- Kelompok ketiga, adalah seorang pemimpin atau raja Fir’aun yang
memiliki kedudukan hirarki tinggi dalam strata sosial di tengah masyarakat.
- Kelompok keempat, adalah kaum munafik yang menyembunyikan niat
dan motivasi di dalam hatinya, serta menyampaikan argumentasi, dengan cara mengemukakan alasan-alasan tertentu.
- Kelompok kelima, adalah para orangtuayang sudah berusia lanjut, serta
berada dalam kondisi lemah.
-
Kelompok keenam, adalah orang-orang yang mengharapkan dan meminta sesuatu pemberian kepada orang lain. Mereka ini merupakan para kerabat
dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan musafir.
Melihat keragaman orang yang menjadi penerima pesan, maka sebagai seorang komunikator perancang pesan harus terlebih dahulu memahami jenis dan
karakter komunikan yang akan menerima pesannya audience analysis. Dalam konteks kampanye partai politik dengan komunikan yang berjumlah banyak, maka
seorang perancang pesan harus terlebih dahulu mengetahui tentang komunikannya. Caranya tidak lain dengan melakukan hal penting, yakni;
Melakukan pengenalan terhadap komunikan. Hal ini dilakukan melalui riset
atau survei untuk pengumpulan data tentang keberadaan komunikan. Komunikan perlu diketahui karakteristik yang melekat padanya, dari mulai karakteristik
pendidikan, usia, pekerjaan, gender, keinginan, kebutuhan, harapan, kecenderungan dan kekhawatiran, serta ketakutannya. Dengan cara seperti ini
seorang perancang pesan dan dalam sebuah partai politik yang akan berkampanye dapat menyesuaikan pesan yang akan disampaikan kepada khalayak.
5. Efek yang dihadapkan dari komunikasi yang dilancarkan dirangkum ke dalam
beberapa bagian. Adapun efek tersebut yakni:
- Kelompok pertama, mengantisipasi keinginan negatif yang muncul dari
komunikan. Hal tersebut ditandai dengan tereduksinya keinginan negatif yang akan muncul dari hati komunikan, dapat membalut luka di hati dan
mengisinya dengan kerelaan dan kesenangan, serta dapat membersihkan hati, serta menjinakkan jiwa.
- Kelompok kedua, dari sisi komunikan, efek yang muncul adalah adanya
kondisi tidak lemah atau menjadi kuat dalam diri komunikan. Komunikan adalah anak-anak terpelihara, dan terhindar dampak negatif. Sedangkan
dari sisi komunikator, efek yang muncul adalah terjaga dan dituntun Allah, serta diperbaiki amalnya, diberi taufik dan diampuni dosanya.
-
Kelompok ketiga, adalah membuat komunikan menjadi mengingat kesalahan yang telah diperbuatnya dan menjadi takut akan
pertanggunganjawab atas kesalahan-kesalahan tersebut. Hal ini dapat merupakan kondisi komunikan yang mengingat kebaikan yang telah
dilupakan dan tidak dikerjakannya, menjadi takut pada kesalahan sendiri, dan tidak menjadi bangga pada dosa dan kesalahan yang dilakukan, serta
hatinya menjadi hati.
-
Kelompok keempat, adalah mencegah perilaku munafik pada diri komunikan sehingga menjadi sesuai antara kata dan perbuatan, menepati
janji, dan menjadi amanah. Komunikan dapat menjadi orang yang menyadari kesalahannya, sehingga bertobat, istiqamah, merasa tenang
hatinya, serta merasa malu dan takut.
- Kelompok kelima, adalah menimbulkan kesan penghormatan kepada
komunikan yang merupakan para orangtua. Hal ini menjauhkan munculnya kemarahan, dan menghindari terjadinya perasaan sedih pada
diri orangtua.
- Kelompok keenam, adalah mendapatkan rahmat Allah SWT bagi
komunikator. Sedangkan bagi komunikan adalah pihak yang terhindari dari perasaan tidak enak hati, mendapatkan ganti permintaan, dan
mendapatkan harapan baru dari harapan sebelumnya yang tidak didapatkannya.
Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa apa yang menjadi efek yang diharapkan terjadi dalam sebuah proses komunikasi, hanya bisa berlangsung
dalam kondisi pengenalan terhadap diri komunikator dilakukan, dan memahami karakteristik komunikan, serta melakukan adaptasi pesan yang
akan disampaikan sesuai dengan kondisi komunikator dan komunikan. Selanjutnya pesan yang disampaikan juga sudah harus dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan enam hal yang menjadi prinsip komunikasi Islam yang di- break-down ke dalam beberapa kelompok dan karakternya masing-masing.
Dengan demikian dalam prinsip-prinsip komunikasi Islam, bahwa komunikasi yang dilancarkan harus bertujuan, atau harus memiliki target
tersebut terhadap sasaran pesan effect analysis. Ada tiga kelompok efek yang dapat dikelompokkan dari hasil proses komunikasi yang berlangsung
yaitu: Pertama, menambah pengetahuan dan memberikan informasi kepada
komunikan efek kognitif. Efek ini di antaranya seperti komunikan yang mengingat kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya di masa lalu,
ataupun kesalahan yang sedang dilakukannya saat ini. Namun meski mengingat kesalahannya, komunikan belum merasa menyesal ataupun takut.
Kedua, memunculkan emosi dan merangsang perasaan untuk ikut terlibat atas informasi yang disampaikan kepada komunikan efek afektif.
Pada efek ini, kesalahan yang diingat kembali tersebut menimbulkan rasa takut akan pertanggungjawaban yang akan diemban kelak di hadapan Allah
SWT. Dengan demikian pesan yang disampaikan telah sampai membuat orang menjadi takut karena terlibat emosinya. Namun meski merasa takut,
tetapi komunikan belum melakukan hal-hal untuk menjauh dari perbuatan tersebut dan belum bergerak untuk bertaubat.
Ketiga, menggerakkan komunikan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pesan yang disampaikan tersebut efek konatif. Pesan yang
menyentuh efek pada tingkat ini adalah komunikan yang bergerak bertobat, menyesali segala kesalahan yang pernah dibuatnya, kemudian menjauhinya,
dan berbuat amal ibadah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya tersebut.
Oleh karenanya peran pikiran sangat penting sebagai bahan dasar sebelum diturunkan ke dalam bentuk bahasa, atau rangkaian kalimat yang
tersusun dalam sistematika yang baik. Dengan kata lain bahwa sebelum pesan komunikasi dilancarkan terlebih dahulu harus didahului oleh proses berpikir
dan proses membahasakannya. Proses berpikir yang dimaksud di sini adalah seperti yang diutarakan oleh para pakar, yakni:
Pertama, proses berpikir yang merunut pada faktor sebab akibat causative thinking sehingga dengan demikian dapat mengantisipasi dan
mencari jalan keluar dari setiap persoalan yang mungkin muncul. Kedua, proses berpikir yang kreatif creative thinking yaitu proses
berpikir yang mendobrak kekakuan dan memberikan kesegaran dengan tanpa menabrak aturan dan norma-norma yang berlaku.
Ketiga, proses berpikir yang berdasarkan ilmu pengetahuan atau pemikiran ilmiah scientific thinking yaitu proses berpikir yang berdasarkan
langkah-langkah ilmiah.
95
Berbagai strategi yang dirancang tersebut, secara teknis untuk mengantisipasi keinginan negatif, menjinakkan jiwa,
memunculkan kekuatan, mengingat kesalahan, takut pada akibat buruk hingga memperbaiki diri, mencegah perilaku munafik, menjauhkan
munculnya rasa marah dan sedih, serta menghindari rasa tidak enak hati, namun secara keseluruhan memiliki muara yang satu yaitu mengharapkan
Ridha Allah SWT. Proses komunikasi berdasarkan prinsip-prinsip komunikasi Islam
digambarkan dibawah ini:
Gambar 8: Alur Implementasi Prinsip-prinsip Komunikasi Islam
95 Ibid,
PROSES PENGENALAN
KOMUNIKATOR
KOMUNIKAN
-
Pengenalan kapasitas
-
Pengenalan keinginan
-
Kejelasan ide
-
Pengenalan itikad baik
-
Daya tahan menyampaikan pesan Source Analysis
Audience Analysis
-
Pendidikan
-
Usia
-
Pekerjaan
-
Gender
-
Keinginan
-
Kebutuhan
-
Harapan
-
Kecenderungan
-
Kekhawatiran
-
Ketakutan
RisetSurvei
ADAPTASI PESAN
-
Qaulan Ma’rûfâ
-
Qaulan Sadîdâ
-
Qaulan Layyinâ
-
Qaulan Balîghâ
-
Qaulan Karîmâ
-
Qaulan Maysûrâ - Kontrol bahasa
- Kejelasan - Penekanan
Content Analysis
Media Analysis
-
Komunikasi Interpersonal
-
Komunikasi tatap muka
-
Komunikasi kelompok
-
Komunikasi massa, dll
Efect Analysis
-
Efek Kognitif
-
Efek Afektif
-
Efek Konatif
C. Landasan Teori 1. Teori Atribusi