banyak penelitian, bahwa PKS adalah partai gerakan movement party sekaligus mengusung agenda-agenda
Islamis dalam komunikasi politiknya. Sebaliknya PPP adalah partai struktural murni yang memiliki pemilih tradisional di beberapa
basisnya. PPP juga mengusung agenda Islamis dalam komunikasi politiknya, yang semakin ramai terdengar terutama di saat-saat
menjelang Pemilu. Studi ini akan meneliti komunikasi politik kedua partai Islam tersebut di Sumatera Utara, baik yang mengusung isu-isu
Islamis maupun isu-isu non-Islamis baik melalui saluran media massa maupun dalam performa kampanyenya. Dalam hal ini penelitian akan
meneliti berita-berita kampanye PKS dan PPP selama masa kampanye yang disiarkan dua surat kabar yakni Harian Waspada dan Harian
Analisa. Pemilihan kedua surat kabar ini didasarkan pada besaran tiras di Sumatera Utara. Untuk itu pendekatan analisis framing digunakan
untuk menganalisisnya. Sesuai keputusan Muktamar PPP di Bandung tahun 2011, partai ini mengusung tema “Rumah Besar Umat Islam”
dalam kampanye 2014. Sedangkan PKS yang pada pemilu 2009 mengusung tema besar “Bersih Dan Lebih Peduli” tetapi karena
beberapa batu sandungan karena terjerumusnya beberapa pengurusnya dalam kasus korupsi, partai ini mengusung tema berbeda dalam
Pemilu 2014, yakni “Memperjuangkan Masyarakat Madani”. Sejauh mana tema besar itu senafas dengan kampanye 2014, kiranya teori
atribusi, organizatinal behavior dan Strategic Communications
Planning yang akan digunakan untuk menganalisisnya. E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan sudut pandang ideal bahwa partai politik Islam merupakan representasi umat Islam bahkan ajaran Islam.
Islam dalam hal ini dipandang sebagai ideologi politik yang memiliki seperangkat aturan dalam tatanan perpolitikkan. Namun kenyataannya ketika partai politik
memasuki panggung politik, berbagai dinamika yang terjadi dan berbagai kepentingan termasuk kepentingan politik itu sendiri telah memengaruhi perilaku
politik partai politik Islam memiliki kecenderungan pragmatis dan transaksional ketimbang perjuangan cita-cita Islam di ranah politik. Studi Bernhard Platzdash
misalnya, menyimpulkan bahwa pragmatisme partai-partai Islam masih dominan di antara tiga partai politik Islam yang menjadi objek studinya yakni Partai Bulang
Bintang PBB, Partai Persatuan Pembangunan PPP, dan Partai Keadilan PK.
38
Untuk itu, pertama, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemikiran akan rumusan aplikasi komunikasi Islam di tengah akselerasi partai politik
Islam dalam Pemilu. Sebagai disiplin ilmu yang baru, pengkajian Komunikasi Islam dalam ranah politik masih terbilang sedikit dibanding dengan karya-karya ilmiah
para sarjana yang membahas tentang partai Islam pada umumnya. Bahwa perkembangan politik Islam di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara dapat dilihat
dari sudut pandang komunikasi Islam, atau dari perbandingan antara rumusan prinsip-prinsip komunikasi Islam dengan aplikasinya oleh partai politik Islam.
Kedua, secara praktis diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi pertimbangan bagi partai politik dalam melancarkan komunikasi politiknya. Pada
kenyataannya partai-partai Islam, yang direfleksikan para kadernya dan para calon legislatif yang diusung partai politik Islam sering terlihat kehilangan orientasi
keislamannya. Pada satu sisi kecenderungannya akan pragmatisme politik sedemikian kentalnya sehingga sering melakukan segala cara demi tujuan politiknya.
Di sisi lain, meskipun memiliki komitmen pada nilai-nilai keislaman, namun sulitnya
38 Bernhard Platzdash, “Religious Dogma, Pluralism and Pragmaism: Consituional Islamism in Indonesian Poliics 1998-2002”, desertasi Ph.D yang idak terpublikasikan, RSPAS, ANU,
2005, dalam Muhtadi, h.9.
ditemui pattern komunikasi politik Islam yang mesti dijalani. Tarikan kepentingan demokasi ada kalanya bertemu dengan tarikan ajaran Islam hingga tak jarang
menimbulkan kegamangan partai politik Islam, yang berujung pada sikap pragmatis. Padahal, partai politik Islam dengan ajaran Islam, sebagaimana umat Islam dengan
ajaran Islam diidentifikasikan sebagai satu kesatuan dalam satu tarikan nafas. Ketiga, secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
bagi perkembangan disiplin ilmu komunikasi Islam, khususnya dalam aplikasinya di dunia perpolitikan daerah maupun nasional. Selain itu diharapkan pula menjadi
masukkan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang mengambil tema komunikasi Islam dan politik.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
Untuk mengemukakan adanya kebutuhan akan teori adalah suatu hal; sedangkan untuk mengetahui apa yang harus diperbuat untuk itu merupakan hal yang
lain. Dalam membicarakan kebutuhan akan teori dalam bidang komunikasi manusia, hampir semua kritikus kelihatannya tidak memiliki ide yang jelas tentang apa yang
membentuk tujuannya.
39
Dalam buku berjudul Theories of Human Commnunication, Stephen Little Jhon mengatakan bahwa secara umum teori pada dasarnya memiliki
cara yang sama. Pertama, sebagai seperangkat abstraksi karenanya bukanlah mencakup semua yang dikonseptualisasikannya, ia parsial dan karenanya pula tak
bakal ada teori tunggal soal kebenaran. Kedua, sebagai sebuah konstruk, teori adalah hasil bentukan manusia, bukan Tuhan. Ia menyediakan beragam cara mengamati
lingkungan, tetapi dirinya bukanlah refleksi semua realitas.
40
Jika teori diartikan bukan sebagai suatu sistem pandangan yang mirip aturan hukum, melainkan sebagai sejumlah gagasan yang status dan asalnya bervariasi dan
dapat dipakai untuk menjelaskan atau menafsirkan fenomena, maka kita akan dapat membedakan sekurang-kurangnya empat teori yang berkenaan dengan komunikasi
massa.
41
Teori jenis pertama yang biasanya dicakup dalam buku teks semacam ini adalah teori ilmu pengetahuan sosial, yakni pernyataan-pernyataan yang berkaitan
dengan sifat dasar, cara kerja, dan pengaruh komunikasi massa, yang bersumber dari observasi sistematis yang sedapat mungkin diupayakan bersifat objektif. Juga
39 Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi Bandung: Rosdakarya, 1986, h.38. 40 Lihat lebih jauh Stephen W.Litle Jhon, Theories of Human Communicaion, 6th Ediion
California: Wadawort Publishing Company, 1999. Di buku ini Litle Jhon juga menguip Abraham Kaplan yang menyatakan bahwa pembentukkan sebuah teori idak sekedar menemukan fakta
tersembunyi, karena teori juga adalah jalan atau cara yang mengorganisir dan merepresentasikannya.
41 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua Jakarta: Erlangga, 1989, h.4.