melaksanakan dan mengembangkan kehidupan politik yang mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridai oleh Allah

Pada Pasal 5, tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir-batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala. Pasal 6 menyebutkan; 1 Untuk mencapai tujuan, PPP berkhidmat untuk berjuang: a. mewujudkan serta membina manusia dan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, meningkatkan mutu kehidupan beragama, serta mengembangkan ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian PPP mencegah berkembangnya faham-faham atheisme, komunismemarxisme leninisme, sekularisme, dan pendangkalan agama; b. menegakkan hak asasi manusia dan memenuhi kebutuhan dasar manusia sesuai harkat dan martabatnya dengan memerhatikan nilai-nilai agama terutama nilai-nilai ajaran Islam, dengan mengembangkan ukhuwah insaniyah. Dengan demikian PPP mencegah dan menentang berkembangnya neo-feodalisme, liberalisme, paham yang melecehkan martabat manusia, proses dehumanisasi, diskriminasi, dan budaya kekerasan; c. memelihara rasa aman, mempertahankan, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dengan mengembangkan ukhuwah wathaniyah. Dengan demikian PPP mencegah dan menentang proses disintegrasi, perpecahan, dan konflik sosial yang membahayakan keutuhan bangsa Indonesia yang berbhinneka tunggal ika;

d. melaksanakan dan mengembangkan kehidupan politik yang

mencerminkan demokrasi dan kedaulatan rakyat yang sejati dengan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan demikian PPP mencegah dan menentang setiap bentuk otoriritarianisme, fasisme, kediktatoran, hegemoni, serta kesewenang-wenangan yang menzalimi rakyat;

e. mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridai oleh Allah

Subhanahu Wata’ala, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Dengan demikian PPP mencegah berbagai bentuk kesenjangan sosial, kesenjangan pendidikan, kesenjangan ekonomi, kesenjangan budaya, pola kehidupan yang konsumeristis, materialistis, permisif, dan hedonistis di tengah-tengah kehidupan rakyat banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan; Jika dilihat begitu konsistennya PPP membawa simbol-simbol Islam dalam partainya, maka akan terlihat secara jelas bahwa partai ini memiliki kekentalan keislaman dalam identitasnya. Apalagi secara de jure partai ini berazaskan Islam dan memiliki tujuan untuk mendorong terciptanya iklim yang sebaik-baiknya bagi terlaksananya kegiatan peribadatan menurut syariat Islam, sebagaimana tercantum di dalam pasal 4 angka 1 huruf b di atas. Ini menunjukkan bahwa di dalam tubuh PPP ada tuntutan ajaran Islam menjiwai sikap dan perilaku partai pada aplikasinya dalam sistem politik di Indonesia. Keberadaan PKS dan PPP ini menunjukkan betapa Islam telah hadir dalam perpolitikan bangsa Indonesia sejak demokrasi menjadi pilihan. Apalagi ketika memahami bahwa agama Islam adalah jalan hidup the way of life yang mesti terimplementasi dalam setiap bidang kehidupan pemeluknya. Namun kenyataan tidak proporsinya perwakilan umat Islam di legislatif dengan jumlah umat Islam menyiratkan adanya distorsi antara konsep partai politik Islam atau partai politik berbasis Islam dengan aplikasinya. Karena itu melalui penelitian ini penting dan menarik dikaji bagaimana interaksi antara partai politik Islam dengan umat Islam sebagai konstituen dalam masa kampanye di Pemilu 2014. Dengan melihat efektivitas komunikasi yang dilakukan, atau tercapainya kesamaan pesan antara komunikator dengan komunikan, dan komunikan mau melakukan apa yang diinginkan komunikator. Hal ini sesuai dengan tujuan asas komunikasi itu sendiri, yaitu terjadinya perubahan pendapat, sikap dan perilaku pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. 33 Kajian ini menggunakan prinsip-prinsip komunikasi Islam sebagai kerangka acuan komunikasi partai politik Islam, yang mana dia adalah prinsip-prinsip berkomunikasi yang dijelaskan dalam Al-Qur’an 33Syukur Kholil, “Komunikasi Efekif Pembimbing Manasik Haji: Tinjauan Dari Sudut Psikologi Komunikasi”, Analyica Islamica, Vol.16, No.1, Mei 2014, h.2. atau dengan kata lain suatu bentuk komunikasi yang dikehendaki oleh Allah SWT. Sebagai sebuah partai yang mengusung simbol Islam, para elit partai politik Islam diasumsikan sebagai orang-orang yang sudah mengetahui bahkan mengenal dengan baik prinsip-prinsip komunikasi yang diajarkan dalam Islam. Namun untuk memberikan gambaran secara lebih utuh tentang hal tersebut, setidaknya ada tiga pertanyaan mendasar yang perlu mendapatkan jawaban yaitu bagaimanakah pemahaman para elit PKS dan PPP terhadap prinsip-prinsip komunikasi Islam, bagaimanakah para elit tersebut mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut dalam komunikasi politiknya di kampanye Pemilu 2014, dan bagaimana strategi komunikasi kedua partai politik tersebut dalam kampanye Pemilu 2014. Penelitian ini menggunakan teori atribusi Attribution Theory untuk menjelaskan bagaimana melakukan interpretasi terhadap efektivitas sebuah organisasi. Sedangkan untuk memberi perbandingan sekaligus memberi dukungan data penelitian, maka komunikasi politik bermedia PKS dan PPP akan diukur melalui pendekatan analisis isi yang bersifat deskriptif kuantitatif. Hal ini karena peran media dinilai sangat penting dalam konteks dakwah. Ciri media dipilih untuk meningkatkan dan mendorong terciptanya manusia basyariah, insaniyah, ulil albab, keluarga sakinah, khairil ummah, organisasi yang profesional, dan negara bangsa yang beradab dan rahmatan lil’alamin. 34 Dakwah melalui media ini sebagai ikhtiar Muslim untuk membuat syariat Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan syakhsiyah individu, usrah keluarga, jama’ah komunitas, dan ummah khalayak secara berjamaah sehingga terwujud khair al-ummah umat terbaik yang berkehidupan hasanah di dunia kini dan hasanah di akhirat kelak. 35 Dua surat kabar terbitan kota Medan yang dipilih dalam analisis isi ini adalah Harian Waspada dan Harian Analisa. Pilihan terhadap kedua surat kabar ini didasarkan pada pengaruh dan jumlah tiras, serta keragaman pembaca dari kedua surat kabar tersebut. 34Armawai Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh Jakarta: Amzah, 2012, h.219. 35Syukri Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam: Mengembangkan Tabligh melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, dan Media Digital Bandung: Benang Merah Pers, 2004, h.xiv.

B. Rumusan Masalah